Butuh hampir beberapa hari bagi Hayoung untuk menyembuhkan matanya yang terluka. Dokter mengatakan hal tersebut diakibatkan oleh debu yang sudah masuk terlalu dalam ke indera penglihatannya itu. Beruntung para tenaga medis bisa membantunya untuk menjalani rawat jalan di salah satu Rumah Sakit dengan baik. Dia bisa beraktivitas kembali yang membutuhkan penglihatannya seperti bermain game di komputernya.
Kegiatan rutin yang biasanya dilakukan Hayoung di akhir pekan selalu di awali dengan perangkat teknologi yang diberikan sang Ayah padanya. Dia juga sudah tersambung komunikasi online dengan beberapa kenalannya bahkan sejak dia bangun dari tidurnya hari ini.
"Tumben sekali kau lebih diam dari biasanya.." Ucap seseorang dari ujung sambungan komunikasi pada Hayoung.
"Aku tidak tahu. Aku hanya ingin fokus bermain" Jari-jemarinya sibuk mengutak-atik keyboard di depannya.
"Arasseo. Pastikan untuk tidak terbunuh lagi kali ini"
"Nde..." Hayoung menjawab singkat sambil masih menyandarkan duduknya. Entah kenapa ada rasa malas muncul begitu saja padanya.
"Yaa! Kau menembak orang yang salah..." Orang di ujung panggilan mulai membuat Hayoung merasa terganggu sampai harus melepaskan headset yang terpasang di kedua telinganya itu.
Dia kembali fokus ke arah layar komputer tanpa berbicara apapun. Tidak berapa lama kemudian, dia memutuskan untuk menghentikan permainan dan mengabaikan sumpah serapah yang mungkin sedang di ucapkan temannya di tempat lain.
Layar komputer sudah kembali ke tampilan awal tanpa adanya visual permainan yang biasa dia mainkan.
"Pegal sekali...." Hayoung sesekali meregangkan kedua tangannya ke udara dan merasa enggan untuk beranjak dari kursinya. Padahal minggu lalu dia sempat merasa kesal saat kedua orangtuanya yang tiba-tiba datang ke sana dan mengganggu kegiatannya bermain game. Tapi hari ini dia tidak semangat sama sekali untuk menyentuh perangkat komputernya lagi.
Setelah lama terdiam, Hayoung memutuskan untuk membersihkan badannya terlebih dulu sebelum keluar dari kamarnya.
Berbeda dari perempuan itu yang sudah mematikan peralatan teknologinya tadi, Sehun baru membuka laptop nya untuk mengerjakan beberapa hal terkait pekerjaannya. Tiba-tiba saja dia mendengar suara dari luar pintu dan membuatnya harus mengeceknya terlebih dulu.
"Apa yang kau lakukan?"
Hayoung melepaskan genggaman tangannya pada sebuah gagang pintu yang tidak jauh dari keberadaan kamar mereka berdua.
"Kenapa ruangan ini tidak bisa dibuka?"
"Apa yang ingin kau cari di dalam sana?" Sehun menutup pintu kamarnya dan berjalan menghampirinya.
"Sepertinya barang-barang lamaku tersimpan di dalam. Aku sempat membawa gambar yang diberikan Sejun oppa ke sini, tapi tidak ku temukan di kamarku"
"Kenapa kau membawa barang itu ke sini?"
"Waeyeo? Itu kenangan ku bersama dengan Sejun oppa. Saat dia kembali ke sini, aku ingin menunjukkannya padanya"
"Di sana hanya terdapat barang-barang bekas yang ku bawa dari rumah kedua orangtuaku"
"Nde? Apa kau memegang kunci ruangan ini?"
"Tidak"
"Lalu kenapa pintu ini terkunci?"
Sehun memilih untuk tidak menjawab lagi.
"Tumben sekali kau tidak berada di dalam kamarmu seharian ini. Jaringan internet sudah ku nyalakan sejak tadi. Apa kau merasa lapar sekarang?" Dia mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Not A Game
Fanfiction[COMPLETED] Guna mengubah anaknya untuk menjadi seorang pelajar yang lebih baik lagi, kedua orang tua Hayoung harus menempatkan anaknya di salah satu rumah bersama dengan teman semasa kecilnya yang berprofesi sebagai seorang guru. Kegemarannya pada...