Ketika semua sudah terjadi, tak ada lagi yang bisa dilakukan selain membiasakan diri dan beradaptasi dengan kehidupan baru.
❍⊷⊷❍
Akhir-akhir ini, Vea disibukkan dengan petunjuk kematian hantu yang sempat menerornya itu. Vea tak lagi merasa takut akan adanya makhluk astral yang berniat jahat padanya karena selalu ada Arsyad di sisinya.
Setelah permintaan sang hantu disetujui Vea, Arsyad tak pernah lelah mendampingi Vea kemana pun Vea pergi. Arsyad sadar, permohonannya pada Vea akan menimbulkan banyak masalah untuk kehidupan Vea.
Namun, Arsyad telah bertekad. Apa pun yang terjadi Arsyad tidak akan pernah membiarkan Vea mati dan kalah di tangan makhluk lain selain dirinya.
Sekarang, di sinilah Vea berada. Di sebuah tempat yang dihiasi dengan gundukan tanah. Isak tangis pilu dan kekecewaan memenuhi gendang telinga Vea.
Vea hanya sendirian, dengan Arsyad yang memantau dari kejauhan.
"Terimakasih karena kau telah menemukan jasad anakku. Aku tau dia pasti tersiksa karena selama ini jasadnya tidak dikuburkan dengan baik," ucap seorang wanita paruh baya sembari menepuk pelan pundak Vea.
Vea tersenyum kecil dan mengangguk. Ia turut bahagia. Setidaknya Vea tidak akan diganggu lagi oleh makhluk itu, karena sekarang ia bisa pergi ke alamnya dengan tenang.
Arsyad yang sedari tadi tak pernah berhenti menatap Vea dari kejauhan pun tersenyum kecil. Ia terlihat bahagia melihat perkembangan kondisi Vea yang sudah mulai menerima kehidupan barunya sebagai gadis indigo.
"Wah! Wah! Wah! Sepertinya kamu berhasil mengubahnya menjadi pahlawan para hantu. Hahaha!" Sebuah ucapan yang diiringi tawa sumbang itu membuat Arsyad terkejut.
Senyum di bibir Arsyad perlahan mulai luntur. Ia sangat menyadari bahwa pemilik suara itu sangat membenci jika dirinya tersenyum karena Vea.
"Kau sepertinya terlalu menikmati berlama-lama dengan gadis bodoh itu," ucap sang pemilik suara dengan senyum iblisnya.
"Tidak," jawab Arsyad singkat. Ia menatap perempuan di sampingnya dengan tatapan datar. Perempuan itu tertawa hambar.
"Ya, ya, ya, terserahmu. Kapan kau akan akan membawanya menemui ratu?" tanya perempuan itu dingin dengan tatapan tajamnya.
Arsyad mengumpat dalam hati. Ia sudah menduga bahwa hal ini akan menjadi topik pembahasan utama jika ia bertemu dengan perempuan itu.
Arsyad berdehem kecil. Ia belum bisa membawa Vea sekarang. "Bukankah ini terlalu cepat? Tunggulah beberapa hari lagi sampai aku berhasil membuatnya percaya padaku sepenuhnya," ucap Arsyad berusaha meyakinkan perempuan di sampingnya.
Perempuan itu mengangguk-angguk sambil tersenyum sinis. "Apakah ini strategimu? Hmmm ... lumayan. Tapi aku sedikit ragu," ucap perempuan itu.
"Percayalah padaku, Sivia. Aku akan membawanya ke hadapan ratu. Segera," balas Arsyad yang terus berusaha meyakinkan Sivia.
Jujur, ia tidak bersungguh-sungguh mengatakannya. Ia hanya sadar diri seberapa bahayanya posisinya saat ini. Ia terlalu lemah untuk melawan Sivia apalagi ratunya.
"Aku akan berusaha percaya padamu. Sampai kau mengkhianatiku, kau sudah tau akibatnya bukan?" Sivia tertawa sinis lalu menghilang.
Arsyad menghela napas panjang. Membawa Vea ke alamnya dan menyerahkan Vea kepada sang ratu adalah pekerjaan paling sulit selama dirinya menjadi hantu.
"Woy! Thanks ya!" pekik Vea tiba-tiba. Arsyad mengalihkan perhatiannya dan menatap Vea. Ia menaikkan sebelah alisnya seolah bertanya, "kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Kalung 6.16 [TAMAT]
Horror[ PROSES REVISI ] Kita hidup berdampingan dengan dunia yang tak terlihat, di mana dunia yang kita lihat tak sesimpel yang ada dipikiran orang-orang milineal seperti kita. Keindahan duniawi yang diselubungi akan hawa nafsu membuat kita buta dan tuli...