Jam masuk sekolah berbunyi dengan kencang. Para murid pun sudah berada di dalam kelas masing-masing dan mempersiapkan diri untuk memulai ujian semester hari ini. Banyak yang merasakan gugup saat mendapatkan kertas ujian di atas mejanya. Para guru juga memastikan kalau murid-murid sudah mempunyai peralatan tulisnya sendiri.
"Kalian bisa mulai mengerjakannya sekarang"
Ucapan guru itu diikuti oleh murid-murid yang langsung membalik kertas tadi dan mulai menggoreskan tinta pulpennya ke arah sana.
Beberapa menit berlalu. Sebagian ada yang merasakan kesulitan saat tidak bisa menemukan jawaban dari soal yang mereka kerjakan. Dengan berbagai macam cara, mereka saling bekerja sama saat sang guru mulai lengah dalam mengawasi mereka.
"Ppsst...."
Suara itu terdengar oleh Hayoung. Dia menoleh ke arah depan dan melihat salah satu temannya sedang melakukan pertukaran jawaban dengan temannya yang lain. Dia membiarkannya karena tidak ingin mengganggu kegiatan mereka itu. Dia kembali fokus mengerjakan kertas ujiannya walaupun dia sendiri mulai merasa kesulitan sekarang. Tiba-tiba saja dari arah belakang, ada yang mengelus kepalanya pelan dan membuatnya menengok ke arah sana. Sosok Sehun berjalan melewatinya sambil melakukan pekerjaannya lagi untuk mengawasi para murid di kelas itu.
"Mwoya?" Gumam Hayoung dalam hati sambil mengelus kembali sentuhan yang diberikan lelaki itu pada kepalanya tadi.
Sehun sudah tiba di depan kelas dan melihat murid-murid itu yang masih fokus pada kegiatan ujian hari ini. Pandangannya selalu beralih ke arah Hayoung yang juga sedang memainkan alat tulisnya di salah satu tangannya.
"Aku akhirnya bisa bertemu denganmu lagi, oppa...."
Kalimat itu terngiang di ingatannya setelah pertemuan mendadaknya dengan seorang siswi baru satu jam yang lalu. Dia masih belum percaya kalau perempuan itu bisa menemukan tempat mengajarnya dan memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya juga di sana. Sehun sesekali menghela nafasnya pelan sambil memberikan tatapan tajam ke arah para murid yang sempat mencuri pandang ke arahnya. Perhatiannya kembali tertuju pada Hayoung yang juga tidak sengaja melakukan kontak mata dengannya.
"Aku akan ke toilet sebentar"
Pernyataan dari guru itu membuat para murid yang ada di sana mulai mengangkat kepalanya satu per satu. Saat pintu ruang kelas tertutup dari luar, mereka mulai saling mengobrol dan menimbulkan suara gaduh karena sibuk bertukar jawaban soal ujian itu. Hayoung memilih untuk tetap berada di tempat duduknya sambil memikirkan sikap dari Sehun tadi yang tidak biasanya meninggalkan kelas di saat ujian berlangsung seperti ini.
"Apa makanan yang ku buat semalam membuat perutnya sakit?" Dia membuat asumsi sendiri setelah mengingat perayaan ulang tahun yang dia siapkan untuk Sehun kemarin.
"Tapi, dia terlihat baik-baik saja saat pagi tadi. Apa ada makanan yang tidak cocok untuknya?" Hayoung kembali bergumam sendiri di dalam hatinya sambil memperhatikan teman-temannya yang mulai kembali ke tempat duduk masing-masing karena tidak ingin guru lain mengetahui kosongnya kelas ini sekarang.
Setelah 5 jam berada di dalam kelas, akhirnya bel istirahat pun berbunyi. Waktu seperti ini merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi para murid untuk menyegarkan pikiran dan juga mengisi perut yang lapar sebelum berjuang mengerjakan soal ujian lagi nanti. Seperti biasanya, suasana kantin sudah dipadati oleh mereka bahkan sampai menimbulkan antrean panjang sekarang. Namun ada hal berbeda dari pandangan para siswa hari ini, yaitu kehadiran Lisa, sosok siswi baru yang sangat menarik perhatian.
"Nde. Ayahku berkewarganegaraan Thailand sementara Ibuku berasal dari sini" Ucapnya ramah kepada beberapa siswi yang sedang berada di satu meja dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Not A Game
Fanfic[COMPLETED] Guna mengubah anaknya untuk menjadi seorang pelajar yang lebih baik lagi, kedua orang tua Hayoung harus menempatkan anaknya di salah satu rumah bersama dengan teman semasa kecilnya yang berprofesi sebagai seorang guru. Kegemarannya pada...