Ujian semester sudah hampir tiba dan kegiatan belajar mengajar di salah satu sekolah masih terus berlangsung. Tidak biasanya beberapa buku di perpustakaan mulai terpinjam oleh para murid di sana. Para tenaga pengajar juga sering mendapatkan konsultasi hanya untuk sekedar ditanyai beberapa hal terkait pelajaran yang mereka kuasai. Suasana setiap kelas dipenuhi dengan para murid yang sibuk mendiskusikan pelajaran dan hal itu bisa terlihat meskipun di saat jam istirahat sekalipun.
"Yerin'ah, apa kau membawa buku yang ku pinjamkan waktu itu?"
"Aku lupa untuk memasukkannya ke dalam tas tadi. Besok aku berjanji akan langsung mengembalikannya padamu, Sooyoung'ah"
Interaksi kedua siswi itu menarik perhatian Hayoung yang sedang berjalan di lorong sekolah saat waktu istirahat tiba. Sudah lama dia tidak berbicara dengan mereka berdua karena memang permintaan yang harus diikutinya itu. Dia sebenarnya masih sempat menyapa setiap berpapasan satu sama lain, namun karena mereka terlalu menghiraukannya jadi dia mulai terbiasa untuk tidak terlalu memperdulikan mereka lagi dan kembali fokus untuk mempersiapkan ujian yang akan berlangsung minggu depan.
"Apa dia tidak ada di dalam?" Hayoung sudah beberapa kali mengetuk pintu sebuah ruangan dan belum ada jawaban apapun dari sang pemilik.
"Mwoya? Kenapa dia ke sini lagi?" Suara seseorang membuatnya menoleh. Dia melihat ada beberapa siswi yang berdiri tidak jauh darinya sedang memperhatikannya.
"Aishh apa dia ingin mendahului kita lagi?"
Hayoung memilih untuk langsung beranjak dari sana karena merasa terganggu dengan ucapan mereka. Dengan lemas, dia berjalan menuju anak tangga dan melewati perpustakaan. Dia tidak sengaja mendapati sosok Sehun sedang berkumpul bersama beberapa murid dan sibuk membicarakan sesuatu.
"Seonsaengnim, apa kau bisa menjelaskan pertanyaan bagian ini?"
Dia menduga kalau mereka sedang mendiskusikan pelajaran. Jadi langkahnya berlanjut sampai ke kelas dan gagal untuk menghabiskan sisa waktu istirahat ini dengan guru tadi.
"Apa yang harus ku lakukan sekarang?" Hayoung mulai mengutak-atik ponselnya saat sudah duduk kembali di tempat duduknya.
Tidak berapa lama kemudian, ada panggilan masuk dan tidak sengaja langsung terjawab karena jarinya sedang menekan layar.
"Halo?"
"Hayoung'ah, apa yang sedang kau lakukan sekarang?"
"Nde?" Dia melihat nama sang pemanggil terlebih dulu sebelum langsung menempelkan ponselnya kembali ke salah satu telinga.
"Tidak ada. Waeyeo, Sejun oppa?""Aku hanya ingin bertemu denganmu. Apa akhir minggu ini kau mempunyai waktu luang?"
"Maafkan aku, oppa. Minggu depan merupakan jadwal ujian semester ku. Jadi aku tidak bisa pergi kemanapun"
"Benarkah? Bagaimana kalau setelahnya? Aku ingin mengajakmu pergi makan bersama lagi seperti waktu itu"
"Aku harus meminta izin dari Sehun oppa terlebih dulu" Hayoung memperhatikan sekelilingnya untuk memastikan kalau tidak ada yang mendengar ucapannya ini.
"Wae? Apa dia melarangmu untuk bertemu denganku?"
"Ti-tidak. Hanya saja aku harus mendapatkan izinnya sebelum keluar rumah bersama orang lain"
"Benarkah? Apa kedua orangtuamu yang memintamu untuk melakukannya?"
"Tidak"
"Lalu kenapa kau merasa takut untuk pergi denganku? Apa aku terlihat seperti orang lain bagimu?"
Hayoung mulai kesulitan untuk menjawab.
"Ma-maksudku, aku hanya.........""Kalau begitu, biar aku yang memintanya langsung pada Sehun nanti. Kau hanya perlu menyiapkan diri untuk pergi denganku setelah ujianmu berakhir"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Not A Game
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Guna mengubah anaknya untuk menjadi seorang pelajar yang lebih baik lagi, kedua orang tua Hayoung harus menempatkan anaknya di salah satu rumah bersama dengan teman semasa kecilnya yang berprofesi sebagai seorang guru. Kegemarannya pada...