Satu-dua panggilan telepon yang tidak terjawab sudah membuat Sehun panik sampai berkali-kali mengirimkan pesan ke sebuah nomor untuk menanyakan keberadaannya sekarang.
"Aishhh! Kenapa masih belum terjawab juga?" Dia menurunkan ponselnya dengan kesal dan kembali mengutak-atiknya lagi sampai benda itu terasa hangat sekarang karena sering digunakan sejak tadi.
"Kalau sampai satu jam lagi mereka tidak kembali, aku akan menuju ke sana untuk memastikan" Ucapnya pelan sambil berusaha untuk tetap tenang memperhatikan jam dinding yang terpasang tidak jauh darinya.
Di balik kepanikan yang sedang dirasakannya saat ini, sosok yang ditunggunya rupanya sedang merasa terganggu akibat kencangnya suara musik yang terdengar di sekelilingnya. Aroma alkohol serta adanya asap benda hirup elektrik yang digunakan beberapa pengunjung juga tidak terlepas dari panca indra Hayoung. Dia juga membiarkan lelaki yang bersamanya tadi sibuk menari di tengah-tengah kerumunan orang yang berada tidak jauh darinya.
"Apa kau sedang sendiri di sini?" Ada seorang lelaki yang langsung duduk di sebelahnya dan merangkul pundaknya begitu saja.
Hayoung segera menggeser duduknya namun muncul lelaki lain yang membuatnya tidak bisa beranjak kemanapun sekarang.
"Mwoya? Kenapa ada perempuan muda di sini?" Beberapa lelaki mulai berkumpul di meja itu dan membuat Hayoung harus beranjak duduknya sekarang.
"Kemana kau akan pergi? Bersenang-senanglah dengan kami sebentar" Tangannya ditarik oleh lelaki yang duduk di sebelahnya tadi dan membuatnya kembali menempati bangku.
"Yaa! Apa yang kalian lakukan di sini?" Mereka menengok ke arah suara seseorang yang bisa terdengar melebihi suara musik.
"Apa dia bersamamu, Oh Sejun?" Tanya lelaki di sebelah Hayoung.
"Nde, dia bersamaku hari ini"
"Kau memilih mangsa yang lebih muda kali ini. Aku mendukung perubahanmu untuk menjadi pria sesungguhnya" Ucap lelaki lain dengan nada bercanda pada Sejun.
Satu per satu mulai meninggalkan tempat itu. Hayoung melihat wajah kesal pada Sejun saat dia menatapnya lebih lama lagi. Pandangan lelaki itu juga masih mengikuti kemana para lelaki tadi pergi.
"Ikut aku sekarang"
Hayoung belum mengucapkan kata persetujuannya, tapi Sejun sudah menarik tangannya lebih dulu. Mereka kembali menembus keramaian sama seperti saat masuk ke dalam tempat ini. Namun kali ini terasa lebih panjang jalannya karena sempat melewati meja bar lain yang sudah terisi oleh para pengunjung di sana. Hayoung sesekali mendapati panggilan yang tidak bisa didengarnya karena benar-benar tidak bisa menangkap suara apapun selain musik di sini.
"Masuklah lebih dulu" Sejun membuka sebuah pintu dan suasana yang lebih sepi mulai dirasakan Hayoung di sana.
Perempuan itu hanya melihat meja dan bangku panjang di ujung ruangan dengan beberapa botol yang tersusun rapih di atas mejanya. Tidak berapa lama kemudian, Sejun masuk juga bersama dengan beberapa lelaki lain.
"Kita bisa menempati tempat duduk sekarang" Sejun kembali memegang tangan Hayoung untuk menuntunnya ke bangku panjang tadi.
"Apa kau yakin dengan pilihanmu kali ini?" Lelaki yang datang bersama Sejun mulai mengajukan pertanyaan.
"Nde, hyung..."
"Rancanganmu tidak akan bisa ku beri nilai yang tinggi dari sebelumnya kalau ternyata kau sama sekali tidak mengalami perubahan"
Hayoung berusaha menebak arah pembicaraan mereka namun gagal karena tidak terlalu mengerti dengan kata-kata yang diucapkannya.
"Kau mempertaruhkan banyak hal hanya untuk menaikkan harga karyamu sendiri. Mungkin kalau kali ini kau tidak bisa memuaskanku, aku harus mencari orang yang ingin membelinya dengan harga tinggi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Not A Game
Fanfiction[COMPLETED] Guna mengubah anaknya untuk menjadi seorang pelajar yang lebih baik lagi, kedua orang tua Hayoung harus menempatkan anaknya di salah satu rumah bersama dengan teman semasa kecilnya yang berprofesi sebagai seorang guru. Kegemarannya pada...