Part 14

436 33 0
                                    

Aku yang membantumu sembuh, namun mengapa dia yang kamu ajak kembali?

-Anastasya Farhanda

***
Klik.

Pintu itu terbuka dan menampakkan beberapa orang. Ya, mereka adalah orang tua Kevin, Adin, Fauzan, dan Rere. Mereka telah selesai makan sore bersama di kantin, kemudian kembali untuk menemani seorang Kevin Antonio Mardil.

"Tante, Om. Malam ini Ana akan nginap di sini, tapi Ana mau pulang dulu, mau mandi dan ganti pakaian." Pamit Ana.

"Wah bagus deh biar Kevin nggak sendirian malam ini, Om sama Tante tadinya menyuruh Adin dan Fauzan untuk jaga Kevin malam ini, karena Om dan Tante juga mau bersih-bersih, udah 2 hari gak mandi." Jawab Seto, Papah Kevin.

"Kalau gitu Ana pamit sekarang ya Om, Tante biar nanti malam Ana ke sini lagi."

"Hati-hati ya sayang." Kata Renny.

Setelah Ana pergi, orang tua Kevin pun bersiap-siap untuk pulang, memilah baju kotor yang akan dibawa pulang untuk dicuci, kemudian pamit kepada Fauzan dan Adin.

"Hati-hati Tante, Om." kata Adin dan Fauzan berbarengan.

Mereka akan menjaga Kevin sampai Ana kembali ke puskesmas, nanti setelah Ana kembali, mereka akan pulang terlebih dahulu dan kembali lagi setelah mandi dan ganti baju.

"Hubungan lo udah sampe mana sama si Ana?" Tanya Fauzan memastikan.

"Gue masih pengen kenal dia lebih jauh, gue masih ragu buat buka hati lagi." Jawab Kevin.

"Gara-gara Putri?" Tanya Fauzan lagi.

"Bayangan Putri masih sering muncul tiba-tiba, gue takut kalo gue bakal nyakitin Ana gara-gara itu, cinta gue ke Putri belum surut sepenuhnya, gue masih suka kangen, gue rindu segalanya yang pernah gue lewatin sama Putri."

"Kalo lo ragu terus kenapa lo ngasih harapan ke Ana dongo?!" Fauzan menyalahkan.

"Gue cuma berusaha untuk selalu ada buat Ana, gue kasian. Dan dia punya masalah yang disembunyiin dari kita semua." Kevin memberi alasan.

"Harusnya lo dari awal gak usah berlebihan, kasian si Ana, jangan gara-gara masalalu lo, lo malah jadi nyakitin orang lain!" Rere angkat bicara tak terima.

"Parah lo Vin wah, bukan ajaran gue ini." Surak Adin.

"Ajaran siapa lagi pea, orang yang playboy di sini cuma lo doang," kata Fauzan sambil menoyor kepala Adin.

"Lagian lo udah disakitin juga masih aja ngarep buat balik sama si Putri." Kata Adin.

"Because she is my first love, lo ga akan paham." Kevin menjawab.

Tak ada percakapan lagi setelah itu, Kevin memilih tidur karena efek dari obatnya yang membuat Kevin mengantuk. Fauzan pun memilih rebahan dengan berbantalkan paha Rere, dan Adin hanya duduk sambil menonton televisi.

***

~Anastasya Home~

Seperti biasa, rumahnya kembali diisi dengan teriakan, dengan bentakan, serta tangisan.

"Belum puas kamu khianatin aku mas?"
Suara wanita itu terdengar lirih hingga ke luar, terdengar oleh Ana ketika Ana baru saja memegang gagang pintu untuk masuk ke dalam rumah.

Kemudian Ana masuk dan berlari dengan cepat menaiki tangga untuk ke kamarnya, ia bergegas mengganti pakaiannya tanpa memperdulikan perdebatan kedua orang tuanya, sambil terus menangis sesenggukan Ana terus bergerak mengganti bajunya, rasanya ia muak dengan suasana ini, hal ini membuatnya ingin segera keluar dan pergi menemui satu-satunya orang yang bisa membuatnya bahagia. Ya ia adalah Kevin Antonio Mardil.

Ketika Ana hendak kembali pergi ke puskesmas Rendi berteriak memanggil namanya.

"Ana berhenti!"

Ana pun berhenti tanpa menoleh sedikitpun.

"Mau pergi kemana kamu?" Bentak Rendi, Papah Ana.

"Apa perduli Papah sama Ana?"

"Jangan kurang ajar kamu!" Rendi meninggikan suaranya.

"Apa yang pernah Papah ajarin ke Ana?" Ana menoleh kemudian melemparkan senyuman sinis dengan air mata yang masih terurai.

"Apa kamu gak bisa betah di rumah hah?" Emosi Rendi semakin membeludag.

"Apa Papah bisa bikin Ana betah di rumah?"

Pertanyaan Ana berhasil membungkam Rendi.

"Apa Papah pernah berusaha buat bikin Ana betah di rumah? Apa Papah bisa ngasih Ana perhatian lagi kaya dulu? Apa Papah bisa gak ngebagi kasih sayang Papah sama cewek simpenan Papah itu?" Ana melemparkan pertanyaan yang bertubi-tubi.

"Cukup Ana!" Bentak Rendi.

Ana langsung pergi tanpa memperdulikan orang tuanya. Retno pun hanya bisa diam sambil menatap kepergian putri semata wayangnya dengan air mata.

Tujuan Ana sekarang adalah Kevin, hanya Kevin.

Namun ketika ia membuka pintu ruang rawat inap betapa terkejutnya Ana yang menemukan Kevin sedang bersama seorang wanita seusianya, bercanda gurau sambil saling suap-menyuapi.

Putri.
Ya, seseorang yang berhasil membuat Kevin trauma dan juga seseorang yang berhasil membuat Kevin luluh kembali. Seseorang dimasa lalu Kevin yang meninggalkan banyak sekali kenangan sehingga membuat Kevin sulit untuk melupakannya.

Putri datang menjenguk Kevin dengan membawa roti selai kacang yang ia buat di rumah, dan langsung menyuapi Kevin ketika sampai di puskesmas.

"Jahat," ucap Ana lirih kemudian menutup pintu dan berlalu pergi.

Kevin mendengar suara itu dan memalingkan pandangannya ke arah pintu, ia melihat Ana dengan muka yang kacau, matanya bengkak, hidungnya merah, rambutnya berantakan.

"Ana!" teriak Kevin ketika melihat Ana menutup pintu dan berlalu pergi.

Kevin berusaha melepaskan infusannya dan berniat mengejar Ana. Namun Putri mencegahnya dan memeluk Kevin agar Kevin tidak mengejar Ana.

"Mau kemana? Kamu masih sakit, nanti aja ya ngejarnya?" Ucap Putri.

Kevin menurut dan kembali berbaring di atas brankar.

Sedangkan disisi lain ketika Rere sedang berada di warung depan puskesmas bersama Adin dan Fauzan, ia melihat Ana berlari begitu kencang sambil menangis. Rere kemudian berlari mengikuti Ana.

Fauzan dan Adinpun menyaksikan Ana yang berlalu dengan kondisi yang berantakan. Mereka berdua telah menduga bahwa Ana seperti itu karena melihat Kevin berduaan dengan Putri, mantan kekasihnya.

Ana berlari tak tentu arah, ia hanya ingin berlari dan terus berlari untuk menjauh dari keberadaan Kevin. Ia menyusuri jalan dengan mata yang terus mengeluarkan air mata tanpa bisa Ana hentikan.

Lukanya terlalu berlipat ganda, ia tak sanggup untuk menahannya.

Ana merasa ada yang memeluknya dari belakang, Ana sontak membalikkan badannya dan ternyata Rere. Ia menumpahkan segala sakitnya pada Rere, menangis sejadi-jadinya sampai nafasnya tersedak.

"Nangis yang kenceng, gue ada di sini!" Rere menenangkan.

Ana masih terus menangis, tangisnya semakin kencang.

"Jahat banget," kata Ana lirih.

"Tumpahin semua sakit lo lewat tangis, abis itu cerita ke gue, oke?" Kata Rere. Kini baju Rere dibuat basah oleh air mata Ana.

"Kenapa harus gue?" Tanya Ana yang masih saja menangis.

***
Bayangin kamu dari keluarga yang hancur kemudian laki-laki yang menjadi harapan terbesarmu untuk bahagia justru melukaimu.

Sedih banget, pernah diposisi ini dan sakitnya bukan main wkwkw.
Update lagi yeay, selamat baca. Staysafe ya temen-temen. #dirumahaja.

Kalo ada typo komen ya:)

Couple SimpleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang