19. Explication

125 29 1
                                    

Di dalam sebuah mobil, Hayoung masih terdiam mencoba untuk mengerti maksud dari ajakan dari lelaki yang membawanya keluar rumah ini. 

"Apa kau tidak pernah melakukan kencan sebelumnya?" Tanya Sejun. 

"Nde? A-aku tidak pernah sekalipun melakukannya"

"Mwo? Apa kau bercanda?"

"Ti-tidak... Aku mengatakan yang sebenarnya"

"Apa kau terlalu sering bermain game jadi tidak pernah terlibat dalam sebuah hubungan apapun dengan seorang pria?"

"Nde?"

"Kau mempunyai peralatan teknologi yang cukup lengkap untuk memainkan beberapa game online di rumah. Pasti kau sudah mempunyai banyak kenalan yang biasanya bermain bersamamu"

"N-nde, benar"

"Lalu, kenapa kau tidak mencoba untuk mengencani salah satu dari mereka?"

"Aku tidak pernah berpikir untuk melakukan hal itu sebelumnya"

"Waeyeo?"

"A-aku hanya ingin bersenang-senang dan menikmati waktu berkomunikasi dengan mereka"

"Apa kau pernah bertemu dengan mereka secara langsung?"

"Nde. Aku sering bermain di internet cafe dekat sekolah dan hampir mengenali pengunjung yang sering datang ke sana"

"Benarkah? Kau mempunyai pertemanan yang lebih luas dari dugaanku. Apa kau benar-benar tidak pernah mempunyai ketertarikan pada mereka?"

"Nde. Kami hanya sering membicarakan game tanpa membahas hal-hal bersifat pribadi lainnya"

"Wahh, bagaimana bisa kau bertahan seperti itu?"

"Nde?"

"Para gamer itu pasti sudah kehilangan indera penglihatannya dengan mengabaikanmu begitu saja"

"Apa maksudmu, oppa?"

"Kalau aku salah satu dari mereka, aku pasti akan langsung mengencanimu dan mengajakmu untuk tinggal bersama. Mempunyai seseorang yang mempunyai ketertarikan yang sama tentu akan semakin membuat hidupmu terasa lebih menyenangkan, benar kan?"

Hayoung tidak bisa menyetujui kalimat dari lelaki ini karena masih belum terlalu paham dengan kegiatan berkencan orang-orang kebanyakan. Tapi dia bisa menyetujui hal lain dari Sejun yang ternyata masih terasa seperti saat dia bermain bersama di masih kecilnya dulu. Dia selalu merasa nyaman dengan sifat ceria dan pembahasan menarik dari lelaki ini. Dia bahkan sangat bisa membedakan kedua saudara kembar itu meskipun wajah mereka benar-benar sangat mirip. 

"Aku semakin tidak bisa berhenti mengagumimu saat mendengar ceritamu tadi" Sejun kembali berbicara. 

"Nde?"

"Kau bisa dengan mudah mendapatkan kenalan melalui game dan mungkin itu juga karena kemampuanmu dalam bermain"

"Mu-mungkin seperti itu. Tapi aku merasa kesulitan untuk mendapatkan teman-teman di kehidupan nyata"

"Mwo?"

"A-aku hanya berusaha untuk berbicara yang sebenarnya padamu. Sangat mudah bagiku untuk mengenal orang baru melalui game yang belum pernah ku temui sekalipun. Namun hal itu berbanding terbalik dari kehidupanku saat ini"

"Apa kau tidak mempunyai banyak teman selama di sekolah?"

"Hampir semua murid mengenalku karena statusku sebagai anak dari pemilik sekolah tapi tidak semuanya benar-benar berniat untuk menjadi temanku"

Love Is Not A GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang