Akhir pekan hampir berakhir dan Hayoung hanya menghabiskannya dengan seharian berada di rumah. Jaringan internet kembali bisa digunakan meskipun keesokan harinya harus dimatikan lagi karena peraturan yang sudah dibuat lelaki yang tinggal bersamanya sejak beberapa hari yang lalu itu. Kepalanya sudah tidak terasa sakit lagi jadi dia mulai menghabiskan waktu dengan bermain game sejak siang tadi.
Ponselnya berbunyi dan membuatnya harus melihat nama sang pemanggil terlebih dulu.
"Aku akan bersembunyi sebentar dan kembali berkumpul dengan kalian nanti" Hayoung berbicara dengan beberapa pemain lain lewat sambungan online sebelum menjawab panggilan di ponselnya.
"Halo?"
"Hayoung'ah, maaf karena baru membaca pesanmu sekarang. Sepertinya besok aku akan izin tidak masuk sekolah karena harus menghadiri upacara pemakaman Kakekku dari pagi"
"Mwo? Lalu bagaimana dengan tugas sekolahku, Yerin'ah?"
"Kau bisa meminta bantuan teman lainnya besok"
"Aishh, pelajaran Sehun seonsaengnim akan dimulai di jam awal. Aku hanya mengenalmu sebagai siswi yang rajin belajar di kelas. Apa kau tidak bisa mengerjakan tugasku malam ini?"
"Hayoung'ah, aku sangat lelah setelah berkunjung ke rumah mendiang Kakekku tadi. Aku juga masih dalam keadaan berduka jadi tidak akan bisa fokus mengerjakan tugas itu"
"Aishh, bagaimana ini?" Tangan Hayoung mulai menjambak rambutnya sendiri sambil menyandarkan duduknya pada bangku.
"Kenapa kau menjadi takut seperti ini? Biasanya kau akan bersedia mendapatkan hukuman dari guru manapun kalau tugasmu belum terselesaikan"
"Benar. Tapi guru itu berbeda.."
"Apa karena keberaniannya sudah menegurmu waktu itu?"
"Eoh. Aku merasa segan untuk berurusan lebih jauh dengannya setelah kejadian itu"
"Kalau begitu, kau bisa berpura-pura untuk tidak membawa buku tugasmu besok"
"Apa kau tidak mempunyai saran yang lebih baik lagi, Yerin'ah?"
"Saran terbaikku tentu saja menyuruhmu untuk mengerjakannya sendiri"
"Aku sangat malas untuk melakukannya sekarang"
"Kau bisa memikirkan ide lain sendiri untuk menghindari hukuman darinya besok. Aku harus mengakhiri panggilan sekarang"
"Yerin'ah, tunggu........" Panggilan sudah terputus.
"Aishh..." Dia menaruh ponselnya kembali ke meja dan meraih headset yang sempat di lepasnya tadi."Apa aku melewatkan banyak hal?" Pandangannya mulai fokus lagi ke arah layar komputer. Jari-jemarinya juga sibuk mengetik sesuatu untuk mengontrol jalannya game yang sedang dia mainkan.
"Mwoya? Siapa yang sudah menembakku? Kenapa aku terluka?" Dia terus berbicara dengan orang-orang di sambungan online itu.
"Aishhhh, bagaimana bisa semuanya berakhir seperti ini?" Dengan kesal, punggungnya mengenai bangku di belakangnya dan memukul pelan keyboard di depannya.
"Aku tidak ingin bermain lagi kalau mereka terus berbuat curang padaku" Hayoung menaruh headset nya dan mematikan peralatan teknologi itu.
Selagi dia mulai berbaring di atas tempat tidurnya, kepalanya menengok ke arah tas sekolahnya yang tergeletak di meja belajarnya. Ingatan akan ide yang dibicarakannya dengan Yerin tadi tidak mungkin dia lakukan. Namun tiba-tiba saja muncul sesuatu di benaknya yang membuatnya bangkit duduk sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Not A Game
Fanfiction[COMPLETED] Guna mengubah anaknya untuk menjadi seorang pelajar yang lebih baik lagi, kedua orang tua Hayoung harus menempatkan anaknya di salah satu rumah bersama dengan teman semasa kecilnya yang berprofesi sebagai seorang guru. Kegemarannya pada...