"Semua yang nyata terkadang berhubungan dengan yang ghaib."
❍⊷⊷❍
Vea menggerutu kesal. Gadis itu duduk di halte sendirian sambil sesekali melihat sekeliling, berharap mobil sang kakak segera datang.
"Sial si abang, demen banget ngajak ribut gue," gerutu Vea.
Hari semakin sore tapi sang kakak tak kunjung datang. Tentu itu membuatnya sangat panik. Bukan, bukan panik terhadap sang kakak, tapi panik terhadap keselamatannya sendiri.
Sambil terus melihat sekeliling, Vea berpikir untuk berjalan ke kampus sang kakak yang kebetulan tak jauh dari SMA-nya berada.
Vea berjalan sambil terus menggerutu. "Apaan tuh?" Vea berhenti berjalan kala melihat ramainya gerbang kampus.
Jeritan nyaring yang saling bersahutan, berlarian tanpa arah saling bertabrakan membuat Vea mengedipkan matanya berkali-kali.
"Uanjir, ada apaan tuh?" tanya Vea lagi. Gadis itu perlahan-lahan mendekat.
"Jangan ke sana, Dek. Bahaya!" teriak salah seorang mahasiswa lalu berlari setelah menepuk pundak Vea. Vea semakin terpaku di tempatnya.
"Bahaya apaan woi?! Abang gue apa kabarnya? Heh, abang gue gapapa, kan?" pekik Vea. Gadis itu segera berlari mendekati area kampus tapi sebuah mobil lebih dulu keluar.
"Woy! Ngapain lo di sini? Masuk buruan!" teriak Virga setelah menurunkan kaca jendela mobilnya.
Vea segera mendekat dan masuk ke dalam mobil.
"Ada apaan woy? Kepo gue," tanya Vea.
"Demi apa Dek, ngeri bener. Yang gue omongin tuh kemaren, kejadian!" jawab Virga agak terbata-bata.
"Maksud lo?" tanya Vea sembari memandang sang kakak yang masih menyetir.
"Itu, Dek, itu! Arwah orang yang kemarin meninggal! Masa mahasiswi dari fakultas yang beda kesurupan. Terus yang ngerasuki kayak ngamuk gitu," jelas Virga sambil bergidik.
"Yaelah. Akting doang kali. Gausah gampang percaya ama yang begituan," ujar Vea datar.
Gue pikir ada bahaya apa. Taunya cuma satu orang kesurupan doang. Berlebihan banget, pikir Vea dalam hati.
"Eh, Bang! Tapi, siapa yang kesurupan?" tanya Vea penasaran. Sungguh, sepertinya kepo sudah melekat di dirinya sejak lahir.
"Mana gue kenal. Cewek dah intinya," balas Virga acuh. Cowok itu masih terus menyetir.
"Lah? Lo gimana sih, orang temen sekampus lo sendiri kaga tau," cibir Vea.
"Kampus gue gede Dek astaga. Mana bisa gue kenal semuanya. Orang yang satu jurusan sama gue aja banyak yang gak gue kenal apalagi yang beda," ucap Virga jengah.
Virga melirik sang adik yang mencibir. Cowok itu menghela napas. Beginilah Vea, gadis itu gak akan puas kalau keponya belum terjawab.
"Bang, mampir beli camilan skuy! Camilan gue udah minim," ajak Vea pada Virga.
"Males Dek, gue udah pengen rebahan," balas Virga kesal.
"Sebentar doang, Bang." Vea terus merengek bahkan tanpa sadar mengeluarkan puppy eyes. Padahal Vea tau, Virga tak akan melihat puppy eyes-nya.
"Cih. Ngerengek, macem bocil depan rumah," ledek Virga.
"Abang! Gak mau tau! Ayo beli camilan!"
Bosan mendengar adiknya yang ribut, Virga mau tak mau membelokkan setir mobilnya menuju tempat camilan yang ditunjuk Vea.
Hingga tiba mereka di jalan Purwodadi-Blora, km 7,3.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Kalung 6.16 [TAMAT]
Horror[ PROSES REVISI ] Kita hidup berdampingan dengan dunia yang tak terlihat, di mana dunia yang kita lihat tak sesimpel yang ada dipikiran orang-orang milineal seperti kita. Keindahan duniawi yang diselubungi akan hawa nafsu membuat kita buta dan tuli...