Camp part 2

718 68 9
                                    


"Gaara keren juga ya," ucap Tenten terkagum-kagum.

"Woahh, iya, Njir! Keren banget!" pekik Sakura histeris, gadis pink itu seperti tidak mempedulikan keberadaan Naruto di sampingnya yang sedang memasang wajah kesalnya.

"Lagunya dalem banget, jadi sedih huhu." Tamaki mengucek matanya, dan tanpa sadar gadis itu sudah menyandarkan kepalanya di pundak Kiba.

"Iya, Gaara menjiwai banget," timpal Ino.

Hinata membenarkan dalam hati, karena yang ia lihat sekarang adalah Gaara yang tengah bernyanyi dengan menggunakan gitarnya, dalam nyanyian itu, Gaara seperti sedang menyampaikan sesuatu.

Entah Hinata yang terlalu merasa atau menang fakta, sepertinya daritadi Gaara terus meliriknya, mata cowok itu menyiratkan sesuatu yang bisa baca.

"Tem," bisik Hinata sembari menoleh ke arah Temari.

Sedangkan Temari langsung mengangguk, seperti paham dengan maksud Hinata.

"Hin! Lo daritadi kok diam ajasih?" tanya Sakura, tangan gadis itu sudah memegang kening Hinata yang sama sekali tidak panas.

"Ha?" cengo Hinata.

"Lo kenapa, sih? Gak panas," jawab Sakura dengan dengusan. Bisa-bisanya gadis itu melamun di acara yang seru begini.

"Lo sakit, Hin?" tanya Neji khawatir, karena sikap sepupunya itu.

"Enggak, kok! Aku gak papa," jawab Hinata sembari tersenyum kikuk.

"Mikirin apa lo?" tanya Gaara.

Hinata menjengit kaget, kenapa Gaara tiba-tiba sudah ada di sampingnya? Ataukah dirinya yang tidak sadar karena melamun?
"Kok lo di sini, bukannya lo nyanyi?"

Gaara tertawa. "Udah selesai kali, ah!"

"Keren lo, Gar!" decak Ino, "iya 'Kan, By?"

Sai hanya mengangguk dengan senyum andalannya.

"Kalau gue yang nyanyi, pasti kerenan gue!" sahut Naruto tidak mau kalah.

Sakura memutar bola matanya malas, dia bingung kepada dirinya sendiri, kenapa juga ia bisa suka dengan cowok modelan seperti Naruto, padahal dari dulu tipenya adalah cowok keren dan dingin seperti Sasuke.

Dulu memang Sakura pernah suka dengan Sasuke, tetapi seiring berjalannya waktu, ia sadar, ternyata rasa itu hanya sekedar ketertarikan atau kekaguman semata, malah ia menjadi menyukai Naruto. Cowok yang dulu sering membuatnya jengkel karena tingkah lakunya yang kelewat absurd itu.

"Iya, lo keren," ketus Sakura mengiyakan.

"Ah, jadi malu, aku tersanjung loh, beb!"

Gadis berambut pink itu mencebikkan bibirnya, malu sekaligus geli dengan panggilan Naruto, apalagi di sini banyak orang.

"Alay banget sih lo!" kiba memukul Naruto lantaran kesal.

"Bilang aja lo iri karena jomblo," timpal Shino.

Kiba menjadi bertambah kesal, kenapa semua temannya menjadi menyebalkan?
"Cih, lo juga jomblo!"

Shino tidak menjawabnya lagi, ia melipat tangannya, lalu bersikap acuh tak acuh.

"Udah deh, diem! Gausah ribut, kita yang jomblo diam aja!" seru Tenten yang dalam hati juga merasa kesal, entah apa penyebabnya.

"Hm, kenapa kaum jomblo sekarang jadi suka marah?" gumam Neji.

"Merepotkan! Kalau gak mau jomblo ya cari pacar, jangan cuma marah dan dalam hati iri!" ucap Shikamaru tepat mengenai hati mereka.

"Tau tuh, udah ah, gue ke tenda duluan, yak!" tanpa menunggu respon teman-temanya, gadis itu berjalan ke tenda yang tidak jauh dari tempatnya duduk.

"Dasar Hinata," gumam Ino.

Setelahnya, mereka semua melanjutkan menonton acara hiburan itu, berbeda dengan Hinata yang malah berdiam seorang diri di dalam tenda.

[Kak, lo sendiri?]

Suara Hanabi di seberang telfon terdengar tidak percaya. Ya, sekarang Hinata sedang melakukan panggilan video dengan adiknya itu, Hanabi.

[Seperti yang lo lihat]

Jawab Hinata sembari memperlihatkan sekitarnya.

[Lo gak takut apa kak?]

[Ngapain takut?]

[Dih, kan di tengah hutan gitu, gelap lagi!]

Hinata tertawa, ada-ada saja adiknya itu, mana mungkin ia takut, kan di dalam tenda, lagipula tidak gelap, hanya remang-remang saja.

[Hm, kak. Gue mau tidur dulu ya, lo hati-hati. Bye!]

[Iya, tidur sana. Anak kecil gabole tidur larut.]

Hanabi mencebikkan bibirnya, sebelum mematikan panggilannya.

Setelah panggilan terputus, Hinata mengernyitkan dahinya karena melihat sebuah pesan yang dikirimkan oleh Gaara, pesan itu sudah masuk dari sepuluh menit yang lalu, tetapi ia baru saja membukanya.

Gaaraa pea

Hin, kesini bentar

Gue tunggu di pinggir danau dekat gazebo

Tiba-tiba jantung Hinata berdetak tak karuan, perasaannya menjadi tidak enak. Ada apa dengan Gaara?
Kenapa cowok itu menyuruhnya ke pinggir danau?

Gaara pea


Ada apasih, Gar?

Njir baru dibales

Jawab ih

Kesini aja, gue mau ngomong bentar doang

Di chat kan bisa

Ribet

Kesini gue udah nunggu woy

Ok

Dengan sedikit berlari, akhirnya Hinata sampai ke tempat yang di maksud Gaara.
Hinata dapat melihat Gaara yang sedang duduk sendiri di atas batu besar sembari menunduk, karena tengah memainkan ponselnya.

Hinata membuang napasnya sejenak, berusaha menetralkan detak jantungnya yang berdetak cepat karena sehabis berlari dan sedikit gugup.

Dengan sekali deheman, Gaara langsung menoleh ke belakang. "Lama banget!"

"Mana tahu gue kalau lo ngechat! Lagian kenapa gak ngomong sekalian saat di api unggun, sih!" jawab Hinata sewot.

"Sampai digigit banyak nyamuk gue, karena nunggu lo!"

"Dih, lo aja yang belum mandi! Gue gak ngerasa ada nyamuk tuh," balas Hinata, sekarang rasa gugupnya sudah menghilang entah kemana.

"Iya, gue salah!" ucap Gaara mengalah, tetapi masih sedikit sewot. "Sini, duduk."

Tanpa menjawab lagi, Hinata naik ke atas batu besar itu, lalu duduk di samping Gaara.

"Airnya seger," ucap Hinata dengan mata yang bersinar karena terkena pantulan sinar bulan.

"Bulannya indah, kayak mata lo," gumam Gaara dengan menatap bergantian mata Hinata dan bulan.

"Oh, tentu, dong!" seru Hinata.

"Kenapa sih gue suka sama lo?"

Hinata tersedak salivanya sendiri, sudah ia duga, Gaara akan mengatakan seperti itu, tetapi ia tidak pernah menyangka, kalau cowok berambut merah itu langsung to the poin.
.
.
.
Jangan lupa vote komen dan follow❤

Konoha high School(hinata Hyuuga) SELESAI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang