Sudah beberapa bulan berlalu sejak insiden Hinata jatuh ke dalam jurang, tidak banyak orang yang mengetahuinya hanya teman-temanya, dan teman Sasori, serta Pak Guys dan Pak Kakashi saja.Dua minggu setelahnya Hinata berangkat ke sekolah selalu memakai jaketnya, untuk menutupi bekas luka, dan selama satu bulan ini juga ia tidak pernah melihat Samui, nampaknya gadis itu menghindarinya, mungkin terlalu malu menampakkan dirinya di hadapan Hinata.
Hinata sudah tahu, kalau Sasuke lah, yang pertama menemukan dirinya, membuat perasaannya menjadi bertambah kuat terhadap cowok Uchiha itu, tetapi cowok itu masih sama.
"Yess, udah mau naik kelas!" seru Naruto girang.
"Satu minggu lagi ulangan kenaikan, pasti gak dibolehin main lagi sama bokap," desah Ino sembari membenamkan kepalanya.
"Gapapa, lah. Habis ulangan 'Kan libur," sahut Hinata, baginya di kekang oleh peraturan keluarga itu sudah terbiasa bagi Hyuga.
Belajar giat, agar mendapat nilai sempurna dan tidak membuat malu keluarganya.
"Enak ya, kelas dua belas, sekarang udah bebas," gumam Sakura.
"Sebelum itu, mereka juga padat dengan ujian kali," balas Tenten.
"Nanti kelas duabelas, gue gak mau jadi wakil ketua lagi, harus gantian. Gue mau pensiun," ucap Hinata sembari mata yang melirik ke arah Sasuke yang sedang duduk di atas meja, di sebelah Naruto.
"Yahh, kok gitu?" sahut Tamaki, karena menurutnya Hinata itu yang terbaik, santai dan tidak terlalu mengekang, tetapi bertanggung jawab.
"Gue sih, terserah lo aja, kalau emang udah cape, mundur aja." Gaara tersenyum tipis.
"Gue setuju dengan Gaara," timpal Shino yang mendapat anggukan setuju dari yang lain.
"Emang deh, ketos yang satu ini paling the best!" seru Hinata sembari merangkul Gaara.
Sasuke berdehem dengan wajah datarnya. "Hinata mundur, gue juga."
Sontak, Hinata menghentikan acara bercandanya dengan Gaara, lalu melotot ke arah Sasuke. "Kok gitu, jangan curang lo!"
"Yaudah si, kalau mau ganti, ya semuanya aja, buat stuktur kelas yang baru, toh cuman setahun doang," ucap Shikamaru dengan malas.
"Gausah dibuat pusing napa, naik kelas aja belum!" Chouji berucap dengan mulut yang penuh dengan makanan.
"Kita pikirin buat ulangan guys, kita kelas unggulan harus mendapat nilai yang terbaik!" seru Lee yang membangkitkan semangat untuk yang lain.
"Kita semua jadi rival, sampai ulangannya selesai!" timpal Naruto.
"OKEY!" sahut yang lainnya dengan serentak, setelahnya mereka saling tertawa.
Hinata tersenyum, ia bangga dengan teman-temannya, baginya, mereka adalah segalanya.
***
Ulangan kenaikan sudah di mulai, mereka benar-benar serius untuk mendapat nilai yang terbaik, bahkan yang terlalu bucin seperti Ino pun, saat ini fokus dengan belajarnya, dan sedikit menjaga jarak dengan Sai.
Tidak ada acara main sepulang sekolah, yang ada hanya belajar dan belajar.
Seperti Hinata, bahkan Hiashi selalu mengawasi putrinya itu, agar Hinata selalu belajar dan tidak membuang-buang waktu, dan Hikari yang selalu memastikan agar Hinata tidak sampai terlambat makan dan istirahat yang cukup.
"Bagaimana ulangan kamu, lancar?" tanya Hiashi setelah selesai makan malam.
"Lancar, kok."
"Kak, anterin gue bentar dong, please!" pinta Hanabi yang tidak sadar mendapatkan tatapan tajam dari Hiashi.
"Hanabi, sekarang Hinata tidak papa ijinkan untuk keluar, dia masih ulangan, harus belajar!"
Hanabi langsung menekuk bibirnya, ia bosan, walaupun di rumah Hanabi seperti tidak merasakan sosok Hinata, karena kakaknya itu seperti terisolasi.
Dulu juga, saat ujian, Hanabi merasakannya, tidak boleh keluar, dan harus giat belajar.Sekarang, ia sudah bebas, ujian sudah selesai, hanya menunggu pengumuman kelulusan, dan mempersiapkan masuk ke SMA.
"Memangnya kamu mau ke mana?" tanya Hikari.
"Pengen beli jajan," jawab Hanabi singkat.
"Bukannya, di lemari, dapur, dan kamar lo, masih banyak jajan?" tanya Hinata, tidak mungkin di rumah ini kehabisan stok jajan.
"Pengennya beli dan keluar," jawab jujur Hanabi.
Hiashi menbuang napasnya. "Hinata, kembali ke kamar, dan lanjutkan belajar."
"Hanabi, minta diantar supir, atau delivery saja," lanjutnya.
"Iya, Pah," jawab Hinata dan Hanabi bersamaa. Mereka bangkit dan beriringan menuju kamarnya masing-masing.
Sesampainya di kamar, Hinata memilih belajar di teras balkonnya, selain ingin menghirup udara segar, ia jenuh.
Di seberang, dapat Hinata lihat siluet Neji yang juga duduk sembari membaca bukannya.Tidak hanya Hinata dan Hanabi, Neji dan yang lain pun pasti begitu, karena tidak ingin mendapat hasil yang mengecewakan.
Suara jendela tergeser, mengalihkan Hinata dari acara membacanya, Hinata langsung melempar senyum ketika melihat Neji yang sedang melambaikan tangannya.
"Semangat, Hin!" seru Neji dari seberang.
"Semangat juga!" jawab Hinata dengan berteriak.
***
Hinata berjalan santai menuju gedung tempat ulangan berlangsung, gedung itu berjarak lebih jauh dari parkiran.
Ini adalah hari ke tiga, ulangan berlangsung, masih kurang beberapa hari lagi sampai ulangan selesai, tetapi rasanya ia sudah tidak sabar, ia ingin segera berkumpul dengan teman-temanya.
Selama ulangan, mereka di acak dan berbeda kelas.
Hinata menoleh ketika dirasa ada orang yang berjalan di sampingnya. "Sasuke," gumam Hinata sedikit kaget.
Sasuke menghentikan langkahnya, lalu menunduk, lalu memajukan wajahnya."Semangat!" bisik Sasuke tepat telinga Hinata. Setelahnya, cowok itu kembali berjalan dengan gaya coolnya.
Hinata mematung, rasanya berdebar-debar, ia mengusap tengkuknya karena merasa tubuhnya merinding dengan bisikan Sasuke.
Ia kembali berjalan dengan menampilkan senyum manisnya, Sasuke, cowok itu selalu membuatnya berdebar dengan tindakan kecilnya yang tidak terduga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Konoha high School(hinata Hyuuga) SELESAI ✔
FanfictionFOLLOW SEBELUM MEMBACA Karakter ini milik Masashi Kishimoto! Konoha High School adalah sekolah elit yang kepintaran muridnya sudah tidak diragukan lagi, seperti salah satu kelas sebelas MIPA 1, MIPA 1? sudah pasti diisi dengan murid-murid jenius, ...