Part 25

442 26 4
                                    

⬇⬇⬇

"Jadi kita nongkrong gak hari ini?" Tanya Adin yang benar-benar akan merasa bosan jika harus pulang ke rumah.

"Gasss!" Fauzan lebih tak sabar ingin menemui Rere.

"Gue ada urusan. Gue nyusul." Jawab Kevin.

"Urusan apa?" Tanya Fauzan penasaran akan sikap sahabatnya. Tidak biasanya seorang Kevin memiliki urusan yang sepertinya seserius itu.

"Urusan hati." Ledek Adin membisiki telinga Fauzan bercanda seakan-akan agar tak terdengar oleh pria itu. Padahal suaranya yang berbisik itu masih cukup keras dan terdengar oleh Kevin.

"Galau mulu bro!" Ucap Fauzan menepuk-nepuk bahu Kevin. "Ya udah kita duluan ya," tambahnya.

Kevin hanya mengangguk mengiyakan perkataan sahabatnya itu. Kemudian Adin dan Fauzan melenggang pergi meninggalkan Kevin menuju tempat nongkrong favoritnya.

Kini pria tampan dengan hidung mancung itu berjalan munuju kelas seseorang yang ia ajak bolos tadi pagi. Tasnya ia gendong dengan satu tangan saja di sebelah kanan. Kedua tangannya kini telah menelusup bersembunyi di balik saku celana abu-abu itu. Mukanya terlihat datar namun tak sabar.

Brukkk

Kevin menabrak seseorang. Ah lebih tepatnya seseorang itu yang menabrak Kevin. Langkahnya yang terburu-buru itu membuat sang pemilik langkah menubruk dada bidang Kevin.

Gadis itu segera bangkit dari tersungkurnya. Kevin hanya menatap gadis di depannya itu dengan tatapan yang masih datar tanpa berniat untuk membantu.

Gadis itu mendongakkan kepalanya berniat melihat siapa yang menghalangi jalannya. Muka gadis itu kini terlihat merah padam, amarahnya bersiap untuk meledak.

"Punya mata gak si lo?" Bentak cewek itu.

Kevin hanya mengangkat bahunya acuh malas untuk meladeni orang di depannya itu. Pria itu memilih melanjutkan langkahnya, namun bahunya di dorong dengan kasar oleh gadis itu.

"Jangan lari dari masalah ya lo!"

Kevin melemparkan pandangannya jengah, mengapa di situasi buru-buru seperti ini ia harus dihadapi dengan cewek menyebalkan itu.

"Apa mau lo?" Tanya Kevin tak suka bertele-tele.

"Lo udah dua kali nabrak gue. Pertama di kantin, kedua hari ini. Gue mau lo minta maaf!" Ucap Dona.

Ya lagi-lagi gadis itu ingin mempermalukan Kevin. Untung saja suasana sekolah sudah sepi, murid-murid sudah pulang ke rumahnya masing-masing. Entah apa yang membuatnya menyimpan dendam pada laki-laki itu, namun mempermalukan pria itu sunggung sudah menjadi hobinya.

"Minggir!" Ucap Kevin yang merasa terhalangi langkahnya.

"Minta maaf dulu baru gue minggir!" Ujar Dona bersikeras.

Jari-jemari Kevin kini mengepal kuat. Jika saja yang sedang mencoba mempermalukannya itu seorang pria, mungkin Kevin sudah menghantamnya habis-habisan.

"MINGGIR!" Suara Kevin kini menggelegar bebas terdengar di segala penjuru.

Suara itu tentu saja terdengar sampai ke dalam kelas Ana. Gadis yang sedang piket tersebut terlonjak kaget dengan suara teriakan yang amat sangat ia kenali.

"Astagfirullah!" Kaget Ana kemudian mengusap dadanya berusaha menenangkan dirinya sendiri. Lantas Anapun melemparkan sapu yang ia pegang itu asal, beralih menyusul menemui pemilik teriakan itu.

"Kenapa lagi sih lo berdua?" Tanya Ana yang menemui Kevin dan Dona saling menatap tajam.

Kevin menyadari keberadaan gadis itu. Malas rasanya harus meladeni urusan tidak penting yang pasti akan berkepanjangan nantinya. Pria itu menggapai lengan Ana kemudian menariknya kasar. Kedua manusia dengan gender yang berbeda itupun kini melenggang pergi tanpa memperdulikan Dona yang mematung sebal.

Couple SimpleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang