18. Squabbling

115 30 0
                                    

Di dalam sebuah rumah, Sejun keluar dari kamarnya setelah bangun dari tidurnya. Dia mendapati area ruang tamu dan juga dapur yang kosong di pagi hari. Dia terlihat mengambil segelas air dari dalam lemari pendingin sebelum menjawab panggilan yang masuk ke dalam ponselnya. 

"Halo?"

………………………………

"Aku tidak bisa pergi kemanapun malam ini"

………………………………

"Aishh, aku sibuk. Banyak pekerjaan yang datang padaku"

………………………………

"Apa kau tidak mendengarku? Aku tidak akan datang meskipun kau sudah memesan tempatnya nanti malam"

Sehun masuk ke sana dan melihat saudara kembarnya tampak kesal saat dia menurunkan ponsel dari telinganya. 

"Ada apa?" Sehun bertanya sambil menuangkan jus ke dalam gelas. 

"Wanita itu.... Dia kembali memintaku untuk menemuinya. Aku tidak tahu darimana dia tahu berita kepulanganku ini"

"Wanita itu? Apa kau memiliki kekasih?"

"Hanya kenalan lamaku. Aku tidak menyukainya tapi dia menyukaiku. Kami hanya sering bersenang-senang bersama"

Sehun menganggukkan kepalanya pelan sambil mengutak-atik ponselnya di meja makan. 

"Tumben sekali kau bangun lebih telat hari ini" Sejun ikut menarik tempat duduk yang ada di depannya. 

"Ini hari minggu, jadi aku bisa lebih santai dari hari-hari sebelumnya"

"Benar juga, aku hampir lupa dengan hal itu. Apa Hayoung juga masih tertidur?"

"Aku tidak tahu. Mungkin saja dia sedang menyalakan komputernya untuk bermain game lagi"

"Benarkah?" Sejun langsung berdiri dari duduknya. 

"Kemana kau akan pergi, hyung?"

"Aku merasa penasaran seberapa pandainya dia bermain game"

"Mwo?" Sehun ikut menyusul saudara kembarnya itu yang sudah beranjak dari sana. 
"Hyung, biarkan dia beristirahat"

"Hanya sebentar saja. Lagipula kau pasti juga tidak pernah melihatnya menggunakan perangkat komputer itu, kan?" Sejun mengetuk pintu kamar beberapa kali. 

Tidak ada jawaban dari dalam dan Sejun mengulangi ketukan itu sampai tidak terhitung sekarang. 

"Hyung....." Sehun gagal menghentikan tangan lelaki itu yang sudah memutar gagang pintu dan membukanya pelan. 

"Mwoya? Kenapa kamar ini kosong?"

Sehun ikut masuk dengan penuh keraguan karena kejadian memalukan yang pernah dialaminya sebelumnya. Namun keberadaan sang pemilik kamar memang tidak berada di manapun. 

"Apa mungkin dia pergi keluar saat matahari belum muncul?" Sejun melangkah mendekat ke arah meja belajar. 
"Tapi kenapa tas ransel sekolahnya tidak ada di kamar ini?"

Sehun juga sempat memikirkan hal yang sama. Dia langsung keluar dari sana dan mengecek ponselnya. Baru saja ingin mencari nomor seseorang, ponselnya itu sudah berbunyi lebih dulu karena ada yang menghubunginya. Tanpa ragu, dia menekan layar dan menempelkan ponsel ke telinganya. 

"Nde, Bibi"

"Sehun'ah, maaf karena baru menghubungimu sekarang. Hayoung ada di rumahku sejak kemarin. Dia memilih untuk menginap di sini semalam"

Love Is Not A GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang