Selama di perjalanan pulang tidak ada percakapan seperti kemarin, dua-duanya terlalu gengsi untuk memulai obrolan. Hingga sampai di depan rumah mewah itupun hanya ada keheningan.
"Lo gak mau mampir dulu?" tanya Ana setelah turun dari motor Kevin.
"Gak." jawab Kevin singkat.
"Oh yaudah, makasih ya hati-hati!"
Lelaki itupun bergegas melajukan motornya dengan cepat. "Jangan ngebut-ngebut!!" teriak Ana.
Setelah punggung lelaki itu hilang di pertigaan jalan, Ana pun berjalan memasuki rumahnya. Sungguh ia tak sabar ingin segera merebahkan tubuhnya di kasur empuk itu.
Baginya kamar adalah salah satu tempat ternyaman selain sekolah dan rumah pohon yang berada di belakang rumahnya.
"Assalamu'alaikum Ana pulang." salam Ana sambil meletakkan sepatu ke rak di belakang pintu.
"Wa'alaikumsalam." ucap wanita yang masih tergolong sangat muda, Retno mamah Ana.
Mata Retno terlihat merah dan bengkak, masih ada sisa-sisa air mata di lekukan bawah matanya.
Mata gadis itu menyipit, menatap dengan seksama mata sang ibundanya.
"Mamah nangis lagi?" tanya Ana setelah melihat mata Mamahnya bengkak.
"Nggak kok sayang. Kamu langsung mandi ya, terus makan. Mamah siapin makanannya dulu." ucap Retno berbohong dan nengalihkan pembicaraan agar Ana tidak bertanya lebih jauh.
Gadis itu tau bahwa mamahnya itu kini sedang berbohong, mengelabui dirinya yang sudah bukan anak kecil lagi.
"Nggak usah deh, Mah. Ana gak laper. Mending mamah istirahatin aja hati Mamah. Ana ke kamar dulu, iloveyou Mah!" ucap Ana seraya mencium pipi Mamahnya dengan perasaan yang begitu hancur.
Anastasya Farhanda gadis cantik dengan bulu mata lentik serta bibir mungil anak dari pasangan Rendi Wiguna dan Retno Veronika.
Keluarga yang hancur lebur karena orang ketiga. Anastasya lah yang harus menjadi korban dari kehancuran rumah tangga orang tuanya.
Hampir setiap hari ia harus mendengarkan pertengkaran orang tuanya. Nada tinggi, bentakan, teriakan, tangisan, mungkin sudah menjadi makanannya sehari-hari.
Aku merasa tersiksa di ruang yang seharusnya membawaku pada bahagia -batin Ana.
Ia menaiki tangga demi tangga dengan berat. Tubuhnya seperti kehilangan tenaga untuk menaiki tangga menuju kamarnya.
Tak terasa kini air matanya sudah membasahi kedua pipi merahnya. Ana kemudian menaruh tasnya dan menangis dengan tangan memeluk lutut kakinya di pojok kamar tanpa mengganti seragamnya terlebih dahulu.
Drttt drttt...
Getar ponsel di saku seragam Ana membuyarkan fikirannya. Gadis itu dengan lemas segera menyeka air matanya.
16:37
Herni12_: Ana lo udh ngerjain tugas ekonomi blm?
Anastasya_ : Blm, gue baru balik abis jdi kambing conge hahaha
Herni12_: Seriusan? Siapa? Lagian lo mau mauan
Anastasya_: Fauzan, yaela gpp gue mah sans orgnya wkwk.
***
Ya, Ana bukanlah tipe cewek yang ingin terlihat lemah. Meskipun di rumah ia sedang menangis tapi ia tidak ingin memperlihatkan kesedihannya kepada siapapun, termasuk Herni sahabatnya.
Ketika Ana sedang membalas pesan dari sahabatnya itu tiba-tiba suara teriakan terdengar cukup keras sampai ke lantai atas.
"Dasar gak tau diuntung!" marah Rendi pada Retno.
Sedangkan Retno hanya bisa menangis sesenggukan dengan pasrah menghadapi sikap suaminya. Ana pun segera keluar kamar dan dengan cepat menuruni anak tangga untuk memastikan bahwa mamahnya baik-baik aja.
"Cukup Pah! Ana emang masih kecil. Tapi Ana juga punya perasaan Pah. Dimana hati Papah ngeliat Mamah nangis kaya gini? Belum puas Papah bikin Ana dan Mamah ketakutan di dalam rumah yang seharusnya bawa Ana dan Mamah pada bahagia? Emang gak ada ya Pah sedikit aja niat Papah buat bikin kita bahagia? Sedikit aja Pah hiks hiks." tangis Ana pecah sambil memeluk Mamahnya.
"Tau apa kamu? Kamu masih kecil lebih baik kamu ke kamar sekarang!" perintah Rendi.
"Ana bakal tetep di sini sama Mamah, kalo mau Papah aja yang pergi hiks hiks." tangis Ana.
Akhirnya Rendi mengalah dan meninggalkan mereka ke kamarnya. Hanya demi putrinya bukan istrinya.
"Mah gapapa? Mamah gak usah nangis. Kita ke kamar Ana ya, Mamah tidur di kamar Ana aja buat malem ini."
"Iya sayang, kamu juga jangan nangis ya Mamah gak apa-apa kok." ucap Retno meyakinkan gadis kecilnya itu.
***
~Kevin Home~
"Assalamu'alaikum Mah Kevin pulang." ucap kevin setelah memakirkan motor kesayangannya.
"Wa'alaikumsalam sayang. Kok baru pulang jam segini? Nongkrong lagi?" cecar Renny.
"Biasa, Mah. Anak muda. Kevin langsung ke kamar ya, bye Mah!" Tidak lupa mencium pipi ibunya.
"Anak muda kok gak punya pacar sih, Vin?!" teriak Renny karena Kevin sudah berlari menaiki anak tangga dan masuk ke kamarnya.
Bukan gak punya tapi belum punya. -batin Kevin.
Kevin mengunci kamarnya, kemudian menaruh tasnya dan langsung menjatuhkan diri ke kasurnya tanpa mengganti seragamnya. Tangannya terlipat dijadikan bantalan kepalanya.
"Kok bisa gue ngerasa capek, padahal gak ngapa-ngapain?" Tanya Kevin pada dirinya sendiri.
***
Anastasya room~
19:00Ia duduk di balkon sembari menatap langit berusaha untuk melupakan pertengkaran orang tuanya tadi sore. Ingin rasanya ia mengeluh, tapi pada siapa?
Kelak aku pasti menemukan seseorang yang akan mendengarkan seberapapun keluh kesahku, seseorang yang akan memelukku saat aku merasa sendiri, seseorang yang selalu bersedia menjadi bahu untuk aku bersandar, seseorang yang dengan tegas melindungiku. Aku harap aku segera bertemu dengannya, aku membutuhkannya saat ini. -batin Ana.
Tak terasa air matanya perlahan jatuh kembali membasahi pipinya.
"Sayang, ayo makan dulu! Mamah udah buatin mie telor kesukaan kamu. Papah juga udah keluar rumah jadi kamu gak perlu takut." teriak Retno dari lantai bawah.
"Iya, Mah. Bentar lagi Ana turun." balas gadis itu dengan teriakan juga kemudian Ana tergesa-gesa menghapus air matanya.
***
Ga nyambung bgt, maafin ya><
KAMU SEDANG MEMBACA
Couple Simple
RomanceKisah Kevin yang labil untuk menentukan kembali ke masa lalu, atau mencoba cinta baru. Dan kisah Anastasya yang dengan sabar selalu menerima kehadiran Kevin, karena menurutnya Kevin adalah laki-laki yang bisa ia jadikan kekasih sekaligus figur seora...