25 ⩩ Pilihan Berat

200 25 2
                                    

Tanpa kau katakan pun aku bisa melihat semuanya dari matamu. Namun, niat burukku di awal membuatku terjebak dalam dua pilihan berat.

❍⊷⊷❍

Sepulang dari danau, Vea masih ingin menghabiskan waktu bersama sahabatnya di rumah Fara. Mereka membicarakan banyak hal yang tentunya mengundang canda tawa mereka.

"Rez, gue ambilin itu dong," pinta Vea sambil menunjuk sebuah snack yang berada tepat di depan Reza.

Reza segera mengambilnya tapi tak langsung diberikan kepada Vea. "Ambil aja kalo bisa," ucap Reza. Reza memindahkan posisi tangannya setiap kali Vea berusaha meraihnya.

Reza tertawa diikuti dengan tawa keempat sahabatnya yang membuat Vea kesal. Melihat perubahan ekspresi Vea, Reza segera memberikan sebungkus camilan itu kepada Vea yang langsung disambut dengan senyum lebar. "Thanks."

Ketika Vea sedang asyik memakan camilannya sembari melihat sekeliling, matanya tanpa sengaja bertabrakan dengan mata Arsyad yang berada lumayan jauh di depannya.

"Arsyad," lirih Vea. Entah kenapa melihat tatapan Arsyad membuatnya sedikit takut. Vea menggigit bibirnya kecil.

"Guys, gue mau keluar dulu sebentar," ucap Vea sembari meletakkan camilan yang ia bawa.

Belum sempat keempat sahabatnya menjawab, Vea segera berlari keluar dari kamar Fara dan mendekati Arsyad yang masih bersandar pada dinding.

Setelah Vea berada di sebelah Arsyad, ia sedikit mengintip ke kamar Fara, memastikan bahwa tidak ada sahabatnya yang mencurigai dirinya.

"S-Syad," panggil Vea terputus-putus. Apa yang terjadi dengannya? Kenapa ia sekarang begitu gugup?

"Ngapain?" tanya Arsyad dengan wajah datarnya. Vea mengerjapkan matanya berkali-kali.

"Hah?" Arsyad menghela napas. Aku lupa kalau dia bodoh.

"Ngapain kamu ke sini?" tanya Arsyad lagi. Vea melemparkan pandangannya ke sembarang arah lalu menggigit bibirnya kecil. Setelah sekian lama terdiam, Vea akhirnya berani menjawab.

"Iya, ya. Ngapain juga gue ke sini. Yaudah gue balik," ucap Vea yang langsung beranjak pergi.

Arsyad berhasil meraih pergelangan tangan Vea membuat Vea menghentikan langkahnya. "Bisa kita bicara?" Entah apa yang terjadi pada Vea, ia langsung mengangguk begitu saja.

Mereka segera pergi dan duduk di ruang tamu Fara. "Tadi kamu sudah cerita, sekarang aku ingin sedikit bercerita. Apa kamu mau mendengarkan?" tanya Arsyad sambil menatap mata Vea lekat.

Ditatap seperti itu tentu saja membuat Vea gugup. Mau tak mau, Vea mengangguk lagi.

"Kamu tau, aku bukan manusia. Kamu tau, aku bukan hantu terkuat yang bisa menyingkirkan semua hantu." Arsyad terdiam cukup lama membuat Vea semakin penasaran akan maksud dari ucapan Arsyad.

"Vea, jaga dirimu. Dia sudah mendatangimu sejak awal. Jika saat itu Virga dan Fatan tidak mencegah, mungkin sekarang kau sudah berada di alam yang sama sepertiku," sambung Arsyad pelan.

Vea mengernyitkan keningnya. "Maksud lo?"

"Dia—"

Arsyad terdiam. Lidahnya seakan kelu hanya dengan sebuah tatapan yang tanpa sengaja bertubrukan dengannya.

"Dia kenapa?" tanya Vea menyadarkan Arsyad. Arsyad dengan segera menggeleng kuat. Kerutan di dahi Vea semakin bertambah.

Tak ada jawaban dari Arsyad. Ia masih setia bungkam. Situasi hening membuat Vea merasa semakin gugup dan tak nyaman. Vea langsung berusaha membuka suara.

Misteri Kalung 6.16 [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang