Aku tak peduli seperti apa pemberiannya, selama itu dari dirinya aku pasti suka.
❍⊷⊷❍
Ini sudah lewat berbulan-bulan semenjak kasus kematian Sivia yang mengerikan itu. Vea dan Virga sudah berbaikan. Namun, bayang-bayang akan hari itu, hari dimana kematian Sivia terjadi terus menghantui.
"Dek," panggil Virga ketika melihat Vea melamun di meja makan.
Vea tersadar dari lamunannya dan kembali melanjutkan aktifitas menyiapkan sarapan tanpa membalas panggilan Virga.
Virga menarik salah satu kursi dan mendudukinya, begitu pun dengan Vea.
"Bang, di ulang tahun gue, papa sama mama bakal balik gak, ya?" tanya Vea pelan. Virga mendongak, menatap Vea dengan terkejut.
Kok bisa gue lupa kalo Vea ultah? Mana gue lagi gak ada duit pula.
"Telpon aja suruh pulang," ucap Virga singkat. Cowok itu segera memakan sarapannya dengan lahap.
Vea menatap Virga sendu. Perlakuan Virga padanya masih sangat membekas di ingatan Vea. Yang sekarang Vea butuhkan hanyalah bersandar pada kedua orangtuanya. Namun mereka, juga tak bersamanya sekarang. Vea menghela napas.
"Dek, gue duluan ya. Ambil aja uang di kamar gue," ucap Virga sembari menyambar jaket di sebelahnya. Vea ingin protes tapi Virga sudah lebih dulu keluar rumah.
Vea segera melahap sarapannya lalu mengambil uang di kamar Virga. Vea dengan segera berlari agar tidak ketinggalan kendaraan umum.
Di sisi lain, Virga sudah lebih dulu sampai di kampus. Virga berniat mencari Fatan sekarang. Cowok itu baru sadar bahwa akhir-akhir ini hubungannya dengan Fatan sedang tidak baik-baik saja, entah apa alasannya Virga tidak tau itu.
"Fatan!" panggil Virga saat melihat Fatan sedang berdiri ambang pintu perpustakaan.
"Ngapain lo manggil-manggil gue?" tanya Fatan sewot. Virga tertawa kecil.
"Tumben lo sewot begini sama gue? Lagi gak mood ya lo?" tanya Virga sambil menepuk pundak Virga.
"Iya, gak mood gara-gara ada lo di sini," balas Fatan sambil memutar bola matanya kesal.
"Lo kenapa dah akhir-akhir ini jauhin gue?" tanya Virga heran. Fatan menatap Virga sengit lalu menoyor kepala Virga.
"Harusnya gue yang tanya ke lo. Lo gimana ceritanya bisa pacaran sama Sivia? Si Vea lo katain sampe lo suruh gue bawa dia, pake nonjok gue segala pula," ungkap Fatan kesal.
"Kapan? Lo, kan tau gue sayang banget sama dia. Mana mungkin gue tega ngasih Vea ke lo," ucap Virga. Ia berusaha mengingat kejadian yang Fatan sebutkan, tapi tak ada satupun yang muncul di ingatannya.
"Jangan pura-pura amnesia lo anjir!" sembur Fatan kesal. Fatan terdiam sesaat dan memperhatikan Virga lekat. Cowok itu juga mengendus jaket Virga membuat Virga bergidik ngeri.
Virga mendorong Fatan pelan. "Apa-apaan?! Ngapain lo?!" tanya Virga was-was. Fatan tak peduli dengan pertanyaan Virga dan kembali mengendus.
"Kok ... nggak ada ...," gumam Fatan. Cowok itu menjauhkan badannya dari Virga. Matanya mengerjap berkali-kali pertanda bahwa ia sedang kebingungan.
"Apaan yang kagak ada?" tanya Virga heran. Virga memandang jaket yang masih melekat di tubuhnya. Ada yang salah sama jaket gue?
"Lo kemaren-kemaren pake parfum wangi banget anjay. Kok parfum lo sekara—"
"Gue lebih suka parfum ini daripada yang kemaren," jawab Virga santai. Fatan menatap Virga intens.
"Terus kenapa dulu lo sempet ganti parfum?" selidik Fatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Kalung 6.16 [TAMAT]
Horror[ PROSES REVISI ] Kita hidup berdampingan dengan dunia yang tak terlihat, di mana dunia yang kita lihat tak sesimpel yang ada dipikiran orang-orang milineal seperti kita. Keindahan duniawi yang diselubungi akan hawa nafsu membuat kita buta dan tuli...