30. Worries

171 31 14
                                    

Libur sekolah di musim panas tahun ini telah berakhir. Para pelajar kembali mengikuti kegiatan di sekolah masing-masing dan langsung disibukkan dengan beberapa tugas pelajaran yang berbeda setiap harinya. Banyak yang telah memanfaatkan waktu libur kemarin dengan baik jadi semangat untuk belajar mulai terlihat lagi. Di semester baru ini akan menentukan kenaikan kelas bagi para murid dan juga kelulusan untuk yang berada di tingkat akhir. Jadi para tenaga pengajar juga sibuk mengatur metode pembelajaran supaya mereka bisa mengikutinya dengan baik selama berada di dalam kelas. 

"Aishh kenapa sulit sekali" Gumam Hayoung di dalam hati saat sedang menggambar sesuatu di kertas miliknya. 

Selama satu minggu kembali ke sekolah, dia memang selalu menyibukkan diri saat giliran Sehun tiba untuk mengajar di kelasnya. Itu dilakukannya supaya perhatiannya tidak terlalu tertuju pada guru itu karena masih merasa canggung akan sesuatu. Lagipula Sehun juga tidak berani menegurnya lagi, jadi dia bisa bebas melakukan apapun seperti yang dikatakannya waktu itu. 

"Baiklah, jangan lupa untuk mengumpulkan tugas yang ku berikan tadi minggu depan" Ucap guru itu setelah bel istirahat berbunyi. 

"Nde, Seonsaengnim!"

Jam mengajarnya sudah berakhir. Sehun langsung membereskan buku-buku yang dibawanya terlebih dahulu sebelum beranjak keluar dari kelas itu. 

Suasana kembali ramai dan para murid mulai meninggalkan tempat duduk untuk mengisi perut yang lapar di siang hari ini. 

"Aishh, ayolah Sooyoung'ah... Temani aku sekarang"

Hayoung mengangkat kepalanya dan mendapati kedua temannya itu sedang melakukan pembicaraan tidak jauh di depannya. 

"Sebenarnya aku malas untuk ke ruang kelas senior itu, tapi aku akan menemanimu" Sooyoung tampak berdiri dari duduknya dan berjalan berdampingan dengan Yerin keluar kelas ini. 

Hayoung menaruh alat tulisnya di atas meja dan mengedarkan pandangannya ke arah jendela di sebelahnya. 

"Membosankan sekali......"

Setiap jam istirahat berlangsung, dia selalu berdiam diri di ruangan itu sendirian. Sebuah tablet yang biasa dia bawa, sekarang hanya tersimpan di dalam tasnya saja tanpa digunakannya lagi. Entah kenapa ada rasa malas dan enggan untuk bermain game saat dia mempunyai waktu luang seperti ini. 

Ponselnya bergetar beberapa kali tanda seseorang melakukan panggilan. Nama yang tertera di layar membuatnya terdiam sejenak sebelum menjawab panggilan itu. 

"Nde, Sejun oppa...."

"Bagaimana dengan gambar yang ku kirimkan tadi pagi? Apa kau bisa menggambarnya ulang dengan baik?"

"Tidak... Sepertinya aku memang tidak mempunyai bakat untuk menggambar sepertimu" Hayoung melihat ke arah kertas yang masih ada di atas mejanya. 

"Apa terlalu sulit untukmu? Apa kau ingin menggambar yang lebih mudah dari itu?"

Hayoung tidak menjawab selama beberapa detik. 
"Nde. Tolong kirimkan gambar sesuatu lagi padaku, oppa"

"Arasseo. Aku akan mengirimkannya nanti. Apa akhir minggu ini kau masih tidak bisa menemaniku pergi?"

"Maafkan aku, oppa. Ada banyak tugas yang diberikan oleh para guru dan aku harus menyelesaikannya di hari itu"

"Apa kau berusaha menghindariku, Hayoung'ah?"

"Nde?"

"Kita belum bertemu lagi setelah pembicaraan kita di panti asuhan waktu itu. Dan kau juga selalu menolak ajakanku seperti ini"

Love Is Not A GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang