18 ⩩ Terbiasa

254 31 3
                                    

Aku memang gila pada awalnya, tetapi kali ini, aku bisa sedikit menyesuaikan diri.

❍⊷⊷❍

Vea menggeliat ketika ia merasakan bau busuk menusuk indera penciumannya. Ia melotot kaget ketika melihat sebuah tangan pucat memegang organ dalam tepat di hadapannya.

Vea menutup hidungnya rapat-rapat dan segera menjauh dari hantu gila itu. Padahal ini sudah berlalu satu Minggu, tapi hantu itu terus saja mengikutinya.

"Apa maksud lo tiba-tiba ngeluarin itu di depan gue?!" pekik Vea sambil menahan rasa mual di perutnya.

Hantu itu kembali memasukkan organ dalamnya dengan santai. Ia melemparkan kode untuk menatap jam weker yang bertengger di nakas Vea. Vea yang paham pun mencoba meliriknya.

"WHAT?!" pekik Vea. Ia melotot pada hantu di hadapannya. "Ini masih jam 5 pagi dan lo udah ganggu tidur gue?!" protes Vea kesal.

Hantu itu malah membalas tatapan Vea dengan tatapan tak kalah tajam. "Mandi!" perintah makhluk itu datar. Vea mengernyit heran.

"Ngapain lo tiba-tiba nyuruh gue mandi? Mager banget, masih dingin, nih!" balas Vea sewot.

Makhluk itu mendekatkan dirinya pada Vea sembari memegang bagian perutnya yang berlubang.

"Ma-mau nga-ngapain l-lo?!" tanya Vea bersiap-siap menutup hidungnya.

"Mandi!" ulang makhluk itu dingin. Namun, lagi-lagi Vea menolak.

"Lo tau dingin kagak?! Lo ngotot banget suruh gue mandi, jangan-jangan lo mau ngintip gue?!" gertak Vea semakin sembarangan.

Hantu itu semakin melotot ketika mendengar ucapan Vea. Vea bergidik ngeri. Hantu itu mendekat ke tempat dimana backpack Vea berada. Ia tampak mencari-cari sesuatu di dalamnya.

Vea yang melihat itupun menyusul sang hantu, berusaha mencegah. "Heh! Gak sopan lo buka-buka tas orang gak pake izin!" sembur Vea.

Emang sejak kapan hantu punya sopan santun? batin Vea. Ia kembali tersadar dan berusaha meraih tasnya tetapi gagal!

Akhirnya, hantu itu mengangkat dua buah buku tulis dari dalam tas Vea dan menjatuhkannya di atas kasur dengan kasar.

"Ngapain lo keluarin, ha?!" protes Vea.

Hantu lelaki itu kembali menatap Vea dingin. "Mandi dan selesaikan tugasmu!" Hantu itu mendekatkan dirinya kepada Vea dan berbisik tepat di telinganya, "atau aku akan membawa kamu ke alamku saat ini juga."

Vea bergidik ngeri. Ia segera berlari masuk ke kamar mandi tanpa berucap apa-apa. Baru beberapa detik ia berada di dalam sana, ia membuka pintu kamar mandinya sedikit dan mengintip.

Sang hantu yang melihat Vea mengintip pun melemparkan tatapan tajamnya lagi. Vea menyengir tak berdosa. Ia membuka pintu kamar mandinya dan menunduk.

"Gue ... kelupaan bawa baju," cicit Vea tanpa menatap hantu itu.

Setelah mengambil pakaiannya, Vea berlari secepat mungkin dan mengunci pintu kamar mandinya rapat-rapat. Sang hantu yang melihat itu hanya bisa diam sambil menahan senyumnya.

Jam terus berlalu. Sekarang, jam menunjukkan pukul 6 pagi. Vea meregangkan otot-ototnya yang lelah karena terlalu banyak menulis.

Setelah semuanya siap, ia pergi ke bawah dan melihat sang kakak yang masih asyik memasak. Sambil menunggu, Vea duduk manis di meja makan.

Akhir-akhir ini, Virga selalu melarangnya untuk menyiapkan makanan. Entah apa tujuannya, Vea tidak mengerti.

Ketika Vea tengah asyik melamun, ia dikagetkan dengan kehadiran hantu itu yang tiba-tiba muncul di hadapannya.

"Anjir! Setan gila! Kalo gue ada penyakit jantung bisa mati sekarang gue!" sembur Vea kesal.

"Bagus dong. Aku lebih mudah membawamu ke alamku," balas sang hantu santai. Vea menggeram kesal.

"Dek, lo ngomong sama siapa?" tanya Virga sambil menatap heran sang adik. Vea gelagapan. Ia ingin menjawab, tapi tatapan tajam hantu di depannya membuat mulutnya terkunci rapat.

Vea berdehem pelan. "Ngomong sama diri sendiri," jawab Vea. Virga mengernyit heran namun kemudian bersikap cuek.

Virga sedang fokus menata hasil masakannya di meja makan. "Tumben jam segini udah rapi?" celetuk Virga.

"Yaelah! Bangun siang salah, bangun pagi salah, susahnya jadi manusia," keluh Vea sambil memicingkan matanya ke arah Virga.

"Dih!" Mereka memakan hidangan pagi dengan suara hening. Vea diam-diam memutar bola matanya jengah ketika tatapan matanya tanpa sengaja bertemu dengan hantu laki-laki yang tak pernah berhenti menatapnya tajam.

Suka banget natap gue kayak gitu. Suka tau rasa lo setan gila!

"Gak mungkin karena kita berbeda alam," jawab sang hantu santai. Vea melotot.

"Sial, gue lupa kalo setan bisa denger apa yang gue omongin sekalipun dalam hati," gumam Vea sinis.

Sesampainya di sekolah, Vea merasa kesal karena sejak ia masuk di gerbang hingga sampai di kelasnya, makhluk astral itu terus menatapnya.

Melihat suasana kelas yang sepi, Vea akhirnya berani membuka suara. "Yaelah! Jangan ngarep gue mau bantu kalian. Gue gak mau ikut campur!" gertak Vea.

Makhluk-makhluk yang berada di sekitarnya pun menunduk sedih dan perlahan-lahan menjauh dari Vea. Senyum lebar terukir di bibir Vea.

"Ya, pergi sana! Jangan pernah balik kalo bisa. Capek gue hidup begini terus," gumam Vea.

"Kamu tega. Cocok jadi teman hidupku di alam sana," ujar hantu laki-laki yang entah sejak kapan berada di sana.

Vea bergidik ngeri. "Teman hidup? Dih! Lo pikir gue sudi?!" cibir Vea.

"Tanganku gatal. Ingin segera membawamu ke alamku," ucap hantu itu dengan wajah datarnya.

Vea menatap hantu itu jengah. "Demen banget lo sama gue, cih!"

"Bukan! Bukan aku, tapi ratuku," balas sang hantu. Vea memutar bola matanya.

Dikira gue ini bukan gadis normal? Kenapa ratunya? Kenapa gak rajanya aja? Siapa tau rajanya cakep.

"Kamu pikir ini novel yang selalu bercerita tentang hantu tampan?" sinis sang hantu. Tatapan tajamnya tak pernah hilang jika sudah menatap Vea.

Yaelah, hantu gila baperan, cibir Vea dalam hati.

Ia sedikit merutuki nasibnya. Biasanya dalam novel bergenre horor, akan ada kerjasama antara seorang gadis dengan laki-laki tampan.

Namun yang dialaminya saat ini sungguh mengerikan. Tak ada yang percaya pada dirinya, selalu diusik oleh makhluk astral dan ia hanya sendirian. Sekarang, ia justru selalu dibuntuti oleh hantu laki-laki dengan bagian perut berlubang?

Parahnya lagi, hantu gila ini suka sekali mengeluarkan organ dalamnya yang busuk itu untuk menggangu Vea. Ah! Vea bisa gila!

"Hanya berani mengataiku dalam hati, huh?" Hantu itu berpindah tepat di hadapan Vea. Tangan pucatnya mengangkat dagu Vea sehingga tatapan tajamnya bisa dilihat oleh Vea.

Vea menepis tangan pucat itu. "Lo kalo natap santai dikit kenapa, sih?! Mau tuh mata copot?!" cerocos Vea kesal.

Tanpa diduga, hantu itu justru sengaja mengeluarkan matanya membuat darah kental nan berlendir itu menetes perlahan.

"AAAA!" Sontak, Vea berteriak, menutup matanya dan menjauh. Hantu itu kembali memasukkan matanya dan tersenyum sinis. "Penakut."

❍⊷TO BE CONTINUED⊷❍

hohoho penakut 🙈

Gimana gengs gimana?

Jangan lupa vommentnya

kolaborasi w//LinaFitriSyafa883

Pembimbing Mutia_aya

Misteri Kalung 6.16 [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang