Extra Part 1

4K 180 2
                                    


.

.

.

“Bahagia tak harus tertawa, bersedih tak harus menangis, karena diam lebih bijaksana.”

.

.

.

*Caren POV*

Tiga hari berlalu sejak pernikahanku dengan istriku.  Aku dan istriku saat ini tengah menikmati waktu berdua saja, rebahan di atas ranjang sambil menonton anime adalah kesukaan istriku. Gadis yang mampu memikatku dulu sama sekali tidak berubah sejak pertemuan kami di hari itu. Aku sangat bahagia bersama dengannya, bersama dengan sosok yang kucintai. Akhirnya setelah sekian banyak masalah, aku bisa menikmati kehidupanku yang damai bersamanya.

“Caren, aku diajakin temen-temen main, boleh gak?” Ujarnya bertanya.

“Kemana? Sama siapa?” Tanyaku.

“Ke bukit sih, sama tuyul-tuyul itu.” Jawabnya.

“Aku ikut.” Sahutku.

“Hm, iya.” Balasnya.

Entah kenapa aku tak ingin ia bepergian tanpa sepengetahuanku, itu cukup membuatku cemas. Mungkin ada sedikit rasa trauma, teringat dulu awal kali aku menjalin hubungan dengannya.

-

Bukit - 09:30 AM

Tibalah kami di tempat ini, baik istriku dan teman-temannya sangat menikmati hari mereka. Sesekali mereka tampak bercanda ria. Namun tak berselang lama istriku terdiam di sela-sela candaan mereka, pandangannya kosong menatap ke satu titik. Cukup lama ia terdiam hingga matanya tampak berkaca-kaca.

Bee, ada apa?” Tanyaku.

Ia tak menyahut dan masih terdiam. Sontak semua teman-temannya juga mengalihkan pandangan mereka pada istriku.

“Woy Leak!” Tegur adikku, Shyeren.

Ia masih tak menjawab. Rina tampak menghela nafas dan menghampirinya.

“Heh Kampret!!” Ucap Rina setengah berteriak sambil menepuk pundaknya.

Shit!” Umpat istriku yang terkejut.

“Apaan sih cebong! Gabisa selow nih anak!” Ketus istriku yang merasa terusik.

“Ya lu dipanggilin dari tadi gak nyaut, kan kita kerepotan kalo lu ketempelan.” Ujar sepupuku Anna sambil memutar malas bola matanya.

“Lu kali ketempelan.” Balasnya datar.

Seketika aku teringat sesuatu. Bisa kusimpulkan ia melamunkan kejadian di hari itu, hari terakhir bersama teman dekatnya. Gadis yang pernah membantu hubunganku dengan istriku, yang kini ia telah tiada. Ingatanku bagai terulang kembali ketika melihat story di media sosialnya. Yang mana ia dan istriku menghabiskan waktu bersama, di tempat yang sama dengan kami saat ini.

Kuraih pundaknya dari samping, mengusapnya pelan untuk memberi rasa tenang dan nyaman. Sontak ia mengalihkan pandangannya padaku, mentapku dalam dengan senyuman yang tak bisa kuartikan.

“Terima kasih.” Ucapnya tiba-tiba.

“Untuk?” Tanyaku bingung.

“Segalanya.” Jawabnya sambil melingkarkan tangannya ke pinggangku.

Honey Bee [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang