Part 32

436 29 10
                                    

"Kemaren lo mau minta pendapat tentang apa?" Tanya Ana pada lelaki di sebelahnya.

Kini mereka sedang menyusuri koridor menuju kelasnya masing-masing, namun langkah keduanya sengaja di pelankan agar dapat menyelesaikan obrolan sebelum sampai ke kelas sembari menunggu bel masuk berbunyi.

Laki-laki tampan dengan tangan kanannya memasuki saku, sedangkan tangan kirinya di biarkan menggenggam tangan gadis di sebelahnya itu.

"Kan gue udah bilang, gue bakal nunggu lo cerita, baru gue mau minta pendapat lo," jawab Kevin.

"Tapi gue gak pernah ngerasa lo nambahin beban gue kok."

"Tapi gue ngerasa."

Apa udah saatnya buat gue cerita ke Kevin tentang masalah gue di rumah? -tanya Ana dalam hati pada dirinya sendiri.

"Ya udah, nanti pulang sekolah kita ke rumah ya!" Ucap Ana sambil tangannya terus saja menggenggam jari kelingking Kevin.

Kevin hanya menganggukan kepalanya saja, menuruti perkataan Ana.

Seperti biasanya, Kevin mengantarkan Ana sampai ke kelas untuk memastikan tak ada yang mengganggu Ana di perjalanan. Namun pagi ini rupanya Kevin akan terkena sial karena harus bertemu dengan seseorang yang tak pernah ingin ia lihat sekalipun.

"Widih ada yang mau panjat sosial nih sampe nyalonin jadi ketua OSIS segala." Ucap Dona.

Kevin dan Ana yang baru sampai di tempat duduk Ana pun hanya diam tak menggubris celotehan cewek sialan itu.

"Belajar yang bener, kalo Fauzan atau Adin ngajak bolos jangan mau ya," ucap Ana, kepalanya menengadah menatap Kevin yang terlalu tinggi.

"Iya, jangan lupa di makan bekalnya. Belajar juga butuh tenaga. Kalo kurang chat gue, nanti gue bawain ke sini." Kata Kevin dengan pandangan yang tak pernah lepas dari mata Ana.

"Ohhh ada yang pura-pura gak dengerrrr!!" Kata Dona lagi sembari melambatkan kata-katanya.

"Bisa gak sih lo itu gak ganggu Kevin?" Emosi Ana terpancing.

Kevin menekan kedua bahu Ana dengan lembut, mendudukan gadis itu, kemudian mengelus kedua bahunya menenangkan.

"Wow pacarnya ngamukkk. Ups?!" Dona berlagak keceplosan sambil menutup tangannya.

Kini Dona menghampiri tempat duduk Ana, mendekatkan diri ke hadapan mereka berdua.

"Kenapa diem aja? Gak berani ya? Oh, apa jangan-jangan lo banci?" Ucap Dona menantang Kevin.

Kevin masih diam, tangannya mengepal, rahangnya menegas. Jika saja yang di hadapannya kini seorang laki-laki, maka sudah di pastikan orang itu akan tersungkur babak belur.

Ana yang semula duduk pun kini berdiri lagi, ingin membela Kevin. Ingin rasanya menjambak rambut perempuan itu saat itu juga.

"Gak ada bosen-bosennya ya idup lo? Kurang kerjaan lo? Kebetulan banget gue lagi buka lowongan kerja sebagai PEM-BAN-TU, mau?"Ana mengeja kata pembantu.

"Gue gak ngomong sama lo," ucap Dona.

"Tapi lo- " ucapan Ana terputus karna disergah oleh Kevin.

"Gak guna ngeladenin orang kaya dia!" Ucap Kevin santai.

"Denger baik-baik Dona. Gue bukan gak berani sama lo. Lo itu cewek, gue gak mungkin buat ngehajar lo sama kaya gue ngehajar cowok-cowok. Dan jangan pernah ganggu Ana maupun gue, karna percuma! Benalu gak akan pernah setara sama penopangnya!" Ucap Kevin santai namun penuh penekanan.

Setelah mengatakan itu Kevin berpamitan pada Ana dan melangkah pergi menuju kelasnya. Namun baru beberapa langkah, suara Dona menghentikannya.

"Kalo lo gak mengundurkan diri dari pemilihan ketua OSIS, gue pastiin keluarga cewek yang sangat lo cintai ini bakalan hancur lebur!" Ucap Dona.

Couple SimpleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang