1. Matryoshka

173 23 8
                                    

20 Agustus, 20XX.
Lokasi, SMA Internasional Rising Smartness

Apa : Murid Pindahan

Aku datang ke tempat ini sebagai murid baru di kelas 2 SMA, jurusan IPA.
Jurusan yang...katanya penuh tekanan, anak-anak yang ambis, dan pintar.

Tapi aku sangat tidak memenuhi kriteria jurusan itu.

Bukan....

Aku sangat tidak memenuhi kriteria sekolah ini.

Sekolah Rising Smartness adalah sekolah Internasional. Siapapun yang bisa lulus dari sini dijamin bisa selamat di masa depan, bisa sukses.

Semua orang berpekik senang begitu melihat blazer merah diatas kemeja putih bersihnya. Di dasi hitam mereka selalu ada pin yang menunjukan kelas dan jurusannya.

Pin emas menunjukan anak IPA
Pin perak menunjukan anak IPS
Pin perunggu menunjukan anak Sastra

Dan jumlah pin yang disematkan menunjukan kelas.

Belom lagi kancing emas di lengan dan perut membuatnya semakin menampilkan kemewahan.
Roknya ada 3 pilihan,
Mau panjang, selutut, atau pendek.
Pilihan kaos kaki juga. Mau stocking, kaos kaki panjang, selutut, atau pendek pun ada. Yang penting hitam.

Apa sudah kusebut boleh tidak memakai kaus kaki?

Sepatunya bebas mau apa, salah satu peraturan yang digemari.

Oiya, sekolah ini peraturannya cukup kendor lho.

Boleh pacaran, rambut dicat atau dipotong seperti apapun, sepatu bebas, boleh gapake blazer, boleh tindik dimanapun. Yang penting dasi selalu ada karena dasi itulah identitasmu.

Mamaku adalah orang yang kerjanya selalu berpindah. Ia....

Ah aku tidak mau membahasnya

Pokoknya dia jarang ada dirumah, dia selalu pergi bekerja.

Ia adalah orang yang suka hidup mewah. Meskipun begitu...kita sebenarnya tidak sekaya itu.

Entah bagaimana caranya ia mendaftarkanku di sekolah ini. Dari sekian banyak aku pindah, baru kali ini ia mendaftarkanku di sekolah internasional.

Hari pertama aku melangkahkan kaki disekolah ini, hendak mendaftar.

Tentu saja aku berpikir sekolah ini menakjubkan

Bangunannya berada di tanah yang sangat luas. Gedungnya yang terbuat dari batu bata dan bergaya eropa ini dibentuk hexagonal, melingkari 1 fountain ditengahnya.

Fasilitasnya lengkap seperti sekolah luar negeri. Gymnasium, lapangan tenis, basket, bola. Bahkan ada cafeteria indoor, outdoor, dan yang berada di rumah kaca.

Katanya ini belum semua yang kulihat. Masih banyak lagi, ini baru separuhnya.

Aku diantar ke ruang kepala sekolah. Untung waktu itu sedang jam pelajaran jadi tidak ada murid yang melihatku.

Pintu besar coklat itu dibuka, seorang kepala sekolah berdiri menyambut kami.

Rambut gondrongnya yang sudah berwarna abu-abu ditata kebelakang. Walaupun tua aku bisa tau dulu dia ganteng, terlihat dari mata yang dalam, wajah yang tirus, dan hidung yang mancung. Badannya juga terlihat gagah dan kuat.

"Selamat datang, saya Mr. Stan, kepala sekolah Rising Smartness", katanya membuka tangan, menyambut kami. Ia tersenyum,

Dari sini aku tau dia karismatik. Bahkan brewoknya tidak terlihat aneh, malah menarik. Ditambah kacamata itu menambah kesan pemimpinnya.

Matanya langsung tertuju kepadaku. Dan...setelah itu ia berkata,

"Mam, apa anda yakin dia bisa masuk ke sekolah ini?", tanya pria itu dengan tatapan yang serius.

Ibu langsung tertawa dengan gaya yang sok kelas atas, kemudian menjawab, "Tenang, pak. Anak saya ini pintar, bai-"

"Bukan masalah baik atau pintar. Anda perlu tau sekolah ini tidak begitu menggubris hal itu", potong Mr. Stan dengan cepat, kemudian kembali melirik padaku.

"Apa kamu tidak lihat rupa anakmu?"

Iya...
Aku cacat
Bukan secara mental
Tapi secara fisik

Aku seorang albino. Semua bagian tubuhku tidak memiliki warna, hanya putih. Bulu mata, rambut, bahkan irisku tidak berwarna.

Akupun bukan albino secantik Nastya Zhidkova. Dia memang albino tapi fisiknya sangat proporsional. Kakinya panjang, wajahnya tertata rapih, dan badannya bagaikan model

Sedangkan aku...
Badanku sangat kurus, hidungku mancung tapi besar, belom lagi gigi juga suka maju setiap membuka mulut. Ditambah aku albino, mataku agak juling.

Aku tau itu
Jauh dari kata cantik

"Sekolah ini tidak mengedepankan nilai akademis dan sikap. Kami mempersiapkan mental murid. Maka itu sesuai peraturan baru sekolah ini memperbolehkan pembullian", lanjut Mr. Stan dengan suara seratnya. Ia kemudian mendorong kacamata kembali ke hidungnya, "Dan bunuh diri bukan tanggung jawab sekolah"

Kupikir ibu akan menghentikannya, memindahkanku ke sekolah baru, tapi dia malah menerimanya.

Apa dia tidak tau tekanan ini?
Bahwa aku bisa mencabut nyawa sendiri
Mengapa menerimanya

Gengsi kah?

Maka itu bukannya senang, aku takut melangkah ke sekolah ini. Memang indah, tapi penuh duri yang tajam

"Selain itu kita memulai program baru disini. Program itu yang akan mengawasi murid", sambung Mr. Stan lagi.

Ia kemudian mengajak kami keluar ruangan kepsek. Dengan langkah yang tegap dan gagah, ia mengantar kami ke gedung bagian barat.

Setelah itu, ia membuka pintu warna-warni.

Dan apa yang ada dibalik pintu itu mengejutkanku.

Diatas meja putih, ada boneka matryoshka.

Boneka yang biasa berbentuk seperti pir, dan bisa dibuka berkali-kali dengan isi boneka yang sama namun lebih kecil. Bisa sampai lebih dari 10 lapis.

Kalau biasanya dilukis seperti gadis petani eropa, boneka matryoshka ini digambar memiliki rambut pirang, mata biru yang bulat, kulit putih, dan seolah memakai seragam sekolah merah Rising Smartness.

"Ini program terbaru kami...Matryoshka", ucap Mr. Stan berdiri disebelah boneka itu sembari mengajukan satu tangan, seolah memperkenalkannya.

Tiba-tiba boneka itu bergerak dan berbunyi, "Salam kenal! Aku Matryoshka! Program AI yang akan mengawasimu. Aku memang robot tapi jangan ragu-ragu curhat kalau ada masalah ya"

Astaga aku sangat terkejut mendengar suara melengking itu. Awalnya kupikir ini boneka biasa.

Tapi rupanya ini robot.
Dan wajahnya terbuat dari LED yang akan memainkan ekspresi boneka

Luar biasa,
Kupikir hanya sekolah Sky International yang punya teknologi canggih.

Rupanya Rising pun tidak kalah keren.

Boneka itu seolah melirik padaku, ia tersenyum. Tapi senyuman yang terbuat dari garis merah itu mengerikan.

"Aku akan melatihmu disini"

Tanpa ragu-ragu lagi, ibu mengisi seluruh formulir. Bahkan membayar semuanya di tempat. Tidak lupa ia terus tersenyum.

Apa dia ga kasian?
Aku bisa jadi korban sekolah ini lho

Aku sudah dengar rumornya.
Setiap tahun pasti ada saja murid yang bunuh diri karena tidak mampu pada tekanan.

Pembulian, diskriminasi, rasisme, semua diterima disini dan sekolah menutup mata.

Tapi tentu saja ada humanis di sekolah. Mereka akan membuat organisasi yang menyelamatkan pembulian, menghentikan diskriminasi, juga perlakuan tidak baik.

Daripada sekolah rasanya ini seperti simulasi sosial kecil.

Simulasi kehidupan nyata diantara lebih dari 3000 orang.
Siapa yang berada di atas
Dan siapa yang akan ditindas

MATRYOSHKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang