"Bermain-main terhadap hal yang sakral hanya akan mengundang petaka."
❍⊷⊷❍
Suasana malam terasa mencekam, membuat kakak-beradik yang baru saja kembali dari supermarket berhenti di pinggir jalan TPU Polsewu.
"Dek, kok berani ya malem-malem gini ngadain prosesi pemakaman. Kenapa gak besok aja?" Pertanyaan frontal cowok itu membuat sang adik mendongakkan kepala.
"Hush! Mungkin keadaannya darurat. Ngintip bentar boleh kali, Bang," pinta sang adik sambil menaik-turunkan alisnya.
"Lo kenal sama yang dimakamin?" tanya cowok itu lagi.
"Kagak. Makanya ngintip biar tau ish! Ayolah!" desak sang adik yang mulai turun dari motor.
Sang kakak pun menghela napas melihat kelakuan adiknya. "Iya dah." Cowok tersebut memarkirkan motornya dan menyusul sang adik yang sudah masuk ke area TPU.
"Permisi," sapa Vea pada seorang gadis yang berdiri sambil menangis di sana.
"A-ah iya, apakah kamu temannya?" tanya gadis itu. Vea menggeleng pelan.
"Aku gak tau siapa yang ada di sana. Tapi, aku turut berdukacita," jawab Vea pelan. Mata gadis itu menatap gundukan tanah basah di depannya. Namun sayang, batu nisan itu terhalang oleh beberapa orang.
Vea kembali fokus pada gadis di depannya. Wajahnya berantakan tapi, masih terlihat cantik. Karena gelap, Vea tak bisa melihat wajah itu secara mendetail.
"Dia kekasihku," lirih gadis itu dengan mata yang kembali berkaca-kaca. Vea yang seakan merasakan kesedihan itu pun segera membawa gadis itu ke dalam pelukannya.
"Yang tabah ya, Kak," ujar Vea sembari menepuk-nepuk punggung gadis itu pelan.
"Terimakasih." Gadis itu melepaskan pelukan Vea lalu menghapus air matanya.
"Dek, pulang yok. Udah malem," ucap sang kakak yang tiba-tiba datang dari belakang. Kedua gadis itu menoleh.
Vea yang melihat sang kakak tampak ketakutan pun tertawa pelan. "Dasar penakut lo, Bang!" ledek Vea.
"Kakak, aku pulang duluan ya, kasian nih si penakut nungguin hehe," ucap Vea pada gadis itu. Gadis itu pun mengiyakan.
Vea dan sang kakak pun kembali melanjutkan perjalanan. Sesampainya di rumah, keduanya berkumpul di ruang keluarga sembari menikmati cemilan yang mereka beli di supermarket tadi.
"Bang, gue nyalain TV ya," ucap Vea yang dibalas deheman oleh sang kakak.Vea memang begitu, apa pun yang akan dia lakukan pasti meminta persetujuan kakaknya.
"Sebuah kecelakaan maut baru saja terjadi di Jl. Raya Purwodadi-Blora di km.7,3. Satu korban pengendara sepeda motor meninggal di tempat dan pihak keluarga meminta agar korban dimakamkan malam ini juga di TPU Polsewu. Korban berinisial D meninggal dengan kondisi tubuh yang hancur dan mengenaskan."
Vea dan sang Kakak yang sedang asyik makan dan minum pun tersedak. Keduanya saling berpandangan.
"Bang Virga?"
"Dek?" ucap keduanya yang hampir bersamaan.
"Ngeri sama anggota badannya, hilang nafsu makan gue." Vea bergidik ketika melihat video yang ditayangkan sebelum sang mayat di kuburkan. Kondisi badannya sudah hancur, terutama bagian wajah. Serta organ-organ bagian dalam tubuhnya keluar. Membuat Vea menyimpan makanannya kembali ke atas meja.
"Gue takut nih. Lo, sih! Ngapain juga mampir ke TPU, ntar setannya datang gimana?" protes Virga.
"Ye! Lo mah penakut. Zaman gini masih percaya gituan," cibir Vea meremehkan kakaknya.
"Astaghfirullah! Woy! Itu emak-emak pernah gue lihat woy!" teriak Virga heboh sambil menunjuk-nunjuk layar TV LED 55 inch di hadapannya.
"Apasih? Kenapa emang sama si emak-emak?" tanya Vea yang bingung dengan kelakuan kakaknya.
"Itu emak-emak pernah gue lihat jemput anaknya kali ya di kampus? Jangan bilang, itu yang mati temen kampus gue?" seru Virga.
"Mati-mati! Meninggal! Lo kira hewan apa?" sahut Vea mengoreksi ucapan Virga. Virga terkekeh seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Tapi kalo dia temen sekampus gue, namanya siapa ya? Ngeri juga cuy kalo tiba-tiba arwahnya gentayangan di kampus, gimana?" tanya Virga kebingungan sendiri.
"Bualan lo terlalu jauh Bang. Astaga, lo tuh kebanyakan nonton film horor," ucap Vea acuh. Ia kembali fokus pada televisi yang masih menayangkan kematian lelaki itu.
"Boro-boro nonton film horor. Drama komedi aja gue takut," gumam Virga asal.
Vea meringis merasakan tubuhnya ngilu mendengar tangis pilu orang-orang di sana.
"Sepertinya dia orang baik. Sampai-sampai banyak sekali orang yang menangisinya."
❍⊷TO BE CONTINUED⊷❍
Halo! Ini adalah cerita kolaborasi
aku dan WonderHalu_Pembimbing : Mutia_aya
Dukung kami dengan cara vote & beri komentar sebanyak-banyaknya!
Kami akan berusaha untuk update secepatnya.
See u next chapter guys!
Salam sayang
Lina × Anin
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Kalung 6.16 [TAMAT]
Horror[ PROSES REVISI ] Kita hidup berdampingan dengan dunia yang tak terlihat, di mana dunia yang kita lihat tak sesimpel yang ada dipikiran orang-orang milineal seperti kita. Keindahan duniawi yang diselubungi akan hawa nafsu membuat kita buta dan tuli...