34 ⩩ PRECOGNITIVE DREAM

188 26 1
                                    

Aku tidak sedang halusinasi. Namun, ini adalah sebuah pertanda yang dikirim melalui mimpi.

❍⊷⊷❍

"Eungh!" Vea mengerang dan terbangun dari tidurnya. Ia menguap berkali-kali lalu mengambil botol minum di kantung jok.

"Eh, Bang!" pekik Gavin. Virga menekan rem secara mendadak, membuat mereka semua terdorong ke depan. Bahkan, Aster sampai terbangun karena nyaris jatuh.

"Aduh! Itu kakek aneh-aneh aja! Tau ada mobil jalan bukannya minggir malah maju deketin!" gerutu Gavin sambil mengusap kepalanya yang terbentur jok depan.

Vea seketika gemetaran di tempatnya. Kakek-kakek?

Reza mulai was-was. "Bang, hati-hati gue takut dia bukan manusia biasa." Ucapan Reza membuat mereka semua seketika terdiam dan mampu membuat Gavin yang memaki kakek itu ketakutan.

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pada kaca mobil membuat mereka terkejut. "Rez, gimana ini?" tanya Virga yang mulai merasa ngeri.

"Gak usah buka, Bang! Gas aja! Pura-pura gak tau!" celetuk Aster yang bersembunyi di balik punggung Fara yang masih tertidur pulas.

Vea meremas bajunya ketakutan. Itu kan kakek yang ada di mimpi gue? tanya Vea dalam hati.

"Gila lo, As? Kalo dia beneran manusia ntar malah jadi masalah karena kita disangka gak sopan sama tuh kakek," timpal Reza.

"Tapi kondisinya lagi gak tepat, Rez! Gue takut kalo si kakek itu bakal kayak kuc---" Sadar akan apa yang akan diucapkan Gavin, Virga segera memberi peringatan dengan mata tajamnya.

Gavin menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Virga menghela napas. "Gue sebenernya takut, tapi kalo kita gak coba ngomong sama kakek ini, kita gak akan tau apa-apa," ucap Virga.

Dengan ragu tangan Virga hendak membuka kaca mobil. "Bang!" panggil Vea yang berhasil membuat Virga tak jadi membukanya.

Semua orang di dalam mobil menatap pada Vea. "Kakek itu ... gue habis lihat dia di mimpi gue," ucap Vea lirih.

Virga mengernyit begitupun dengan yang lainnya. Virga menangkap ketakutan dari mata Vea. "Jadi, kita langsung aj—"

Vea menggeleng kuat. "Jangan! Kakek itu mungkin gak berniat buruk," ucap Vea ragu. Virga menatap sang adik dalam. Virga tau, Vea ragu dan takut.

"Dek? Lo gak yakin, gimana gue bisa ngikutin ucapan lo?" Lagi, Vea menggeleng kuat.

"Gue yakin, Bang!" Bohong Vea.

Akhirnya Virga membuka kaca mobil. Ia tersenyum canggung kepada pria tua di depannya.

"A-ada yang bisa sa-saya bantu, Kek?" tanya Virga terbata-bata karena wajah kakek itu menurut Virga sangat menyeramkan.

Kakek itu menatap Virga lekat. "Tolong, jangan pergi ke sana. Kau tidak akan bisa kembali."

Vea menelan ludahnya susah payah. Apa yang kakek itu ucapkan sekarang, sama seperti apa yang kakek itu ucapkan di mimpinya.

Vea benar-benar ketakutan sekarang. Apakah mimpinya menjadi nyata? Vea menggerakkan tubuh Fara kasar, berusaha membangunkan Fara.

Disaat seperti ini, hanya Fara yang bisa membuatnya tenang. "Far! Bangun, please. Gue takut," lirih Vea tepat di telinga Fara.

Fara menggeliat merasa geli lalu matanya terbuka perlahan. "Kenapa, Ve?"

Tak kunjung mendapat jawaban, Fara merasa geram. Setelah matanya terbuka sepenuhnya, Fara memicingkan matanya.

Misteri Kalung 6.16 [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang