Part - 30

3.1K 230 4
                                    


.

.

.

"Hati-hati dengan hati,
Salah letak bisa retak."

.

.

.

*Caren POV*

Saat ishoma tiba, tunanganku menggiring murid-muridnya menuju sebuah rumah makan di sebrang pantai ini. Namun tak kudapati seorang gadis yang dalam diamku sedari tadi kucari-cari, ketika seluruh murid itu sudah duduk rapi di bangkunya kulihat tunanganku menghampiriku.

"Sayang, dari tadi aku cari Diva gak ada. Minta tolong bantu cariin dong, sekalian bawain kotak makanan ini buat dia barang kali enggak nyampai waktunya." Ujar Morgana.

"Hm, iya tidak masalah." Jawabku singkat sambil mengambil kotak itu.

Jujur saat ini aku tidak tahu, dimana keberadaan gadis itu. Tapi entah kenapa aku memiliki firasat, kalau gadis itu sedang menyendiri berada di dalam bus. Hanya berdasarkan firasat saja, akupun bergegas menuju parkiran tempat bus yang kami tumpangi berada.

Benar saja, kulihat ia memejamkan matanya di deretan bangku belakang tempat ia duduk. Kuberanikan diri untuk menghampirinya, namun aku merasa enggan membangunkannya. Aku ingin melihat wajah damainya ketika ia tertidur, aku sangat merindukan itu.

Gadis ini selalu menampilkan ekspresi datar dan dingin padaku, namun tidak pada orang lain. Jujur saja itu membuat hatiku sakit, aku amat sangat merindukannya.

Kutepuk pelan lengannya untuk membangunkan dirinya, tak berselang lama gadis itu perlahan membuka matanya.

"Bangunlah, makan malam terlebih dahulu." Ujarku sambil menyerahkan sekotak berisi makanan, ketika ia telah terbangun sepenuhnya.

"Terima kasih, tapi saya tidak lapar." Ucapnya datar dan singkat.

"Perhatikan kesehatanmu, aktivitas seharian penuh dengan pola makan tidak teratur bisa membuatmu jatuh sakit." Ujarku menasihati.

"Saya sedang mengantuk sekarang, anda bisa pergi meninggalkan saya sendiri." Ujarnya berucap formal.

'Aku tidak suka ia berbicara formal padaku.'

Aku hanya menghela nafas karna tingkahnya, aku tak ingin ambil pusing karna aku tahu gadis ini cukup keras kepala.

"Baiklah jika kamu mau tidur." Ujarku datar.

Bukannya aku beranjak pergi, yang kulakukan justru mendudukkan diri di sampingnya. Aku tahu gadis ini terkejut dan hanya melebarkan mata tanda protes, namun aku sama sekali tidak mempedulikannya.

'Aku rindu itu, rindu ekspresi itu. Mengingatkanku awal mula kami bertemu.' Batinku.

"Apa yang anda lakukan?!" Tanyanya datar dan dingin.

"Menemanimu." Jawabku singkat.

"Tidak perlu! Anda bisa pergi, karna saya hanya ingin sendiri!" Protesnya padaku.

"Jika kau ingin tidur maka tidurlah, anggap saja aku tidak ada seperti yang selalu kau lakukan padaku biasanya." Ujarku enteng namun menohok, karna memang begitulah faktanya.

"Kalau anda tidak mau pergi, maka saya yang akan pergi." Ujar gadis itu dingin dan penuh penekanan.

Aku hanya acuh tak acuh saja dengan perkataannya, lagi pula aku tak ingin berdebat dengannya.

Honey Bee [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang