-- Tiga tahun kemudian --
Kegiatan perkuliahan yang dijalani Hayoung semakin terasa padat setiap mendekati ujian semester. Dia juga masih melakukan kebiasaan lamanya dengan bermain game tapi hanya saat dia merasa penat dengan segala aktivitas di kampusnya saja. Pertemanannya juga tidak terlalu luas, namun kepopulerannya hampir mengalahkan beberapa mahasiswi lain yang berasal dari fakultas berbeda dengannya. Dia masih sering menghubungi dua sahabat lamanya saat memiliki waktu luang. Namun tidak dengan tunangannya yang juga mulai sibuk dengan sesuatu sampai mengabaikan pesan teksnya yang sudah terkirim beberapa hari yang lalu.
"Bosan sekali....." Dia segera membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur setelah lama duduk di meja belajarnya sejak dua jam yang lalu.
Kedua matanya juga merasa lelah dengan banyaknya melihat tulisan dari buku-buku besar yang sempat dipinjamnya dari perpustakaan kampus kemarin.
"Apa yang sedang dia lakukan hari ini?" Hayoung kembali mengambil ponsel yang tergeletak di sebelahnya.
Dia mengutak-atiknya sebentar untuk membuka sebuah galeri yang banyak kumpulan foto-foto yang dikirimkan Sehun selama beberapa tahun ini. Sesuai dengan perjanjian yang mereka lakukan waktu itu, Sehun pun melakukannya dengan baik di awal-awalnya tinggal berpisah. Namun seiring berjalannya waktu, foto-foto itu semakin berkurang dan sekarang hanya sampai padanya selama satu bulan sekali saja.
"Mungkin dia sibuk mempersiapkan ujiannya juga sama denganku..." Hayoung selalu mencoba untuk berpikiran positif mengenai kesibukan tunangannya itu.
"Apa yang harus ku lakukan sekarang?" Dia memiringkan tubuhnya dan menatap jendela kamarnya dalam diam selama beberapa menit.
Pintu kamarnya terketuk dari luar.
"Hayoung'ah, makan malam sudah siap... Keluarlah dan makan bersama kami sekarang"
Suara Ibunya membuatnya bangkit dari posisi itu dan segera menuju ke arah ruang makan karena memang sudah merasa lapar sejak tadi.
"Wahh...." Hayoung bergumam pelan saat melihat banyaknya makanan yang sudah tersaji di sana.
"Duduklah. Aku sengaja memasak banyak untukmu malam ini"
"Kenapa kau melakukannya sendiri, Eomma? Kau bisa meminta bantuanku seperti biasanya tadi"
"Kau tidak keluar kamar setelah makan siang, jadi aku tidak ingin mengganggumu sama sekali hari ini"
"Kalau begitu, aku akan menikmatinya sekarang, Eomma"
"Nde. Makanlah..."
Hayoung selalu merasa terkesima dengan masakan buatan Ibunya walaupun dia memakannya hampir setiap hari. Dan sekarang, dia pun tidak berhenti memuji kelezatan sajian itu sampai membuat Ibunya merasa senang sekarang.
"Appa akan pulang telat lagi hari ini?" Tanya Hayoung sambil sibuk mengunyah makanannya.
"Dia sudah pulang sebelum aku memanggilmu ke sini"
"Nde?"
"Ayahmu mungkin merasa lelah dengan aktivitasnya di luar rumah jadi langsung tertidur begitu saja tadi"
"Apa sekolah sedang mengalami masalah akhir-akhir ini sampai Appa harus selalu pulang malam seperti ini?"
"Tidak, semuanya berjalan dengan baik. Dia hanya sedang mempersiapkan sesuatu untukmu setelah ujian akhir kuliahmu selesai"
"Sesuatu? Apa yang akan dia berikan tahun ini? Tahun lalu, dia membelikan sebuah rumah untuk ku tempati bersama Sehun oppa nanti. Apa kali ini dia akan membeliku sebuah mobil?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Not A Game
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Guna mengubah anaknya untuk menjadi seorang pelajar yang lebih baik lagi, kedua orang tua Hayoung harus menempatkan anaknya di salah satu rumah bersama dengan teman semasa kecilnya yang berprofesi sebagai seorang guru. Kegemarannya pada...