O3 ⩩ KENYATAAN PAHIT

577 72 23
                                    

"Ambisi bagaikan meletakkan tangga ke langit.Tidak ada ujungnya namun,manusia serakah mencoba mencapainya dengan cara terlarang dan melanggar kodrat dua alam."

❍⊷⊷❍

Vea sudah siap memulai harinya dengan seragam sekolah yang melekat pas di tubuhnya. Karena hari ini ia harus mengikuti upacara yang selalu dilaksanakan setiap hari Senin pagi membuat Virga, sang kakak memaksanya sarapan sebelum berangkat ke sekolah.

"Ve, ayok sarapan dulu," ajak Virga yang sibuk menyiapkan diklat dan makalahnya. Sebagai seorang mahasiswa hal seperti ini sudah biasa dilakukan oleh Virga.

"Ogah! Gue mau ke sekolah, nanti telat lagi!" tolak Vea kasar. Virga hanya geleng-geleng kepala mendengar respon sang adik.

"Ok, lo nggak usah sarapan dengan syarat uang jajan lo, gue potong!" ancam Virga santai.

Vea yang kesal langsung saja menghempaskan bokongnya di salah satu bangku di depan Virga. Ia menyantap makanan yang dipersiapkan oleh Virga dengan setengah hati.

Virga hanya terkekeh pelan, ia selalu tau bagaimana membuat adik kecilnya bungkam dan menuruti ucapannya.

Virga memutuskan untuk mengendarai mobil karena tidak mood membawa motor, setelah Vea duduk dengan tenang di bangku sebelah kemudi, Virga mengemudikan  Lamborghini Aventador miliknya meninggalkan pelataran rumah.

Sesampainya di gerbang sekolahnya, Vea langsung turun dari mobil disusul oleh Virga di belakangnya. "Belajar yang benar, jangan nakal, jangan—"

"Jangan bolos, jangan melawan sama guru ...," sambung Vea saat Virga selalu mengatakan hal yang sama sejak dulu.

Virga mengusap puncak kepala adiknya lembut seraya terkekeh kecil. "Good girl."

"Apaan sih! Bang, rambut gue berantakan tahu!" sungut Vea memperbaiki posisi rambutnya yang diacak-acak sang kakak.

"Ve, tungguin gue!" teriak seseorang membuat Vea memutar kepalanya ke belakang.

"Apaan sih, lo Ast! Jangan teriak-teriak, ini masih pagi," ucap Vea kesal karena kelakuan sahabatnya yang satu ini.

"Tau tuh." serentak ketiganya.

Mereka berjalan bersama menyusuri koridor sekolah dengan cepat. Karena sebentar lagi  upacara bendera akan segera dimulai.

Di sisi lain Virga tengah berdiri dengan tampang sangarnya menatap tajam ke arah wanita yang sedari tadi selalu mengganggunya. Wanita itu tidak berhenti berceloteh sampai-sampai mengikuti dirinya kemanapun ia pergi.

"Vir, lo mau makan nggak? Gue udah bawain makanan spesial buat lo."

"Vir jangan cuek-cuek dong sama gue."

"Ayolah, jangan diam mulu, lunch bareng, yuk!"

Celotehan Sivia sepanjang koridor kampus yang membuat telinga Virga terasa panas. Apalagi ketika ia merasa ada yang menahan tangannya, membuat dirinya berhenti melangkah.

"Lepasin gue," bentak Virga lalu menghempaskan tangannya dari cekalan gadis itu.

"Tapi—"

"Cukup! Gue minta, mulai detik ini lo jauhin gue! Karena sampai kapanpun gue gak bakalan sudi ngelihat muka lo!" hardik Virga kemudian berlalu dari hadapan gadis itu dengan mata yang mengkilat karena emosi.

Gadis itu hanya menelan salivanya gusar, air mata pun turun deras dari kelopaknya. Ia menangis karena penolakan menyakitkan dari pria itu.

Sumpah seumur hidup, ia tidak pernah merasa sesakit ini hanya karena seorang pria. Sivia juga tidak pernah menerima penolakan. Justru ia yang selalu menolak cinta orang lain mentah-mentah.

Misteri Kalung 6.16 [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang