46. The Airport

137 22 0
                                    

Sebuah perpisahan merupakan hal yang sangat dibenci oleh semua orang karena akan berakhir dengan kesedihan. Sama halnya yang terjadi pada dua pasangan muda yang baru saja meresmikan pertunangan mereka beberapa minggu yang lalu. Barang-barang yang biasanya memenuhi kediaman yang mereka tempati, kini mulai berkurang satu per satu dan diganti dengan perabotan baru karena ada penghuni lain yang akan tinggal di sana menggantikan mereka berdua. Kamar masing-masing juga terlihat kosong dengan hanya menyisakan tempat tidur dan lemari saja di sana. Beberapa koper dan juga tas besar terlihat di dekat pintu masuk rumah itu dengan kehadiran beberapa orang di area luarnya. 

"Apa kau tidak akan meninggalkan beberapa pakaian di sini, Sehun'ah?" Tanya Sejun saat membuka bagasi belakang mobilnya dan mengeluarkan beberapa barangnya dari sana. 

"Tidak. Semuanya akan ku bawa ke sana nanti"

"Berapa banyak biaya yang kau keluarkan untuk memasukkan semua kopermu ke dalam pesawat?"

Sehun tidak menjawab. Dia mengambil sebuah tas yang dibawa Hayoung keluar dari dalam rumah. 

"Biar aku saja. Kau bisa menunggu di sini atau langsung masuk ke dalam mobil"

Perempuan itu tidak mengikuti sarannya dengan baik. Dia memilih untuk masuk kembali ke rumah untuk membawa barang-barang lelaki itu yang masih ada di sana. 

"Apa kalian sempat bertengkar kemarin mengenai rencana keberangkatanmu yang di percepat?" Pertanyaan Sejun bisa di dengarnya dari jaraknya berdiri. 

"Tidak.."

"Lalu kenapa sikapnya seperti itu padamu?"

"Aku sempat menolak sarapan yang dibuatnya tadi untukku"

"Mwo? Waeyeo?"

"Aku tidak bisa membawanya sebagai bekal di perjalanan nanti. Makanan akan ku dapatkan saat di pesawat dan itu akan sangat disayangkan kalau aku tidak memakan makanan buatannya di sana"

"Dan dia marah karena itu?"

"Nde.."

"Perasaan seorang perempuan memang benar-benar rumit. Aku bahkan tidak bisa beradaptasi dengan hal-hal seperti itu dan memilih untuk menghindarinya karena akan semakin berdebat panjang yang mengarah ke hal lain nantinya"

"Apa kau mempunyai pengalaman sendiri dengan hal itu, hyung?"

"Tentu saja, aku juga pernah......." Sejun tiba-tiba saja menghentikan ucapannya karena teringat sesuatu. 

"Ma-maksudku, beberapa teman pria yang ku kenal selalu mengeluhkan kekasih mereka yang bersikap sama seperti Hayoung"

"Apa kau masih sering bertemu dengan teman-teman pria mu di luar jam bekerja?"

"Nde..."

Saat itu juga, Hayoung berjalan ke arah mobil kembali dengan membawa koper besar di tangannya. Sehun menghela nafasnya pelan dan segera merebut koper itu tanpa banyak bicara lagi. 

Kegiatan mereka selesai setelah beberapa menit berlalu. Dan sekarang, mereka betiga sudah berada di dalam mobil untuk melakukan perjalanan menuju ke sebuah bandara. 

Keempat orang dewasa yang sudah tiba di sana lebih dulu tampak mencari keberadaan anak masing-masing yang belum juga bisa dihubungi sejak tadi. 

"Apa kau yakin jadwal keberangkatannya dua jam dari sekarang?" Tanya Ayah Sehun kepada istrinya. 

"Nde. Dia sendiri yang mengirimkan gambar tiket pesawatnya padaku kemarin, lihatlah..."

"Mungkin mereka terjebak macet di jalan besar. Kami juga sempat melewatinya tadi sebelum memutuskan untuk memutar arah supaya bisa cepat tiba di sini" Ayah Hayoung mulai berbicara. 

Love Is Not A GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang