Untuk pertama kalinya, tangan Hayoung memegang berbagai macam sayuran yang sedang di cucinya. Dia hanya mendapatkan tugas sederhana yaitu memotong sayuran itu yang akan dijadikan sup nantinya. Namun dia juga belum terlalu lihai menggunakan peralatan di sana sampai memegang pisau dengan cara yang menyeramkan.
"Kau akan memotong tanganmu kalau kau tetap melanjutkannya seperti itu"
Hayoung sebenarnya masih merasa tidak senang dan mengerjakan tugas ini secara terpaksa. Jadi dia selalu merasa terganggu setiap Sehun memberikan komentar padanya.
"Kau memotong sayuran itu terlalu besar"
Hayoung mencoba untuk bersabar dengan ucapannya lagi.
"Kenapa kau menggunakan talenan itu? Kau seharusnya......."
"Aishhh bisakah kau diam sebentar? Aku berusaha melakukannya sebaik mungkin" Hayoung mulai meletakkan pisaunya dengan kesal.
"Apa kau tidak bisa bersabar sedikit? Aku mencoba untuk melatih emosimu juga dengan kegiatan seperti ini" Sehun menaruh peralatan baru di depan perempuan itu.
"Lihat caraku memotong"Hayoung memperhatikannya dalam diam dan setelahnya, giliran dia untuk melanjutkan pekerjaannya tadi.
"Kecilkan lagi potongan mu" Sehun memberikan komentar singkat sebelum beralih ke arah kompor.
Untuk beberapa menit, tidak ada suara orang berbicara di sana kecuali suara peralatan saling beradu serta air yang mulai mendidih di dalam sebuah wadah. Hayoung sudah menyelesaikan tugasnya lebih cepat dan melihat Sehun masih sibuk membuat sesuatu. Karena penasaran, dia berjalan mendekat ke arahnya.
"Apa kau ingin mencicipinya?" Sehun menyadari kehadiran perempuan itu di dekatnya. Dia pun menyodorkan sebuah sendok yang berisi sesuatu di sana.
"Apa kau menyukainya?"Hayoung masih berusaha untuk menebak rasa yang sudah masuk ke dalam mulutnya itu.
"Apa kau sedang membuat jajangmyeon?"
"Tebakanmu benar"
"Bagaimana bisa kau membuat sausnya dengan lezat seperti ini, oppa? Apa kau memang pandai memasak?"
"Tidak. Aku meminta bantuan Ibuku tadi untuk memberikan resepnya padaku"
"Lalu, untuk apa sayuran yang baru saja ku potong tadi?"
"Kau masih harus banyak mengkonsumsinya jadi aku ingin membuatkan sup untukmu"
Hayoung menganggukkan kepalanya pelan sambil melihat lelaki ini mengaduk sesuatu di atas kompor. Dia pun memutuskan untuk menunggu di sekitar meja makan yang berada di ruangan itu juga. Ponselnya dikeluarkan dari kantong lalu dimainkannya sebentar hanya untuk sekedar mengecek beberapa pesan yang masuk di sana.
"Apa kau tidak ingin membantuku lagi?" Sehun sesekali menoleh ke arahnya.
"Apa yang bisa ku lakukan? Kau terlihat sibuk jadi aku tidak bisa menanyakannya padamu tadi"
"Ambilkan piring dan juga mangkuk dari sana lalu susun peralatan makan lain di meja"
"Arasseo..." Hayoung meletakkan ponselnya lalu mengikuti perintah dari lelaki itu.
Sehun sebenarnya hanya tinggal merapihkan peralatan masak yang sudah digunakannya tadi karena kegiatannya sudah selesai. Tapi dia memilih untuk memperhatikan Hayoung terlebih dulu yang tidak menolak dengan suruhan tadi. Tidak berapa lama kemudian, perempuan itu membawa beberapa mangkuk untuk diberikan kepada Sehun dan mereka berdua mulai bekerja sama menata makanan di dalamnya.
Makan malam hari ini mungkin akan selalu diingat oleh mereka berdua nantinya. Sehun masih tidak menyangka kalau Hayoung akan patuh dengan ucapannya sampai membuat mereka berdua sudah duduk saling berhadapan saat ini. Walaupun bukan kegiatan makan malam pertama yang mereka lakukan bersama, tapi kegiatan ini terasa lebih menyenangkan dari sebelumnya karena biasanya hanya Sehun yang bertugas menyiapkan semua makanan dari awal, namun tadi mereka berdua bisa saling membantu satu sama lain dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Not A Game
Fanfiction[COMPLETED] Guna mengubah anaknya untuk menjadi seorang pelajar yang lebih baik lagi, kedua orang tua Hayoung harus menempatkan anaknya di salah satu rumah bersama dengan teman semasa kecilnya yang berprofesi sebagai seorang guru. Kegemarannya pada...