Part - 20

3.5K 235 8
                                    


.

.

.

"Jika kau adalah mentari, boleh kah aku menjadi rembulan?"

.

.

.

Butik - 05:45 PM

*Nathaniela POV*

Saat itu aku berencana pergi ke ruang OSIS untuk mengambil sebagian barangku yang tertinggal, namun aku di kejutkan kehadiran seseorang di dalam sana. Seorang gadis yang rebahan di ujung ruangan tengah sibuk dengan permainan di ponselnya, namun yang membuatku terkejut adalah beberapa kancing seragamnya itu terbuka lebar hingga aku bisa melihat kaus dalamnya.

Aku menyapanya, kemudian mengingatkannya. Mengingat hari ini aku pulang sekolah aku tidak ada yang menjemput, kuberanikan diri untuk meminta tumpangan padanya.

Kami berakhir dengan pulang bersama. Meski ada yang membuatku terkejut, takut, sekaligus khawatir ketika perjalanan menuju butik milik orang tuaku berada. Sesampainya di butik, kutawari ia beristirahat sejenak mengingat apa yang terjadi tadi.

"Div! Lu istirahat sini bentar aja dulu, gue ambilin kotak obat bentar." Ucapku.

"Loh, Ara, kamu tumben mampir ke butik Mama?" Ujar Mama membuatku terkejut.

"Eh, Mama. Ini ma, Ara lupa gak bawa kunci rumah. Niatnya sih ke sini cuma pinjem kuncinya Mama, tapi temen Ara terluka pas perjalanan menuju ke sini." Jelasku pada orang tuaku.

"Loh kenapa ini nak? Kamu Diva kan? Yang ketua OSIS itu?" Ujar Mama bertanya.

"Iya tante, saya Diva. Tadi waktu perjalanan ke sini sama Natha kita liat pelaku tabrak lari dan saya kejar, eh malah saya dihajar." Ujar gadis itu.

"Haduh, haduh. Kamu istirahat bentar nak, biar tante bikinin minuman hangat." Ujar Mama.

"Eh, enggak usah tante. Maaf saya malah ngerepotin, lagian ini saya juga harus buru-buru pulang." Ucapnya.

"Enggak ngerepotin kok nak, yasudah kalau buru-buru pulang. Tapi lukanya di obatin dulu ya nak." Ujar Mama.

"I..iya deh tan." Ucapnya menurut.

Kuambil kotak obat, dan mengobati lukanya itu. Kemudian kulihat mobil sport berwarna putih kini memasuki halaman parkiran butik, rasanya seperti tidak asing bagiku.

Turunlah dua orang wanita dewasa dari dalamnya, dan ini sungguh tidak di duga-duga.
Satu orang wanita itu adalah Miss Morgana, namun satunya lagi aku tak mengenalinya. Mereka turun dari mobil itu, dan berjalan dengan bergandengan tangan mesra.

"Shit!" Umpat gadis yang tengah ku obati.

"Eh..eh.., sorry, sakit ya?" Tanyaku khawatir.

"Eh.., eng..enggak kok Tha. Gue gak apa." Ucapnya tersenyum manis padaku.

Oh tuhan, indah sekali senyum itu. Hampir tidak pernah aku melihatnya, dan aku menyukainya yang tengah tersenyum padaku. Itu semua bagai keajaiban dunia, sangat langka.

"G..gue gak sengaja, maafin gue yah." Ujarku sambil mengelus pelan lukanya.

"Sshhh!" Desisnya.

"Tuh kan, sakit." Ujarku.

Honey Bee [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang