Setelah seharian bersama Kevin, malam harinya Ana menghabiskan waktunya bersama sang Mama.
"Ma.." panggil Ana.
Ana sedang berbaring dengan berbantalkan paha sang Mama di kamarnya. Retno dengan lembut mengelus-elus rambut putrinya.
"Kenapa sayang?"
"Aku dan Kevin udah pacaran sekarang." Ana berterus terang.
"Serously?" Tanya Mama Ana tak percaya.
Ana mengangguk, "tapi aku takut."
"Loh, kok takut? Harusnya kamu senang dong. Ini kan yang kamu nanti-nantikan."
"Ana takut, Ma. Ana takut Kevin akan kecewain Ana, Ana takut Kevin ninggalin Ana kaya Papa ninggalin kita."
"Stttt," Retno langsung memotong bicara Ana. "Mama yakin Kevin cinta banget sama kamu, dia gak akan ninggalin dan nyakitin kamu."
"Dulu juga Papa cinta sama Mama kan? dan sekarang Papa ninggalin kita juga kan? Cinta pertama Ana, Ma. Papa yang cinta pertana Ana aja bisa ngekhianatin Ana. Apa lagi Kevin."
Retno tersenyum, "kita jangan lihat ke belakang ya. Kita lihat ke depan aja. Okay?"
"Tapi kalo nanti Kevin nyakitin Ana kaya Papa gimana, Ma?"
Retno diam, ia tak menyangka bahwa masalah orang tua akan berdampak besar pada seorang anak. Trauma yang di alami sang anak justru tak kalah besarnya.
"Kalau Kevin nyakitin kamu, ya kamu ikhlaskan. Karena katanya, jika kamu mencintai seseorang maka biarkan orang itu bebas." Jawab Retno.
"Apa itu juga alasan Mama kenapa Papa bisa bebas ngapain aja, sampai akhirnya cari wanita lain?"
"Ana," Retno tidak tahu bagaimana memberitahu putrinya. "Papa gak sejahat yang Ana fikir sayang. Nanti jika Ana sudah paham, Ana juga akan memakluminya."
Ana diam, ia benar-benar takjub pada sang Mama yang masih membela suami yang telah mengkhianatinya.
"Sekarang tidur ya, udah malam." Ucap Retno.
Ana mengangkat kepalanya, membiarkan sang Mama beranjak dari sana. Retno kemudian menarik selimut hingga menutupi badan Ana. Ia mencium kening sang putri.
"Selamat istirahat sayang." Ucap Retno.
"Selamat beristirahat, Mama."
***
Matahari menyingsing, pagi yang cerah untuk memulai aktivitas yang berat. Seperti biasa, keadaan rumah keluarga Mardil selalu hangat setiap hari.
"Good morning," sapa Kevin pada kedua orang tuanya yang sudah duduk di meja makan.
"Morning sayang," balas Renny.
"Makin ganteng aja ini tuan Kevin, kaya Papanya." Puji Seto.
Kevin tertawa sambil menghampiri kursinya. "Produknya Bapak Seto dan Ibu Renny kan emang gak pernah gagal." Jawab Kevin, membuat semuanya tertawa.
Renny menaruh roti selai kacang ke dalam piring Kevin, menuangkan susu dan memberikannya juga pada sang Putra.
"Hari ini pemilihan ketua OSIS." Ucap Kevin.
"Really?" Renny terkejut.
Kevin mengangguk sambil melahap rotinya. "Dan Kevin udah mutusin buat mundur."
Ucapan Kevin membuat Renny dan Seto kecewa, namun keduanya tetap menghargai keputusan Kevin.
"Why?" Tanya Seto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Couple Simple
RomanceKisah Kevin yang labil untuk menentukan kembali ke masa lalu, atau mencoba cinta baru. Dan kisah Anastasya yang dengan sabar selalu menerima kehadiran Kevin, karena menurutnya Kevin adalah laki-laki yang bisa ia jadikan kekasih sekaligus figur seora...