-- Beberapa bulan kemudian --
Berita yang sempat menghebohkan seluruh murid di sebuah sekolah waktu itu dengan mudahnya tergantikan dengan berita lain mengenai kepindahan seorang tenaga pengajar dari sana. Tapi tidak lama kemudian, munculnya tenaga pengajar yang baru menjadi topik hangat sampai saat ini karena usianya yang lebih muda dari tenaga pengajar sebelumnya. Seiring berjalannya waktu, kegiatan sekolah berlangsung seperti biasanya kembali. Begitu juga dengan Hayoung yang sedang mempersiapkan ujian semesternya kali ini. Walaupun dia sempat mendapatkan banyak kebencian dengan berita yang beredar mengenai dirinya, tapi tidak sedikit juga yang mendukungnya. Bahkan sampai ada beberapa siswi yang sempat datang ke rumahnya secara tiba-tiba hanya untuk bertemu dengan lelaki yang masih tinggal satu rumah dengannya itu.
"Kepalaku terasa sangat sakit dengan melihat banyaknya angka seperti ini...." Hayoung menutup sebuah buku yang ada di atas mejanya.
"Kau seharusnya tidak perlu memaksakan diri untuk terus belajar di jam istirahat" Sooyoung menanggapi sambil sibuk mengutak-atik ponselnya.
"Tapi aku harus melakukannya untuk bisa memperbaiki nilai-nilai ku di ujian semester bulan depan"
"Apa tidak terasa lelah bagimu dengan melakukan ini hampir setiap harinya, Hayoung'ah? Kau bahkan sudah memulainya jauh di awal semester beberapa bulan yang lalu" Yerin mulai ikut ke dalam percakapan.
"Apa kau tidak memiliki saran untukku supaya bisa lebih mudah menyerap semua pelajaran, Yerin'ah?"
"Seharusnya aku yang menanyakan hal itu padamu sekarang. Kau mempunyai banyak keuntungan dengan tinggal bersama seorang guru. Apa kau jarang mendiskusikan pelajaran dengannya?"
"Dia sudah banyak membantuku tapi sepertinya aku memang memiliki kekurangan dalam daya tangkap pada pelajaran yang dipenuhi angka-angka"
"Bahkan Sehun Seonsaengnim pun tidak bisa membuatmu langsung menguasai semuanya. Kenapa kau malah bertanya padaku?"
"Kau selalu meraih nilai tertinggi sejak kita mengenal di sekolah menengah pertama. Mungkin kau memang terlahir untuk menjadi anak yang pintar dan berbeda dariku. Aku merasa cemburu padamu, Yerin'ah"
"Kenapa kau memilih untuk menguasai semuanya secara tiba-tiba? Kau masih bisa lulus dari sini walaupun dengan nilai pas-pasan sekalipun" Ucap Sooyoung.
"Apa aku tidak mempunyai kesempatan untuk lulus dengan nilai lebih tinggi dari itu? Aku juga ingin mengejar impianku untuk masuk ke universitas ternama di kota Seoul"
Kedua temannya langsung saling memandang ke arah satu sama lain saat mendapati pengakuan dari Hayoung tadi.
"Apa aku tidak salah mendengar? Kau benar-benar ingin melanjutkan pendidikanmu sampai ke tahap itu?"
"Yaa! Bagaimana bisa kau meledekku seperti itu?" Hayoung merasa kesal dengan tanggapan dari Sooyoung.
"Aku hanya tidak menyangka akan mendengarnya darimu. Aku berpikir kalau kau akan fokus untuk menjadi gamer profesional seperti yang biasa orang-orang lakukan"
"Apa kau pernah melihatku bermain game selama di sekolah akhir-akhir ini? Aku berusaha untuk merubah kebiasaanku dan menggunakannya hanya di waktu libur saja"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Not A Game
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Guna mengubah anaknya untuk menjadi seorang pelajar yang lebih baik lagi, kedua orang tua Hayoung harus menempatkan anaknya di salah satu rumah bersama dengan teman semasa kecilnya yang berprofesi sebagai seorang guru. Kegemarannya pada...