Part 28

423 31 5
                                    

Aku tidak trauma, namun hanya takut.

-Anastasya Farhanda

Suara angin menguasai dua orang yang berada di atas motor, menyelimuti mereka dengan kebisingan. Jalanan nampak begitu ramai, mungkin karena sore seperti ini adalah jam-jamnya para karyawan maupun pekerja lainnya pulang ke rumah mereka masing-masing.

Keduanya sudah nampak tak terlihat di pertigaan jalan, nenyisakan jejak yang begitu saja mereka tinggalkan.

"Mau masuk dulu?" Tanya Ana yang sudah turun dari motor Kevin.

"Kapan-kapan deh, salamin yah sama Mamah," balas Kevin.

Ana mengerutkan keningnya sehingga kedua alisnya nampak menyatu.

"Maksud lo Mamah gue?" Tanya Ana kurang mengerti, ah lebih jelasnya tidak mengerti.

"Calon Mamah gue," jawab Kevin kemudian tersenyum tipis.

Jika Ana tidak dalam keadaan kesal, sudah di pastikan bahwa pipinya akan seperti kepiting rebus saat ini. Agaknya Ana masih kesal dengan apa yang sudah di lakukan Kevin padanya beberapa minggu lalu.

Ana lantas menampar pelan muka Kevin yang terbalut helm. "Ish gak jelas lo!"

Kevin terkekeh geli melihat muka Ana yang jelas sangat kesal, padahal ia tidak berniat membuat Ana jengkel.

"Sana masuk!" Suruh Kevin.

"Loh harusnya gue yang ngusir lo. Sana pulang!" Usir Ana.

"Oh jadi lo ngusir gue?" Tanya Kevin.

"Iya kenapa? Mau marah?" Tanya Ana balik kemudian tangannya beralih bersedekap dada.

Kevin menurunkan standar motornya, "Udah berani ya sekarang?" Kemudian ia turun dari motor dan menggelitik pinggang Ana.

"Iya iya nggak, udah Kevin udah!!!" Ana menyerah, tak tahan dengan rasa geli akibat perbuatan Kevin.

Pengakuan Anapun mengundang tawa Kevin yang cukup keras namun begitu singkat.

"Hahaha, masuk gih!"

"Ya udah gue masuk duluan ya," pamit Ana.

Kakinya melangkah kemudian harus terhenti di langkah ke dua, ia memutar kepalanya ke belakang merasa ada yang tertinggal.

Kevin yang menyadari Ana menoleh padanya pun lantas melemparkan pertanyaan. "Ada yang ketinggalan?"

Ana mengangguk, "Gue lupa bilang makasih," ucapannya terseling dengan sengirannya. "Makasih ya, Vin." Ucapnya tulus.

Kevin sedikit terkejut memikirkan betapa sopan gadis di depannya ini. Kepalanya tergerak untuk mengangguk. "Sama-sama Ana," balas Kevin kemudian tersenyum.

Ana melanjutkan langkahnya kikuk. Membuka pintunya dan menuju kamarnya. Di rumahnya tidak ada siapa-siapa karena Mamahnya pasti pergi ke laundry, dan Papahnya jarang ada di rumah. Mungkin di rumah istri simpanannya fikir Ana.

Ketika menaiki tangga, suara lembut gemulai ke-ibuan itu terdengar menyapa Ana.

"Non, sudah pulang?" Tanya Bi Jumi pembantunya.

Mendengar seseorang menyapanya, Ana pun beralih menuruni tangga dan menyalami tangan Bi Jumi. "Sudah, Bi."

"Mau Bibi siapkan makan, Non?"

"Jangan deh, Bi. Ana belum laper." Ana menolaknya, karena memang perutnya masih sangat kenyang setelah Kevin memasak telur untuknya dan memaksa Ana untuk menghabiskan masakannya.

Couple SimpleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang