12 ⩩ MAKHLUK ASING

344 39 5
                                    

"Lakukan apa pun yang kau mau, sampai aku membisikkan ditelingamu, 'tunggu tanggal mainnya.' "

❍⊷⊷❍

"Mereka jahat banget, hiks ... hiks," tangis Vea yang masih berlari di trotoar. Ia merasa sangat kecewa sekaligus sedih, karena tidak ada yang mempercayai dirinya lagi. Mereka selalu sibuk menganggap Vea sebagai orang gila, bahkan Virga, yang notabenenya abangnya sendiri menganggap dirinya tidak waras.

Langkahnya berhenti tepat pada sebuah taman yang terlihat kotor tidak terawat. Beberapa tanaman hias serta bunga sudah banyak yang layu. Oleh karena itu, tempat di sekitar taman belakang ini sangat sepi. Hanya menyisakan satu buah bangku panjang yang sudah berkarat.

Vea langsung tertegun melihat taman yang terlupakan ini, padahal letaknya dikatakan cukup strategis untuk dijadikan tempat bersantai atau melakukan piknik bersama keluarga. Dengan langkah gontai Vea berjalan memasuki area taman, lalu ia langsung menghampiri bangku lusuh tersebut, dan mendudukinya.

Setelah terduduk di sana, Vea menaikkan dua kakinya ke atas bangku taman, dan menelungkupkan kepalanya diantara kedua kakinya. Vea mulai menumpahkan air matanya, seakan suasana taman ini sama seperti dirinya. Sedih, hampa, dan tidak punya siapa-siapa untuk sandaran.

Sudah hampir setengah jam ia menangis, Vea lalu bangkit dari bangku tersebut dan berjalan-jalan di area taman. Tidak lama kemudian, ia melihat sebuah telaga besar yang sama keadaannya dengan taman tersebut, terlihat sangat kotor dan penuh dengan lumut. Vea mendekati pinggiran telaga yang tenang tersebut dan melihat pantulan dirinya samar-samar dipermukaan air.

Ia seperti melihat dirinya yang berbeda di dalam sana. Sosok menyeramkan dengan tubuh yang gosong melepuh, mulutnya robek hingga ke telinga, dan parahnya sosok itu tidak mempunyai mata. Hak tersebut membuat Vea terkejut sekaligus takut. Ia langsung mundur ke belakang, dan sosok itu terlihat keluar dari dalam air danau mendekati Vea.

"Aaaaa, si ... siapa lo sebenarnya? Kenapa lo ganggu gue terus? PERGI ... PERGI!!!" teriak Vea histeris. Namun, makhluk tersebut memiringkan kepalanya dan terlihat seperti tersenyum devil ke arah Vea. Di tangannya sudah terdapat sebuah pisau berdarah. Vea terus mundur ke belakang untuk menjauhi makhluk tersebut hingga kakinya tersandung akar pohon yang membuat dirinya terjatuh.

Makhluk tanpa kaki itu terus mendekati Vea, dan gadis itu berteriak sembari terduduk di atas tanah dan terus mundur ketika makhluk itu maju ke arahnya.

"Pergi lo setan!! Hiks ... hiks ... Tolong, siapa pun tolongin gue!!" teriak Vea disela tangisannya, keringat dingin sudah mengucur deras diseluruh tubuhnya.

Makhluk itu tetap melangkah dengan tenang, Vea pun semakin mundur hingga tubuhnya terbentur batang pohon yang sangat besar. Karena mendapat jalan buntu, rasa ketakutan Vea semakin mendominasi.

Ia mencoba menyelamatkan diri dari makhluk tersebut, namun nihil, untuk berdiri saja ia sudah tidak mampu. Akhirnya tubuh makhluk tersebut sudah berada tepat dihadapan Vea, wajahnya yang sudah hancur itu terpampang jelas dan mengeluarkan aroma yang sangat busuk sekali.

Makhluk tersebut mengacungkan pisau tersebut diudara, seakan berancang-ancang untuk menghujamkan pisau tersebut pada Vea. Gadis itu kontan saja semakin takut.

"Aaaarghhhh ...," erang Vea, kemudian semuanya menjadi gelap.

"Ve ... lo kemana sih, dek?" monolog Virga yang masih mencari keberadaan adiknya. Ia mencari Vea dengan berjalan kaki karena tidak sempat lagi untuk mengambil mobilnya, dan sekarang ia merasa frustasi karena sudah kehilangan jejak Vea.

"Kalo tau begini, gue nyesel bawa dia ke psikiater," sungut Virga, memang penyesalan selalu datang di akhir, tapi ini ia lakukan hanya demi Vea, hanya saja Vea tidak mau mengerti semua itu, dan malah berujung salah paham seperti ini.

Misteri Kalung 6.16 [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang