Part - 23

3K 206 12
                                    


.

.

.

“Daun yang jatuh tak pernah membenci angin.”

.

.

.

*Caren POV*

Sudah berlalu saat dimana seorang gadis ditemukan terkapar berlumuran darah, wajahnya nampak damai ketika ia belum siuman dan masih terlelap dalam tidurnya. Kurasakan sakit, melihatnya dalam kondisi buruk seperti itu.

Ketika di hari pertunanganku, ia datang sebagai saudara dari kekasihku. Aku sempat mencuri pandang padanya, namun kudapati ia bergandeng tangan mesra dengan sahabatnya.

Tak kupedulikan hal itu, karna dia kini adalah masa laluku. Bahkan alasan aku kembali pada mantan kekasihku ini adalah, karna temanku yang merasa enggan dan masih curiga padaku. Memang aku masih memiliki rasa pada gadis itu, tapi aku tak ingin semakin menyakitinya.

Usai prosesi tukar cincin adalah saatnya pesta dansa, aku yang berdansa mesra dengan tunanganku terusik oleh keramaian di sebrang sana.

Tampak seorang gadis yang terlihat sangat cantik dengan gaunnya, ia berdansa mesra dengan seorang pria. Akupun tak fokus dengan dansaku sendiri bersama tunanganku, sedari tadi entah kenapa aku mencuri pandang padanya.

Sungguh batinku berkecamuk ketika pria itu melontarkan kata-kata romantis padanya, mereka terlihat seperti tuan putri dan pangeran. Dan entah bagaimana kini mereka menjadi pusat perhatian, rasanya sesuatu yang menyakitkan menyayat hatiku ketika gadis itu membiarkan pria itu mencium punggung tangannya saat mengakhiri dansa.

Tidak seharusnya aku merasa seperti ini, aku sudah bertunangan. Tapi tetap saja, hatiku berkecamuk melihat dia berdampingan dengan seseorang lainnya.

-

Akhir pergantian tahun ajaran baru ini, tempat dimana tunanganku bekerja akan mengadakan acara. Tunanganku itu memintaku untuk menjemputnya, dan menunggu di lobby sekolah.

Sungguh di luar dugaan, lagi-lagi aku melihatnya. Aku benci itu, ketika ia tampak serasi dengan pria yang berdansa dengannya di hari pertunanganku.

Sialnya tunanganku ini justru menghampirinya, dan ia menarik pelan tanganku tanda agar mengikutinya.

“Diva! Onee kamu tadi bilang, kalo dia lembur enggak pulang. Kamu mau kita temenin di rumah apa gimana? Atau sekalian tinggal bareng kita? Soalnya dia 3 hari katanya.” Ujar Morgana.

“Eh, Miss Morgana.” Sapa gadis itu dan anak laki-laki itu sopan bersamaan.

“Aku di rumah aja deh, ntar biar ditemenin tuyul-tuyul itu.” Ucapnya, dan memberikan senyum manis pada tunanganku.

'Shit! Senyuman itu, aku membencinya!'

“Bener? Ntar aku mampir aja deh.” Ucap Morgana, dan diapun melebarkan matanya.

“Eh, eng..nggak usah Miss. Aku.. ada janji sama Kiki, ya kan Ki!” Ucapnya gagu, nampak seperti berbohong.

Entah kenapa aku tak suka melihatnya bersama pria itu, ingin sekali aku memprotesnya. Namun aku cukup tahu diri, bahwa aku tidak memiliki hak akan hal itu.

“Eh?! I..iya Miss, kita lagi lembur juga kan kita berdua satu jobdesk lagi tahun ini.” Ucap anak laki-laki itu.

'Apa mereka akan lembur berdua saja?!'

Honey Bee [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang