"Kapan waktu video-video ini di ambil?" Sehun tampak memperhatikan layar sebuah ponsel di dalam ruangannya.
"Selama beberapa hari ini saat jam istirahat berlangsung" Jawab salah satu siswi dari lima orang yang berdiri di depan meja pemilik ruangan ini.
"Siapa yang merekamnya?"
"Aku.. Tapi bukan itu hal yang paling penting, Seonsaengnim. Apa kau tidak mendengar percakapan yang mereka lakukan itu?"
"Benar. Oh Hayoung sudah melakukan tindakan yang tidak baik dengan menyuruh temannya yang mengerjakan tugas" Siswi lain ikut berbicara.
"Ini bukan pertama kalinya dia melakukannya, Seonsaengnim. Kami sudah pernah melaporkannya pada guru-guru lain, tapi mereka tidak terlalu memperdulikannya karena status Oh Hayoung yang merupakan anak dari pemilik sekolah ini. Bukankah itu merupakan ketidakadilan bagi kami yang merupakan murid biasa?" Siswi tadi kembali membuka suara.
"Kalian juga melakukan tindakan yang buruk dengan merekamnya secara diam-diam seperti ini" Sehun akhirnya menanggapi.
"Tapi Seonsaengnim, kami merasa perlu melakukannya demi ketenangan kami bersekolah di sini. Kalau dibiarkan terus, dia bisa menjadi lulusan terbaik tanpa usahanya sendiri. Itu merupakan bukti nyata yang bisa kami berikan padamu"
"Kalau kalian sudah tahu dengan jelas kalau dia merupakan anak dari pemilik sekolah, kenapa kalian masih melakukan tindakan kekerasan padanya seperti waktu itu?"
"Nde? Kami hanya saling bercanda antar sesama teman, benar kan?"
"Benar, Seonsaengnim. Kau tidak perlu menanggapinya secara serius seperti itu. Lagipula kami juga sudah mengakui tindakan salah kami dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi"
Sehun bisa membaca karakter dari masing-masing siswi di hadapannya ini. Dia hanya selalu teringat dengan teguran yang dia berikan kepada mereka beberapa waktu yang lalu. Karena dia juga harus selalu mengawasi Hayoung meskipun masih merasa tidak percaya kalau perempuan itu merupakan korban perundungan dari teman-temannya ini.
"Seonsaengnim, apa kau akan menindaklanjuti isi dari video itu?"
"Nde. Aku akan berusaha untuk menegurnya nanti"
"Kau memang sangat bisa di andalkan, Sehun seonsaengnim"
"Nde?"
"Rumor mengenai dirimu itu memang benar"
"Rumor apa yang kau maksud?"
"Satu-satunya guru yang berani menegur langsung anak dari pemilik sekolah tanpa memikirkan resikonya"
"Kau merupakan guru yang keren, Seonsaengnim. Guru yang lain takut untuk melanggar perintah dari kepala sekolah. Namun sepertinya kau tidak terlalu khawatir kalau akan mengalami pemecatan di awal-awal mengajarmu di sini"
Sehun terdiam karena itu bukan merupakan sebuah pujian baginya. Kalau saja mereka tahu hubungannya dengan keluarga pemilik sekolah ini, mungkin mereka tidak akan mengatakan hal tadi, gumamnya dalam hati. Dia juga merasa aneh dengan keseganan para tenaga pengajar di sini untuk berhadapan dengan Hayoung secara langsung. Mungkin guru lain lebih kepada menghindari masalah yang bisa mempengaruhi karir mereka, pikirnya lagi.
Dia mulai membiarkan satu per satu dari siswi tadi beranjak keluar dari ruangannya. Dia kembali sendiri di sini sambil memikirkan kembali video yang dilaporkan para murid itu padanya. Kemudian Sehun mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.
Setelah suara dengung terdengar beberapa kali, panggilan pun terangkat.
"Halo?" Suara Hayoung terdengar di ujung telepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Not A Game
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Guna mengubah anaknya untuk menjadi seorang pelajar yang lebih baik lagi, kedua orang tua Hayoung harus menempatkan anaknya di salah satu rumah bersama dengan teman semasa kecilnya yang berprofesi sebagai seorang guru. Kegemarannya pada...