Part - 44

3.6K 205 29
                                    


.

.

.

“Kehilangan mengajari sebuah arti, untuk menghargai selagi ada di sisi.”

.

.

.

*Diva POV*

Tibalah hari pernikahanku dengan Caren, wanita itu membangunkanku pagi-pagi sekali dari rumah Onee untuk menuju gedung tempat acara dilaksanakan. Kami memasuki ruangan yang berbeda untuk mendapat riasan, aku bersama dengan keluarga Gremory, Sasui, dan Alexandra. Sedangkan calon seseorang yang akan meminangku itu bersama dengan keluarga Tamura, dan Merlin.

“Udah siap lu?” Tanya Rina padaku.

“Siap banget, yang gak siap itu kalo aku kehilangan dia.” Jawabku.

“Bucin!” Ledek Rina dan Yuka.

“Iri bilang boss!” Balasku.

“Kamu sudah selesai? Kalo udah buru gih temuin calon kamu sekarang.” Ujar kak Grace memastikan.

“Sudah kak.” Jawabku.

Bergegas aku keluar dari ruangan ini, dengan dibantu Rina dan Yuka mengangkat gaun berwarna putih yang kukenakan. Ketika baru saja kami keluar dari ruangan, tampak Caren sudah menunggu dengan menggunakan gaun dengan warna yang sama pula. Wanita dewasa itu terlihat cantik nan mempesona, rasanya membuat nyaliku ciut untuk bersanding dengannya. Aku di buat tak berkedip melihat parasnya, begitupun ia yang tak berkedip ketika pertama kali melihatku muncul dari balik pintu.

Lamunan kami disadarkan oleh tuyul-tuyulku yang berada di sekitar kami, sesekali mereka menggoda dan melayangkan candaan kepada kami. Entah kenapa baik aku maupun wanita itu sama-sama tersipu malu, seolah tak berniat membalas candaan yang kami lakukan hanya mengulum senyum dalam diam.

“Ekhem!” Dehem Rina.

“Makhluk astral macem Leak bisa cakep bak bidadari gitu yah. Gue jadi keinget waktu dateng ke tunangan orang, ada cewek yang nahan tangis gitu sampe megangin bulu matanya karna takut jatuh.” Lanjut Rina.

“Pake shy-shy cat segala.” Timpal Shyeren.

“Jangan digodain gitu lah, kasian itu pipi merah mulu.” Sahut Yuka.

“Mending kita cabut deh, kuy gantian nengokin Anin.” Ajak Rina.

Pergilah mereka berlalu, meninggalkan aku dan wanita itu berdua. Kami sama-sama terdiam tak mau membuka pembicaraan, rasanya cukup canggung bagiku meskipun kami telah melalui banyak hal bersama.

“K..kamu hari ini, s..sangat cantik.” Pujinya gagu dengan muka memerah memulai pembicaraan.

“K..kamu juga.” Balasku gagu dengan muka memerah.

“Juga apa?” Godanya padaku.

“Jugaaa-, cantik?” Jawabku gugup dengan intonasi bertanya.

“Ayo, sebaiknya kita bergegas.” Ujarnya sambil tersenyum, dan masih dengan menatapku penuh arti.

“I..iya, ayo.” Ucapku gagu karna sedari tadi ia tak melepaskan tatapannya padaku.

Kami berduapun hendak menuju tempat resepsi berada, ramai orang telah menunggu kedatangan kami berdua. Namun ketika hendak menuju ruangan tersebut, di tengah lorong seorang pria menghambat kami menuju ke sana.

Honey Bee [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang