35 ⩩ TERPENCAR

179 24 0
                                    

Sendiri dalam kegelapan bukanlah akhir dari harapan. Namun, merupakan awal dari sebuah kehancuran.

❍⊷⊷❍

Setelah Virga memarkirkan mobilnya, mereka semua menelusuri hutan dengan berjalan kaki.

Selama perjalanan, Vea terus menggenggam erat lengan Virga. Batinnya tak pernah berhenti merapal doa.

Meskipun suasana malam begitu dingin, tapi keringat perpaduan antara lelah dan takut itu terus menetes.

Vea tiba-tiba menghentikan langkahnya ketika netranya menangkap sebuah gapura. Gapura tua yang pernah hadir dalam mimpinya dulu.

Sontak, Virga dan sahabat-sahabatnya ikut berhenti melangkah. "Ada apa, Ve?" tanya Gavin.

Tak kunjung mendapat jawaban dari Vea, Gavin dan yang lainnya mengikuti arah pandangan Vea.

"Ngapain coba ada gapura ditengah hutan gini?" tanya Aster.

"Kita gak akan tau kalo gak ke sana," timpal Reza yang sudah melangkah lebih dulu.

"Reza! Ngapain?! Kita ke sini buat nolongin Vea bukan kepoin gapura!" teriak Aster. Namun, meski begitu mereka tetap mengikuti Reza.

Tepat di depan gapura, mereka berhenti dan mengamati gapura itu. Baru saja Aster ingin mengomeli Reza tapi tanah yang mereka pijak bergetar.

"E-eh?"

"Apaan ini?"

Mereka semua saling berpegangan dengan pohon terdekat. Setelah tanah kembali normal, mereka tersentak kaget.

"Gapuranya ke mana?" tanya Fara sembari melihat sekeliling.

"Apa kita pindah tempat?" Pikir Gavin.

"Bukan. Kita masih di tempat yang sama, tapi ...." Fara menggantung ucapannya.

Vea semakin mengeratkan genggamannya pada lengan Virga. Virga yang menyadari itu pun mengelus puncak kepala Vea, berusaha memberi ketenangan pada Vea.

"Gue yakin, gua ini pasti ada hubungannya sama gapura tadi," ucap Reza yang mengelilingi sisi gua sesekali mengusapnya.

"Apa jangan-jangan ini tempat ratu itu tinggal?" tanya Virga.

"Ratu mana yang sudi tinggal di tempat beginian, Bang?" sangkal Gavin yang merasa merinding.

"Dia ratu setan, bukan ratu di film Barbie," gerutu Fara.

"Gue pikir ratu hantu juga bisa kayak kebanyakan ratu di film Barbie. Penuh dengan warna pink dan feminim," ucap Gavin sambil menyengir tanpa dosa.

"Ketahuan lo suka nonton Barbie," celetuk Virga. Gavin meneguk ludahnya kasar. Hilang sudah harga dirinya sebagai laki-laki.

"Gue---"

"Ayo masuk!" Ajakan Reza memotong ucapan Gavin sekaligus membuat mereka tersadar dengan tujuan awal.

Vea melangkah di samping Virga meskipun ia sudah tak menggenggam lengan Virga lagi. Vea meremas tangannya sendiri. Gelisah.

"Far," panggil Aster yang mulai merasa takut ketika cahaya pintu gua mulai meredup. Artinya mereka telah masuk jauh.

Gelap. Bahkan Gavin seolah lupa dengan senter yang ia bawa. Tanah yang mereka injak terasa lembab seperti baru disiram air.

Srek!

Suara gesekan itu membuat mereka seketika berhenti. "S-suara apaan itu?" bisik Gavin yang mulai meremas bajunya, takut.

Misteri Kalung 6.16 [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang