6. Instructions

156 33 0
                                    

-- Sebuah rumah --

Ibu Hayoung beberapa kali mengecek ponselnya dan tampak ragu untuk menghubungi nomor anaknya. Dia bahkan selalu berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya sambil masih memegang ponsel di tangannya. 

"Kenapa kau selalu masuk ke dalam sini?" Suaminya muncul dari ambang pintu yang terbuka lebar. 

"Aku hanya mengkhawatirkan Hayoung. Apa dia makan dengan baik dan tidur tepat waktu selama tinggal di rumah barunya?"

"Apa kau berencana untuk menghubunginya lagi?" Pria itu berjalan masuk sambil memperhatikan kamar yang lebih kosong dari biasanya ini.

"N-nde...."

"Dia masih berada di sekolah dan jam pelajaran masih berlangsung di sana. Jangan mencoba untuk mengganggu kegiatan belajarnya"

"Aku tahu.... Hanya saja aku tidak bisa berhenti memikirkannya sejak kemarin"

"Dia baik-baik saja. Belum satu minggu dia tinggal di rumah barunya tapi kau sudah mengkhawatirkannya seperti ini. Biarkan dia menjalani kehidupan sehari-harinya dengan tenang. Dan jangan pernah menghubunginya sebelum dia yang lebih dulu menelponmu"

"Wae? Aku merindukan anakku sendiri"

"Dia masih tinggal tidak jauh dari kediaman ini. Selama dia tidak meneleponmu, dia pasti akan baik-baik saja. Lagipula dia tidak tinggal sendiri di sana"

"Tetap saja... Dia tidak pernah menginap di luar rumah lebih lama dari ini sebelumnya. Bahkan kegiatan luar sekolah pun tidak pernah diikutinya"

"Berhentilah bersikap lemah seperti ini. Sehun bukan orang asing bagi kita. Mereka berdua merupakan teman semasa kecil. Kau sudah mempercayai lelaki itu setelah berbicara dengannya secara langsung waktu itu"

"Mungkin aku akan berkunjung ke rumah mereka saat akhir minggu nanti"

"Kau sudah mempunyai janji lebih dulu untuk mengunjungi kedua orang tuaku"

"Benar, aku hampir lupa. Kalau begitu, aku harus menemui Hayoung besok sore"

"Bisakah kau bersabar sedikit? Dia belum mengeluhkan apapun selama lima hari ini"

Tiba-tiba saja ponsel istrinya berbunyi. Wanita itu langsung menekan layar saat melihat nama sang pemanggil yang muncul. 

"Halo? Hayoung'ah"

"Eomma...... Bisakah aku kembali tinggal denganmu lagi?"

"Wae? Kenapa tiba-tiba kau berbicara seperti itu?"

"Aku tidak suka tinggal terpisah denganmu. Sehun oppa sudah membuat peraturannya sendiri tanpa persetujuan dariku"

"Peraturan? Apa yang dia lakukan padamu?"

"Aku tidak bisa menggunakan perangkat komputer yang diberikan Appa waktu itu. Koneksi internet juga tidak boleh terpasang sampai akhir minggu tiba. Aku tidak mempunyai hiburan lain kecuali dengan bermain game"

"Hayoung'ah, mungkin dia hanya ingin menekan biaya pengeluarannya. Sehun baru akan mendapatkan gaji pertamanya akhir bulan ini, jadi dia harus........"

"Kenapa kau membelanya seperti ini? Apa itu berarti aku masih harus menempati rumah itu bersama dengannya?"

Wanita itu mulai kesulitan untuk menanggapi ucapan sang anak. Sampai akhirnya dia menyerahkannya pada sang suami karena Hayoung pasti akan lebih menurut dengan sikap Ayahnya yang tegas. 

"Kenapa kau bisa menelepon Ibumu di jam seperti ini?"

Hayoung mulai terdiam saat mendengar suara sang Ayah di ujung telepon. 

Love Is Not A GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang