O4 ⩩ AWAL DARI PETAKA

519 61 17
                                    

"Jangan berani bermain-main dengan api, jika kau tidak ingin terbakar."

❍⊷⊷❍


One week later ....

Seminggu telah berlalu, tapi fakta meninggalnya David masih belum sepenuhnya bisa diterima oleh Virga. Pria itu lebih banyak murung karena ia masih merasa bersalah dengan sahabatnya, rasa bersalah itu muncul karena ia merasa menjadi sahabat yang buruk. Tidak pernah terbayangkan olehnya, David akan pergi dengan begitu menyedihkan.

Vea pun demikian, ia merasa iba pada abangnya. Gadis itu juga merasa shock saat mengetahui bahwa pria yang meninggal itu David sahabat baik kakaknya, meskipun ia baru bertemu dengan pria itu satu kali tapi apa salahnya dirinya ikut berkabung, mewakili perasaan kakaknya.

"Bang, lo masih sedih?" tanya Vea sambil mengusap punggung kakaknya yang tengah melamun di ruang keluarga, sambil menatap foto David, Fatan dan dirinya. Di foto itu mereka terlihat bahagia sekali, tanpa terlihat ada beban sedikitpun.

"Gue memang sahabat yang buruk Dek, gue yang terakhir tau kalau dia udah meninggal," ucap Virga frustasi.

"Lo nggak salah Bang, lagian kejadiannya udah seminggu yang lalu, dan seperti kata kak Fatan sama Fara, meninggalnya kak David itu sengaja dirahasiakan," omel Vea mencoba memberi pengertian kepada kakaknya.

"Tapi kenapa dirahasiakan dari gue? Apa mereka nggak anggap gue sebagai sahabat David?" Tatapan tajamnya langsung menyoroti Vea. Namun, gadis itu hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah abangnya. Sudah cukup dia bersabar selama seminggu ini melihat penyesalan tak berguna Virga.

Pletak!

Toyoran keras sudah melesat mulus di kepala sang kakak, pelakunya adalah Vea. Tatapan Virga semakin tajam, ia melirik Vea yang duduk di sampingnya dengan tajam. Gadis itu hanya nyengir saja tanpa merasa bersalah sedikitpun.

"Lo kenapa jitak gue? Lo kejam banget udah tau gue lagi sedih, bukannya di hibur malah dijitak begini. Adek durhaka lo!" sinis Virga sambil mengusap-usap kepalanya.

"Sedih? Bodo amat, gue udah jengah liat Lo gini Bang. Nyalahin diri kayak difilm sinetron, dasar drama king." Vea membentak kakaknya, kemudian berlalu ke dapur mengambil minuman dingin.

"Ya, suka-suka gue, lah!" elak Virga, sebenarnya apa yang dikatakan Vea tidak sepenuhnya salah. Tapi seorang Virga terlalu gengsi mengakui semua itu.

"Lo ingat nggak Bang, pas malam kak David dimakamin, kita juga di sana 'kan? Tapi kita nggak tau itu kak David yang dimakamin," ucap Vea memberikan sekaleng minuman dingin ke Virga. Pria itu menerimanya dengan sigap, lalu meminumnya.

"Lo bener, tapi tetap aja gue bodoh, kenapa gue nggak liat sendiri siapa yang dimakam kan malam itu," rutuk Virga lagi.

"Udah deh Bang, gue yakin kak David pasti ngerti posisi lo."

"Kalo masih mau drama-dramaan mending abang tidur! Ini udah malem," sambung Vea lagi, kemudian berlalu dari hadapan Virga. Pria itu hanya manggut-manggut, lalu tersenyum penuh arti.

"Adek laknat, tungguin abang!" teriak Virga berlari kearah Vea, sang adik dengan beribu kata pedasnya namun bermakna besar bagi seorang Virga. Sifat dewasanya memang tidak bisa diragukan lagi.

Di sisi lain Sivia susah uring-uringan di kamarnya. Merutuki kegagalannya selama seminggu ini mendekati Virga.

"Gue gak bisa gini terus, gue harus dapetin dia, tapi bagaimana caranya?" emosi Sivia meledak-ledak, hingga semua barang-barang di dalam kamarnya sudah berceceran di lantai.

Misteri Kalung 6.16 [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang