15 ⩩ Vivid Dream?

287 31 3
                                    

Jangan abaikan pertanda kecil. Cari tahu, dan selesaikan sebelum semua menjadi terlambat.

❍⊷⊷❍


Hari sudah semakin larut. Virga merasa kalut. Takut sesuatu terjadi pada adiknya. Merasa putus asa karena ia sendiri tidak bisa mendobrak pintu kamar sang adik, Virga akhirnya menelepon Fatan.

12 menit Virga menunggu sembari terus berusaha mendobrak pintu itu, akhirnya pintu rumahnya diketuk.

Virga dengan segera berlari menuju pintu dan membukanya. Ia menarik tangan seseorang dibalik pintu tanpa melihat siapa orang itu. Setelah sampai di depan kamar Vea, Virga terus mengoceh.

"Dobrak pintunya, Tan! Please! Vea dari tadi siang belum makan, lo juga sayang sama di—"

Tenggorokan Virga seperti tercekat melihat yang berada di sampingnya bukanlah Fatan melainkan seorang Nenek dengan jarik dan sanggul yang dihiasi melati.

"K-kok? I-ini?" Virga kebingungan. Sang Nenek tersenyum lebar.

"Nenek bisa bantu bukain pintunya kok, Nak," ujar sang Nenek. Virga masih setia pada rasa terkejutnya pun hanya diam.

Sang Nenek mulai memegang kenop pintu, saat itu pula kesadaran Virga kembali.

Yakali, kamar adik gue dimasukin sama nenek-nenek yang gak gue kenal. Kan bahaya, pikir Virga dalam hati.

"E-eh, gak perlu, Nek!" ucap Virga dengan cengiran khasnya. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal berusaha mencari alasan yang tidak menyakiti wanita tua tak di hadapannya ini.

"Gak apa-apa, Nak. Nenek kelihatan tua tapi masih kuat loh," ujar sang Nenek tersenyum tipis.

Virga membalas dengan senyum canggung. Ia berusaha keras menahan tangan sang nenek agar tidak membuka pintu kamar Vea dan saat itu pula sebuah teriakan menggelegar di rumah Virga.

"MANA ADEK GUE MANA?!" teriak Fatan sambil berlari menuju depan kamar Vea yang membuat Virga dan sang Nenek menoleh.

"L-loh?" Fatan terkejut melihat seorang Nenek di rumah Vea. Selama bersahabat dengan Virga, ia belum pernah melihat wajah sang nenek yang satu ini.

"Nenek lo, Vir? Wah! Parah! Bisa-bisanya lo gak ngenalin gue sama Nenek lo!" pekik Fatan. Ia membungkuk dan menyalimi sang Nenek yang hanya dibalas dengan senyum tipis.

"Nenek duduk dulu, ya, jangan kebanyakan berdiri, gak baik," titah Virga sok ramah sambil menuntun sang Nenek duduk di ruang tamu.

Setelah sang nenek duduk, Virga kembali ke depan kamar Vea. Sang Nenek menatap penuh benci pada Virga. "Sial! Kamu beruntung kali ini, gadis manis. Tapi mungkin, tidak untuk lain kali," gumam sang Nenek lalu ia keluar dari rumah Virga.

Sebelum ia benar-benar pergi, ia melirik jendela kamar Vea dengan seringai mengerikannya.

"Sejak kapan lo punya nenek pake sanggul melati?" tanya Fatan saat Virga berada di sampingnya.

"Itu bukan Nenek gue bego!" balas Virga kesal karena sahabatnya yang tidak ada akhlak ini sembarangan bicara. Fatan melirik sinis.

"Parah! Habis jadi Abang durhaka, lo juga mau jadi cucu durhaka?! Otak lo ilang, Vir?" tanya Fatan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Virga menoyor kepala Fatan. "Tadi dia ngetuk pintu rumah gue. Gue kira itu lo, ya asal gue tarik aja ke sini. Taunya malah nenek-nenek," ungkap Virga.

Fatan melotot. Virga memasang wajah tanpa dosanya itu yang semakin membuat Fatan kesal.

"Goblok! Tangan gue disamain sama nenek-nenek anj—"

Misteri Kalung 6.16 [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang