35. Feelings

207 31 6
                                    

-- Beberapa bulan kemudian --

Musim dingin mulai tiba. Waktu liburan sekolah kembali semakin dekat. Para murid harus dihadapkan lagi dengan persiapan ujian semester yang menentukan kenaikan kelas ataupun kelulusan bagi pelajar di tingkat akhir. Seperti biasanya suasana perpustakaan juga ramai dengan mereka yang ingin memanfaatkan waktu untuk belajar. Tapi ada hal tidak biasa terjadi di dalam sebuah ruang guru. Hayoung tampak duduk di sana sambil terus menyampaikan permohonannya kepada seorang guru yang berdiri di hadapannya. 

"Seonsaengnim, apa kau benar-benar tidak bisa mengizinkanku untuk pergi nanti sepulang sekolah?"

"Nde. Beberapa hari lagi ujian dimulai dan kau harus fokus dengan pelajaran sampai ujian selesai"

"Kau juga tidak mengizinkanku untuk menggunakan komputer ataupun tablet di rumah. Kenapa kau memberikan peraturan seketat ini sekarang?"

"Nilai-nilai pelajaranmu di semester kemarin harus mengalami peningkatan saat ujian besok. Lagipula kau juga pasti tidak ingin tinggal kelas hanya karena mendapatkan nilai buruk dalam pelajaranku"

"Mwoya? Aku hanya ingin bertemu beberapa kenalan di internet cafe sebentar"

"Kalau aku mengizinkanmu untuk pergi ke sana, aku yakin kau akan ikut bermain game bersama dengan mereka sampai melupakan waktu lagi. Kau pernah melakukannya sebelumnya bulan lalu"

"Aku sudah lama tidak bertemu mereka lagi. Ujian kali ini membuat otakku terasa berat, jadi aku ingin menyegarkannya dengan bertemu mereka"

Sehun menghela nafasnya pelan. Dia baru menghadapi rengekan panjang dari Hayoung seperti ini. 

"Apa itu karena aku tidak pernah mengajakmu kemanapun lagi selama tinggal bersama?"

"Nde?"

"Kau hanya merasa bosan karena terlalu sering bertemu denganku di sekolah dan juga di rumah"

"Benar... Mungkin itu faktor lainnya juga, aku memerlukan suasana baru meskipun hanya sebentar saja" Mulut perempuan ini semakin menurun tanda dia sangat menginginkan persetujuan dari Sehun. 

"Apa kau bisa menepati janji untuk pulang sebelum langit gelap? Ada beberapa hal yang harus ku kerjakan di sini nanti sore jadi tidak bisa mengantarmu ke sana"

Hayoung perlahan menunjukkan ketertarikannya pada ucapan guru ini. 

"Benarkah? Apa kau akan mengizinkanku, Seonsaengnim?"

"Nde, katakan perjanjianmu seperti yang ku katakan tadi"

"Tapi, sepertinya aku bisa berjanji untuk pulang saat di awal jam malam tiba"

"Dugaanku benar. Pasti kau akan membutuhkan waktu lama saat sudah berada di tempat yang penuh dengan game itu"

"Seonsaengnim, hanya hari ini saja.... Besok aku tidak akan meminta hal lain lagi seperti ini"

Sehun lagi-lagi menghela nafasnya pelan. 
"Arasseo. Aktifkan selalu ponselmu dan langsung hubungi aku kalau memerlukan tumpangan saat sudah menyelesaikan kegiatanmu di sana"

"Nde, oppa... Ma-maksudku, Sehun Seonsaengnim...." Hayoung mulai menunjukkan senyumnya. 

"Kembalilah ke kelas sekarang, bel waktu istirahat selesai akan segera berbunyi sebentar lagi"

Siswi itu terdiam sejenak memperhatikan lelaki itu kembali ke tempat duduknya lalu baru dia beranjak dari sana. Hayoung seperti berusaha mengingat sesuatu dari Sehun yang akan berguna untuk keperluannya nanti sore. 

Dan saat waktu pulang tiba, Hayoung segera berjalan keluar pintu gerbang sekolah lebih cepat dari biasanya. Sambil merapatkan jaket tebal yang dikenakannya, dia terus melangkah sampai ke arah halte bus yang belum terlalu ramai. 

Love Is Not A GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang