13. Process

137 29 0
                                    

-- Pagi hari -- 

Hayoung terbangun karena suara alarm di ponselnya. Sebelah matanya terasa sangat berat untuk terbuka dan terasa sakit saat dia melakukannya. 

"Aishh, ada apa dengan mataku?" Dia beranjak duduk sambil mengusap pelan anggota tubuhnya itu. 

Hayoung harus melawan rasa malasnya untuk bersiap-siap menuju ke sekolah lagi hari ini. Namun saat dia membasuh wajahnya, salah satu matanya kembali merasakan sakit sampai dia melihatnya sendiri dari kaca di depannya. 

"Kenapa menjadi seperti ini?" Warna merah dengan goresan di pelipis matanya membuatnya enggan untuk melanjutkan membasahinya dengan air. 

Hayoung mulai mengganti pakaiannya menjadi seragam sekolah supaya bisa langsung berangkat tanpa melakukan sarapan terlebih dulu. Tapi sepertinya dia tertarik untuk berjalan ke arah dapur setelah keluar dari kamarnya. Ada suara seseorang yang sedang berbicara sendiri di sana. 

"Nde, hyung... Aku akan memesankan tiketnya untukmu nanti" Sehun tampak sedang menempelkan ponselnya di telinga. 

"Jangan katakan apapun terlebih dulu pada Appa dan Eomma" Suara seseorang terdengar di ujung telepon. 

"Waeyeo?"

"Aku ingin memberikan mereka berdua kejutan nanti"

"Tapi mereka berdua sudah sangat mengkhawatirkanmu"

"Mereka sudah memilikimu di sana. Untuk apa mereka mengkhawatirkanku lagi?"

"Sejun hyung, jangan membahas perbedaan kita lagi seperti itu. Mereka benar-benar ingin bertemu denganmu"

"Arasseo, aku akan berusaha untuk pulang secepatnya. Jangan lupa dengan janjimu tadi. Aku akhiri panggilannya sekarang"

Sehun menurunkan ponselnya sambil menghela nafas pelan. Dia meminum sedikit segelas kopi yang dibuatnya tadi sebelum menengok ke arah suara langkah kaki yang mendekatinya. 

"A-apa tadi kau berbicara dengan Sejun oppa?"

Lelaki ini tidak menjawab namun pandangannya meneliti bekas luka pada mata Hayoung yang belum membaik. 

"Oppa, jawab pertanyaanku. Apa kau sering berbicara dengannya lewat panggilan telepon seperti itu?"

"Apa matamu masih terasa sakit?"

"Aishh, kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku?" Hayoung menepis tangan lelaki ini yang hendak menyentuh wajahnya. 

"Wae? Apa yang ingin kau tahu tentangnya?"

"Kapan dia akan kembali ke Seoul? Apa saat dia kembali nanti itu berarti dia akan menetap di sini?"

"Aku tidak tahu"

"Nde?"

"Sejun hyung belum memberitahuku kapan tanggal pastinya dan rencananya selama di Seoul nanti"

"Kalau begitu, berikan nomornya padaku"

"Mwo?"

"Aku ingin menghubunginya dan mendengar suaranya"

"Tidak"

"Waeyeo?"

"Dia tidak pernah memberikan nomor ponselnya padaku"

"Kalau begitu, beritahu dia kalau aku ingin berbicara saat dia menghubungimu lagi"

"Tidak"

"Nde?"

Sehun terdiam tidak menanggapi lagi. 
"Bagaimana dengan matamu?" Dia mulai membahas hal lain. 

"Obat apa yang semalam kau berikan? Apa kau berusaha membuatku terluka lebih jauh?" Hayoung lagi-lagi menghindari kontak fisik dengannya. 

Love Is Not A GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang