O9 ⩩ KEMATIAN TAK TERDUGA

417 48 9
                                    

"Permainan yang telah engkau mulai, akankah  hanya sebatas engkau hidup saja atau bahkan permainanmu itu akan mempermainkanmu sampai ajal dibatas lisanmu?"

❍⊷⊷❍

Satu bulan kemudian ....

"Sayang, ayo kita pergi ke rumah kamu, mumpung tidak ada orang di sana!" ajak Sivia sambil bergelayut manja di lengan kekar Virga.

Mereka baru saja selesai shopping seharian ini. Ya, lebih tepatnya hanya Sivia yang belanja sedangkan Virga hanya mengekor, membayar, dan membawakan belanjaan kekasihnya itu yang dapat dikatakan sangat banyak.

"Tapi sayang, ini kan sudah hampir sore, bagaimana jika orangtuamu khawatir padamu?" ucap Virga lembut seraya mengusap-usap pucuk kepala kekasihnya.

"Tidak! Aku mau ikut pulang bersamamu, kalo kamu nggak mau yaudah, aku nggak mau ngomong lagi sama kamu," rajuk Sivia sambil menghentakkan kakinya di depan lobby mall, aksinya itu tidak luput dari perhatian para pengunjung yang sedang berlalu lalang.

Tentu saja hal itu membuat Virga sedikit merasa malu. Oleh karena itu, dengan terpaksa ia menyetujui permintaan Sivia.

"Oke ... oke, kita pulang ke rumahku sekarang, udah jangan ngambek lagi malu diliatin orang," putus Virga yang membuat Sivia tersenyum lebar. Aksi drama merajuknya pun berhenti. Sekarang ia sudah kembali memeluk Virga erat dan segera pulang.

Di sisi lain, Vea tengah dilanda kebimbangan. Sekarang ia sedang berbincang dengan keempat sahabatnya yaitu Fara, Aster, Gavin dan Reza.

Mereka tengah duduk di taman belakang rumah Fara. Ya, selama sebulan ini Vea tinggal di rumah Fara. Karena ia merasa tidak nyaman tinggal di rumah Fatan, bagaimanapun juga Fatan adalah seorang laki-laki, hal itu membuat Vea merasa aneh jika tinggal serumah dengannya.

Semua itu tentu saja di sambut dengan senang hati oleh Fara, karena orang tuanya juga sibuk bekerja, ia merasa setelah kehadiran Vea dia akan merasa lebih baik.

"Jadi, keputusan lo gimana Ve? Lo mau pulang ke rumah lo?" tanya Gavin sembari memakan cemilan yang disediakan oleh Fara.

"Gue juga bingung Vin, kalo gue balik, gue takut bang Virga masih benci sama gue, dan kalo gue nggak balik ya lo tau sendiri kan, seberapa khawatirnya gue sama bang Virga," ucap Vea, ia sungguh berada di dalam dilema sekarang.

Ia bingung untuk memutuskan apakah ia akan pulang atau tetap diam di rumah Fara.

"Lo tenang dulu Ve, lo harus berpikir matang-matang, kita bakalan ada buat lo bagaimanapun keadaannya," ucap Aster menenangkan Vea.

"Iya gue tau itu, tapi jujur gue merasa nggak enak hati kalo terus numpang dan ngerepotin Fara, cukup sebulan ini aja," ungkap Vea jujur.

Mendengar penuturan Vea kepalanya dihadiahi jitakan keras akibat perbuatan Fara yang sedari tadi diam memainkan ponselnya, tapi tanpa mereka sadari ternyata dari tadi gadis itu ikut menyimak pembicaraan mereka.

Pleetakkk ....

"Awsshh, sakit Far!" ringis Vea sembari mengelus-elus jidatnya.

"Ya elah, lo pikir cuma lo yang sakit, gue juga sakit hati denger lo ngomong gitu, dari dulu udah gue bilang lo nggak pernah ngerepotin gue sedikit pun, malah gue seneng lo tinggal di sini sama gue," cibir Fara tidak terima.

"Heheh maaf Ra, tapi gue juga khawatir sama Abang gue," ucap Vea lesu.

"Bingung gue sama lo Ve, sebenarnya lo sedih karena ngerepotin Fara atau gegara khawatir sama Abang lo?'" omel Aster membuat Vea mencebikkan bibirnya kesal.

Misteri Kalung 6.16 [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang