Area lobby sebuah Rumah Sakit terlihat ramai dengan para pekerja serta pengunjung dan pasien yang mondar-mandir di sana. Pagi hari terlihat sedikit mendung dari kaca gedung yang langsung mengarah ke area luar. Untuk pertama kalinya, Sehun harus membiarkan perempuan di sebelahnya ini menggandeng erat lengannya sambil terus berjalan berdampingan. Kondisinya yang baru bangun dari tidurnya tadi dan belum sempat terkena basuhan air sedikit pun pada wajahnya membuatnya mempunyai pengalaman baru hari ini.
"Berhati-hatilah" Dia harus menyamakan langkahnya dengan Hayoung dan sedikit menjauh dari keramaian.
"Bisakah kita mencari tempat duduk sekarang?"
"Arasseo"
Setelah menemukan beberapa bangku kosong, Sehun langsung menempatkannya di sana dan dengan cekatan mengatur posisi tiang infus yang ada di tangan Hayoung dengan benar supaya tidak menghalangi orang berjalan di dekat mereka.
"Apa kepalamu masih terasa sakit?"
"Sedikit..."
"Bagaimana dengan lambungmu? Sepertinya kau langsung bisa makan dengan banyak tadi"
"Nde, perutku sudah tidak merasa mual lagi"
"Apa perawat sudah mengecek infusmu tadi?"
"Aishh, berhentilah untuk banyak bertanya seperti ini"
"Aku masih mengkhawatirkanmu. Kenapa kau memintaku untuk menemanimu keluar dari ruang rawat tadi?" Sehun mulai bertanya hal yang membuatnya merasa penasaran.
"Untuk menanyakan detail dari kejadian yang menimpaku"
"Aku akan menjelaskannya saat kau sudah diperbolehkan pulang nanti"
"Aishhh aku ingin mengetahuinya sekarang. Siapa yang membawaku ke Rumah Sakit waktu itu?"
"Tentu saja aku. Apa kau tidak bisa mengingat kejadiannya?"
"Hanya ingatan sekilas saja. Aku merasa pernah menghubungimu sesaat kondisi tubuhku terasa lemah"
"Benar. Beruntung kau bisa langsung melakukan panggilan telepon. Kalau tidak, mungkin kau akan terbaring lebih lama dari ini"
"Apa kau menginginkanku untuk mengalami koma selamanya?"
"Tidak. Aku hanya memuji betapa cekatannya dirimu saat menghadapi situasi seperti itu"
"Kenapa kau memujiku? Aku bahkan merasa malu saat mengingat kembali kejadian sebelum aku pingsan"
"Wae? Kenapa kau harus merasa malu?"
Hayoung terdiam sejenak saat tangan lelaki ini secara tiba-tiba merapihkan rambut yang sedikit menutupi area wajahnya.
"A-aku mendapatkan pernyataan perasaan dari seorang siswa""Lalu?" Sehun ingin mendengarkan ceritanya lebih lanjut lagi.
"Dia memberikan pilihan yang rumit. Jadi aku memilih untuk menghabiskan minuman kaleng yang diberikannya supaya bisa menolak perasaannya itu"
"Kenapa kau tidak bisa menerima perasaannya? Kau pasti sudah tahu kalau minuman itu mengandung buah yang bisa menyebabkan alergimu muncul"
"Aishhh, dia menyuruhku untuk memeluknya"
"Itu lebih mudah daripada harus mengorbankan nyawamu demi menolaknya"
"Aku baru pertama kali berada di situasi seperti itu. Jadi aku memilih untuk langsung menolak daripada harus terlibat hubungan dengan siswa yang tidak pernah menyapaku sebelumnya"
Sehun menggulung lengan pakaian perempuan ini yang hampir menutupi letak jarum infusnya terpasang.
"Setidaknya kau sudah melewati masa kritis dan aku sudah merasa lebih baik sekarang"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Not A Game
Fanfiction[COMPLETED] Guna mengubah anaknya untuk menjadi seorang pelajar yang lebih baik lagi, kedua orang tua Hayoung harus menempatkan anaknya di salah satu rumah bersama dengan teman semasa kecilnya yang berprofesi sebagai seorang guru. Kegemarannya pada...