17 ⩩ Penunggu Sekolah

286 35 9
                                    

"Jangan pernah takabur,karena suatu saat sifat takabur itu akan menyongsongmu pada penderitaan."

❍⊷⊷❍

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak setengah jam yang lalu. Tapi, Vea masih belum beranjak dari tempat duduknya.

"Ve, ayo kita pulang!" ajak Reza dan Gavin, namun Vea masih tidak bergeming. Sudah setengah jam kedua pria ini menemaninya di kelas yang sudah sepi.

Vea menggeleng. "Kalian pulang aja, gue males."

"Gue tau Ve, lo murung begini pasti karena Aster sama Fara, kan?" tanya Gavin. Ia tadi melihat wajah Vea berubah ketika Fara dan Aster mengabaikannya.

Vea hanya diam ia tidak tahu harus merespon seperti apa.

"Kalo itu masalahnya, lo nggak usah khawatir Ve, nanti kita bisa bicarakan baik-baik," ucap Reza mencoba menenangkan Vea.

"Nggak Za, gue memang gak pantas buat jadi sahabat kalian, gue udah jahat sama Aster dan Fara, juga udah meragukan persahabatan kita," ucap Vea dengan tatapan sendu.

"Nggak begitu kok Ve, lo itu orang yang baik, kita tau lo bilang semua itu karena dalam keadaan emosi," timpal Gavin.

"Udah deh, kalian jangan coba buat hibur gue, sekarang kalian pergi aja sana! Gue nggak butuh kalian!" teriak Vea sangat keras.

"Tapi Ve ...."

"Pergi nggak?!" ancam Vea.

Reza dan Gavin saling tatap kemudian mengangguk.

"Oke kita bakalan pergi, tapi lo harus segera pulang," ucap Reza tidak direspon oleh Vea. Kedua pria itu pun langsung meninggalkan Vea sendirian.

"Hiks, hiks, gak ada seorang pun yang sayang sama gue," tangisnya.

"Papa, mama, semuanya gak ada yang perduliin gue," tangis Vea lagi.

Seketika angin bertiup sangat kencang, cuaca yang semula cerah kemudian menjadi mendung seperti akan turun hujan. Lampu di kelas menjadi berkedip-kedip, serta derit kursi dan meja berbunyi nyaring saling bersahut-sahutan.

"Kenapa ini?" tanya Vea kepada dirinya sendiri.

Kursi-kursi tersebut terhempas ke sana kemari. Vea menjadi ketakutan dan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas. Hingga tepat di meja guru terlihatlah sosok makhluk yang menyeramkan berwujud wanita. Rambutnya panjang menutupi seluruh wajahnya. Vea melorot ke lantai kelas yang dingin. Meskipun belakangan ini ia sudah sering menjumpai makhluk astral, tapi tetap saja ia masih takut.

Hihihi ... hihihih ....

Suara gelak tawa kian menggema di seluruh ruangan. Vea pun bergidik ngeri. Dengan sisa kekuatannya, Vea mencoba berdiri dan berlari dari kelas yang sudah gelap itu.

Blam!

Sedikit lagi Vea berhasil menjamah handle pintu, namun, tiba-tiba pintu tersebut terhempas kuat dan terkunci.

"Arggh, tidak! Buka pintunya! Hiks ... hiks ...," jerit Vea sambil menggedor-gedor pintu.

"Mengapa terburu-buru gadis manis, aku masih ingin bermain denganmu sebentar," ucap makhluk itu yang entah sejak kapan sudah nangkring di sebelah Vea.

Gadis itupun berjengkit kaget, ia mundur dengan membelakangi pintu yang sudah terkunci rapat itu.

"Lo si ... siapa? Ja ... jangan ganggu gue," ucap Vea gemetar.

Makhluk itu hanya tertawa renyah, ia menyentuh wajah Vea menggunakan tangan dinginnya. Akibat kuku panjangnya darah segar seketika mengalir dari pipi Vea.

Misteri Kalung 6.16 [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang