Sepertinya permainan akan segera dimulai, dan segala kemungkinan akan terjadi di sini, karena berurusan dengan makhluk ghaib sama saja mengantarkan maut dengan suka rela.
❍⊷⊷❍
"Suara itu berasal dari mana, sih?" Monolog Vea setengah berlari sambil celingak-celinguk menelisik sudut-sudut gua hanya dengan mengandalkan senter ponselnya.
"Gue harus nemuin mereka, gue harus bisa, hiks!" Tangisnya pecah ketika rasa panik itu semakin menjadi. Namun, meskipun begitu ia harus sesegera mungkin menemukan keberadaan para sahabatnya.
Ia terus menajamkan pendengarannya berharap suara teriakan itu terdengar kembali agar ia lebih mudah untuk menemukan titik keberadaan mereka.
Vea terus berjalan tak tentu arah, hingga ia menemukan dua jalur di dasar gua tersebut. Vea bingung harus memasuki jalur yang mana. Antara kiri dan kanan itulah pilihannya. Vea semakin frustasi karena tidak menemukan petunjuk apapun. Ia mondar-mandir di sekitaran gua.
Suasana di sana cukup mencekam, tidak ada suara sedikit pun yang terdengar, hanya kegelapan saja yang menjadi saksi bisu ketakutan Vea saat ini.
Kretek!
Vea sontak menghentikan langkahnya ketika tanpa sengaja kakinya menginjak sesuatu. Dengan sisa keberaniannya, ia mengarahkan senter ponselnya ke bawah kakinya. Setelah melihat keadaan di bawah sana ia menghela napas lega.
"Ternyata cuma ranting kayu," gumamnya sambil mengelus dadanya yang sudah berdetak tidak karuan.
Tidak lama kemudian, indera penciuman Vea menangkap sesuatu bau yang aneh. Bau itu seperti bau anyir darah. Seketika Vea menjadi mual kala bau itu semakin menyeruak ke dalam hidungnya.
"Bau apa ini?!" gumam Vea sambil menutup hidungnya merasa tidak tahan dengan bau itu.
Rasa penasarannya semakin kuat, ia langsung mencari asal dari bau itu hingga tanpa ia sadari bahwa dirinya sudah masuk ke dalam jalur goa sebelah kiri.
Sudah lama Vea berjalan memasuki area gua sebelah kiri tersebut, namun ia tidak kunjung menemukan batas dari gua tersebut. Padahal ia sudah berjalan sejauh ini.
"Arghh!" erang Vea ketika merasakan tusukan ditelapak kakinya. Ia meringis saat melihat keadaan kakinya yang sudah mengeluarkan banyak darah.
Ternyata penyebab luka dikakinya adalah sebuah ranjau paku yang tertancap di sana. Vea mengeluarkan air matanya dengan sangat deras. Ia berusaha sekuat tenaga melepaskan kakinya dari perangkap itu.
"Arghh, lo harus kuat Ve! Lo pasti bisa!" Monolog Vea mencoba menguatkan fisik dan psikisnya agar bisa terbebas dari ranjau paku ini.
"ARGHHHH!" pekik Vea dengan lantang, karena merasa sangat kesakitan Vea tidak bisa mengontrol teriakan akibat rasa sakit yang luar biasa itu.
Akhirnya gadis itu berhasil ketika satu tarikan kuat ia lakukan hingga kakinya terlepas dari ranjau paku tersebut. Tubuhnya terhempas ke tepi hingga punggungnya membentur dinding goa yang dingin dan lembab itu.
Vea meringis tertahan ketika melihat telapak kakinya sudah penuh dengan darah. Bahkan ada beberapa paku yang masih tertancap ditelapak kaki kanannya itu. Ia segera mematikan senter ponselnya, hal itu ia lakukan agar tidak melihat keadaan telapak kakinya saat ia mencabut paku tersebut.
Gadis itu mulai meraba salah satu paku kemudian menariknya dengan sangat kuat dan cepat. "Awssh, hiks! Hiks!"
Tangisan dan ringisannya semakin menjadi, hingga paku terakhir berhasil ia cabut dari telapak kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Kalung 6.16 [TAMAT]
Horror[ PROSES REVISI ] Kita hidup berdampingan dengan dunia yang tak terlihat, di mana dunia yang kita lihat tak sesimpel yang ada dipikiran orang-orang milineal seperti kita. Keindahan duniawi yang diselubungi akan hawa nafsu membuat kita buta dan tuli...