-- Pagi hari --
Pintu kamar yang tadinya tertutup rapat sejak semalam, sekarang sudah mulai terbuka oleh sang pemilik yang berjalan keluar dari sana. Seorang perempuan yang sudah mengenakan seragamnya itu langsung menuju ke pintu utama dan bersiap untuk memulai harinya lagi di sekolah. Meskipun masih terlalu pagi untuk datang ke sana, tapi dia tidak perduli karena hanya ingin berangkat lebih awal dari biasanya. Matahari masih mengumpat dan baru bersiap untuk muncul, tapi Hayoung sudah duduk di sebuah halte dan menunggu bus umum di sana.
"Semoga hari ini tidak hujan..." Gumamnya pelan sambil memperhatikan jalanan.
Tidak butuh waktu lama, bus yang akan di naikinya berhenti di depannya. Dengan segera, dia menggunakan kendaraan umum itu untuk bisa menuju ke arah tempat tujuannya pagi ini.
Suasana masih sepi, hanya ada beberapa penumpang dan Hayoung duduk di dekat jendela. Angin pagi yang dingin dibiarkannya menerpa wajahnya beberapa kali sampai dia harus menekan sebuah tombol supaya bus ini berhenti di halte berikutnya.
Saat baru saja turun dari sana, ponsel yang ada di dalam saku blazernya bergetar. Dia merasa malas untuk mengambilnya lalu melanjutkan langkahnya sambil mengabaikan getaran yang semakin sering terasa. Dia menduga kalau seseorang sedang melakukan panggilan pada nomornya.
"Aishh mengganggu sekali" Akhirnya dia tidak tahan lagi karena ponselnya seakan banyak yang ingin menghubunginya.
Sebuah nama yang tertera pada layar semakin membuatnya merasa harus mengabaikannya karena percakapan yang di dengarnya tadi malam. Dia menolak untuk menjawab dan mematikan ponselnya supaya tidak bisa digunakan selama seharian ini. Tadinya dia sempat berpikir untuk meninggalkan benda itu di rumahnya, namun karena untuk berjaga-jaga, jadi ponselnya tetap dia bawa ke sekolah seperti ini.
Langkahnya sudah memasuki area gerbang tempatnya belajar. Suasana sepi kembali di dapatnya sekarang. Bahkan sang penjaga pintu tadi sempat terheran melihat kedatangannya di awal pagi hari ini.
"Mungkin aku bisa menunggu di perpustakaan" Ucapnya dalam hati sambil terus berjalan ke arah gedung sekolah.
Ternyata bukan hanya dia saja yang datang lebih awal, ada beberapa murid juga yang sedang berjalan di lorong tidak jauh di depannya. Persiapan menuju ujian semester ternyata menimbulkan persaingan yang sangat ketat sekarang sampai mereka terlihat membawa beberapa buku besar di tangannya. Hayoung melangkah berbelok ke arah lain untuk bisa sampai di perpustakaan.
"Eoh? Masih terkunci?"
Pintu di depannya belum bisa terbuka. Dengan terpaksa, dia langsung menuju ke kelas sambil menunggu teman-teman lainnya datang.
Sementara itu di dalam sebuah mobil, Sehun sudah mengendarainya untuk menuju ke tempat mengajarnya. Dia tidak bisa meraih nomor perempuan yang tinggal bersamanya itu sejak tadi. Bahkan saat dia menghubunginya lagi, nomor itu sudah tidak bisa berfungsi lagi dan kemungkinan sang pemilik menonaktifkan ponselnya sendiri.
"Kenapa dia berangkat pagi sekali seperti ini?" Dia bergumam pelan sambil fokus menyetir di jalanan yang tidak terlalu ramai.
Dan tidak butuh waktu lama, mobilnya berhenti di area parkir sebuah sekolah dan membuatnya segera turun dari sana sebelum banyak murid yang datang menghampirinya nanti.
"Annyeonghaseyo, Seonsaengnim" Ada beberapa siswi yang sudah berdiri di sekitar lorong saat dia melewatinya.
Beruntung mereka tidak menahannya jadi Sehun bisa langsung menuju ke sebuah kelas untuk menemui Hayoung yang kemungkinan sudah berada di sana sekarang.
"Aishhh membosankan sekali......."
Sesuai dugaan Sehun, siswi itu sedang berdiri di dekat jendela dan pandangannya mengarah ke luar sana. Tidak ada siapapun di dalam kelas ini jadi Sehun bisa berjalan masuk menghampirinya dengan santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Not A Game
Fanfic[COMPLETED] Guna mengubah anaknya untuk menjadi seorang pelajar yang lebih baik lagi, kedua orang tua Hayoung harus menempatkan anaknya di salah satu rumah bersama dengan teman semasa kecilnya yang berprofesi sebagai seorang guru. Kegemarannya pada...