"Ino, kalau sedang makan, jangan main ponsel terus!" tegur mama."Iya iya," jawab gue, lalu mematikan ponsel, dan fokus makan.
Setelah selesai, gue ngambil ponsel dan kembali senyum-senyum tidak jelas. Semua ini gara-gara Sai, sepulang dari tawuran, Sai ngechat gue dan memberi perhatian manis, anjay gue tambah baper lah.
"Jidat kamu kenapa?" tanya papa yang baru pulang. Gue langsung gugup, papa itu pakar Psikolog, pasti dia tahu kalau gue sedang bohong.
"Kena tonjok,"
"Kok bisa?"
"Gara-gara ngelerai orang pah, terus aku kena, hehe."
"Emang siapa yang berantem?" tanya papa lagi, sumpah. Papa gue kepo banget!
"Biasa lah pah, di kelas pada bercanda, tapi kelewatan. Ya gitu deh, Ino ke kamar ya pah, byee!"
Gue segera berlari untuk menghindari papa, gue jamin, kalau tetap disitu, papa bakal nanyain terus sampai gue ngaku.
Setelahnya gue lebih dekat pake banget sama Sai, kita juga sudah beberapa kali berangkat dan pulang bareng.
Tapi gue sebel sama dia, gue ngerasa di gantung banget, udah baper gini tapi gak dikasih kepastian, sakit njir.
Hari senin, satu kelas berencana bolos. Keren gak? keren dong pasti, kelas gue gitu loh. Hahah.
Apalagi Sai bakal jemput gue.
Pagi-pagi banget, gue aja baru bangun. Sai sudah sampai rumah gue. Dengan cepat gue langsung mandi, jangan sampai Sai nunggu terlalu lama.
Setelahnya, kita otw ke rumah Tenten.
"Sai, lo gak takut dimarahin nyokap lo, karena ikut bolos?" tanya gue saat di mobil.
"Nyokap gue gak bakal tahu," jawab Sai, tanpa menoleh."Kok bisa?"
"Gue cuma tinggal sama kakak gue, mama sama papa gue juga gak tinggal serumah, udah pisah."
"Eh maaf," Gue menggaruk rambutku yang tidak gatal.
Jadi gak enak sama Sai, gue udah nyinggung dia tentang keluarganya. Gue benar-benar gak tahu apa-apa tentang keluarganya.
Sai tersenyum. "Santai aja."
Setelah sampai di rumah Tenten, gue dan Sai masuk beriringan. Dan di sana hanya ada Shino dan kiba.
"Tenten mana?" tanya gue kepada Kiba yang sedang menonton TV.
"Lagi mandi," jawab Kiba. Dan gue langsung duduk di samping Sai.
"Nempel aja terus!" cibir Shino.
"Syirik lo No!" balas gue sengit.
"Sama-sama 'No' jangan berantem," kekeh Tenten yang baru keluar.
Tidak lama setelah itu, Hinata dan Neji datang, dan gue ikut Hinata untuk membantu Tenten menyiapkan camilan.
Seharian di sini sangat menyenangkan, apalagi saat Shikamaru dan Temari yang bertengkar dan berakhir dengan jadian.
Gue iri banget, Temari dan Shikamaru aja yang kelihatannya berantem terus aja sudah jadian. Sedangkan hubungan gue dan Sai belum ada kejelasan.
Setelah pulang dari rumah Tenten, mood gue hancur. Di sekolah juga begitu.
Kapan Sai nembak gue?
Massa gue yang harus duluan?
sudah cukup gue yang ngejar Sai dulu sampai, Sai jadi luluh sama gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Konoha high School(hinata Hyuuga) SELESAI ✔
FanfictionFOLLOW SEBELUM MEMBACA Karakter ini milik Masashi Kishimoto! Konoha High School adalah sekolah elit yang kepintaran muridnya sudah tidak diragukan lagi, seperti salah satu kelas sebelas MIPA 1, MIPA 1? sudah pasti diisi dengan murid-murid jenius, ...