Aku memang kecewa denganmu, tetapi taukah kamu, aku tidak bisa marah terlalu lama denganmu.
❍⊷⊷❍
Vea bersandar ke kepala ranjang, tangannya terangkat meraba lehernya, lalu beralih menggenggam kalung berbandul kayu yang terpasang manis di lehernya.Tiba-tiba sebuah bayangan kematian Sivia beberapa waktu lalu melintas begitu saja.
"Apa iya gue bakal mati kaya gitu?" Pikir Vea. Setelah beberapa detik terdiam, gadis itu langsung bergidik ngeri.
"Argh! Sial banget hidup gue!" Vea menggeram frustasi. Kalung yang melekat di lehernya ini benar-benar tidak bisa dilepas seolah sudah terikat dengan dirinya.
"Apa gue bisa hidup lebih lama?" pikir Vea lagi. Matanya menatap lurus ke arah tembok. Tangannya semakin kuat menggenggam liontin kayu itu.
Tanpa Vea sadari, genggamannya yang semakin erat pada bandul itu membuat lehernya serasa dicekik.
"ARGH!" Refleks, Vea melepas genggamannya dari kalung itu dan berusaha meraup oksigen sebanyak-banyaknya.
Selalu seperti ini akhirnya, ia akan selalu tercekik dan pingsan saat berusaha melepas kalung yang terpasang manis di lehernya itu.
Arsyad yang sedari tadi memperhatikan Vea pun mendekat. Arsyad hanya bisa berdecih dan mengumpat. "Gadis bodoh."
Setelah pingsan beberapa jam, akhirnya Vea membuka matanya perlahan. Ia meringis melihat wajah tak menyenangkan Arsyad.
"Sudah berapa kali aku bilang, jangan coba-coba melepasnya atau kalung itu akan semakin mencekik mu," omel Arsyad.
Vea berdecih pelan. "Siapa yang mau melepasnya?! Gue cuma gak sengaja genggam kalungnya kuat," elak Vea. Ia membuang pandangannya ke sembarang arah.
Melihat Arsyad yang hanya diam, Vea menjadi kesal. "Habis bikin gue nyaris celaka karena kalung ini, lo nyium gue sembarangan, dan sekarang lo masih punya nyali buat balik di hadapan gue?!" gertak Vea sambil melirik Arsyad sinis.
"Tentu saja aku berani. Kamu hanya gadis bodoh, untuk apa aku takut?" balas Arsyad sambil menaikkan alisnya.
Vea menarik napas panjang. Ia harus sabar menghadapi hantu gila di depannya itu.
"Masih belum nemu cara biar gue bisa bebas dari kalung ini?" tanya Vea lesu.
Vea menuruni ranjang dengan gerakan pelan. Ia berjalan menuju jendela kamarnya sambil memandangi bulan purnama yang bersinar indah di atas sana.
Arsyad menyusul Vea dan berdiri tepat di samping Vea yang masih asyik menatap bulan. "Sampai sekarang, aku belum menemukannya, maaf," lirih Arsyad.
Vea sontak menoleh. Ia mengangguk pelan. "Seperti yang gue duga," gumam Vea. Ia kembali menatap bulan lalu tersenyum miris.
Arsyad tau, ia tak seharusnya mengatakan itu. Ucapannya hanya bisa membuat Vea semakin sedih.
"Tapi aku akan terus berusaha mencari jalan keluarnya. Jadi, jangan khawatir," sambung Arsyad berusaha menghibur Vea.
Vea hanya tertawa kecil. Tawa yang ia gunakan untuk menutupi segala rasa takutnya. Siapa yang tidak akan gelisah ketika tau hidupnya akan segera berakhir karena menjadi tumbal?
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Kalung 6.16 [TAMAT]
Horror[ PROSES REVISI ] Kita hidup berdampingan dengan dunia yang tak terlihat, di mana dunia yang kita lihat tak sesimpel yang ada dipikiran orang-orang milineal seperti kita. Keindahan duniawi yang diselubungi akan hawa nafsu membuat kita buta dan tuli...