Part - 42

3.3K 206 17
                                    


.

.

.

"Seseorang akan terlihat baik, apabila tidak dibandingkan dengan yang lebih baik."

.

.

.

*Diva POV*

Aku, Caren dan Rina telah berkumpul di sebuah tempat wisata, kami berangkat menaiki transportasi umum. Tadinya Caren merengek padaku minta segera kembali ke negara kami, ia bilang ingin segera meminta restu agar dapat segera menikahiku. Tapi aku merayunya agar ia mau mengikuti perjalanan wisata ini, dia terlihat enggan dan sedari tadi menampakkan ekspresi datarnya.

"Hon, udahan lah marahnya." Rajukku.

"Hm." Sahutnya singkat.

"Psst! Kenapa lagi lu?" Bisik Rina padaku.

"Ngambek, pengen pulang buat minta restu tapi gue ajak paksa ikut wisata kita." Jawabku berbisik pula.

"Oh." Sahut Rina.

"Rin gue ke toilet bentar ya." Pamitku pada Rina.

"Oke." Balas Rina dengan mengedipkan satu matanya.

Bergegas aku ke toilet dengan menarik lengan wanita yang sedari tadi mendiamiku, rasanya membuatku frustasi meskipun diam adalah kebiasaannya. Aku tahu betul tentangnya, diamnya yang memang ingin dan diamnya yang tengah marah. Rasanya aku seperti harus sering-sering berguru pada cenayang untuk menebak sifatnya, manusia es seperti dirinya itu selalu berubah-ubah membuatku sedikit kewalahan.

'Untung sayang, kalo enggak udah kubuang.' Batinku.

Sesampainya di depan toilet, aku menarik dirinya agar masuk ke dalam bilik yang sama denganku kemudian mengunci pintu.

"Udahan dong marahnya." Pintaku dengan menggenggam tangannya.

Wanita itu masih terdiam, seperti tidak memiliki niatan untuk membalas ucapanku.

"Caren, jangan diemin aku kayak gitu." Ucapku lagi memelas padanya.

Ia masih mendiamiku, bahkan memalingkan wajahnya.

"Muachh.." Kukecup singkat bibirnya.

"Ntar selesai perjalanan wisata kita sekalian bareng mereka ke sananya, terus terserah deh kamu mau apa." Rayuku sambil memeluknya dan menenggelamkan wajahku ke dadanya.

"Oke deal, sampe sana kalo udah dapet restu besoknya langsung nikah!" Ujarnya sambil membalas pelukanku.

"Iya, apa kata kamu aku nurut." Ucapku sambil mengangkat wajahku agar dapat menatap wajahnya.

"Cium." Ucapnya.

"Apanya yang dicium?" Tanyaku menggodanya.

"Kamu ishh!" Protesnya.

Segera ia mengangkat daguku, kemudian mendekatkan wajahnya ke wajahku. Bibir kamipun menyatu, dengan lumatan-lumatan lembut darinya hingga membuatku terbuai. Usai dirasa cukup, kami melepaskan pagutan kami kemudian ia mengecup singkat bibirku untuk mengakhiri ciuman kami.

"Udahan ya marahnya, ayo kita kembali! Kasian Rina nungguin kita lama." Ajakku.

"Love you, Bee." Ucapnya menatapku penuh arti.

Honey Bee [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang